"Seulgi!"
"Bangun! Joohyun unnie sedari tadi tak henti - hentinya menelponmu," ujar Sooyoung.
Tadi malam, Sooyoung memutuskan untuk menginap di apartemen Seulgi. Dia ingin menemani Seulgi yang tengah bersedih.
Tepat setelah ulang tahunnya yang tak terlalu berharap dirayakan oleh keluarganya itu, Seulgi memilih untuk berpamitan kepada mereka dan mulai bekerja lagi di Seoul untuk menggantikan beberapa harinya saat dia ambil cuti.
Seulgi tak selalu pulang ke Ansan meskipun jarak Ansan ke Seoul tak terlalu jauh, dia hanya akan pulang kalau memang sedang memutuskan untuk libur dari pekerjaannya.
"Sudahlah biarkan saja Sooyoung~ah."
"Aku mengantuk sekali, kau tahu 'kan aku pulang pagi? Ini bahkan belum siang, biarkan aku tidur dulu."
Sooyoung menghela napasnya, dia sudah tahu apa yang terjadi antara Seulgi dan Irene. Seulgi menceritakannya.
Sebenarnya untuk perasaan Seulgi kepada Irene, Sooyoung sudah tahu dari saat mereka masih berkuliah, hanya saja untuk masalah yang seperti ini, Sooyoung memang hanya membiarkan Seulgi bercerita sendiri.
"Lalu jika Joohyun unnie menelponku, aku harus bagaimana?"
"Kalau kau mau mengangkatnya ya angkat saja, bilang aku sedang sibuk bekerja," jawab Seulgi sembari matanya tak terbuka sedikit pun.
"Baiklah," Sooyoung menyerah saja.
"Aku buatkan dulu sarapan untukmu, ya? Kau harus makan dulu nanti."
Sooyoung sudah kembali ke tempatnya, Seulgi masih asik tidur karena ini weekend.
Ponselnya dia matikan sejak Sooyoung meninggalkannya sendiri.
Malam itu pukul delapan dan Seulgi baru bangun setelah tidur dari pagi.
Belum ada lampu yang dia nyalakan, begitu Seulgi membuka matanya, semuanya terlihat gelap. Namun, dia lebih memilih seperti itu.
Seulgi terdiam sembari menatap kosong ke depan. Tubuhnya masih terbaring di ranjangnya.
Untuk beberapa saat, Seulgi beranjak dari ranjangnya dan dia berjalan pelan ke arah dapur.
Seulgi hanya memanfaatkan samar cahaya malam yang menembus gordennya. Tangannya masih terkulai lemas tanpa ingin ia angkat untuk sekadar menyalakan lampu.
Wajahnya berantakan, baju kerjanya pun masih melekat di tubuhnya, belum dia ganti. Mata monolidnya itu terlihat sayup.
She's so blue.
Dia seperti kehilangan minat pada hidupnya sendiri.
Seulgi mengambil botol berisi air putih di kulkasnya. Dia meneguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heather ✓
Fiksi PenggemarCheck the sequel!! Completed! brighter than the blue sky, she's got you mesmerized while i die. Heather cr. 2021 saturnmoon_SR