Ciuman kedua. Tepat di hari ulang tahun kekasihnya.
Seulgi lagi - lagi harus melihat pemandangan menyakitkan yang tak seharusnya ia lihat itu.
Sepertinya semesta memang tak ingin membiarkannya tenang. Dua kali terakhir mengunjungi rumah besar milik keluarga Irene, dan dua kali pula dia melihat mereka yang tengah menyatukan kedua bibir mereka.
Sungguh begitu kurang beruntung, ya?
Kali ini bukan di balkon kamarnya, melainkan di tempat istimewa bagi Seulgi dan Irene.
Taman yang selalu menjadi saksi bisu atas perkataan manis Irene yang sering dia sampaikan pada Seulgi, atau bagaimana manjanya sikap Irene ketika dia merasa kurang mendapatkan perhatian dari Seulgi karena Seulgi terlalu fokus menggambar beberapa tangkai bunga mawar cantik di sana.
Bagaimana bisa, dia, Irene, membawa wanita lain ke sana dan menciumnya dengan mesra sembari mengalungkan tangannya di leher wanita itu.
Tidakkah Irene terpikirkan sosok Seulgi?
Tidakkah Irene terbayang bagaimana wajah menggemaskan Seulgi yang selalu menjadi favoritnya untuk dia pandang itu?
Tidakkah dia merasa asing pada wanita di pelukannya saat itu?
Dan sudah tiga hari setelah kejadian itu. Dia jatuh sakit, dia sekarang masih terbaring lemas di ranjang apartemennya.
Hal itu sontak membuat Sooyoung khawatir pada awalnya karena dia yang pertama mengetahui keadaan Seulgi, sampai Irene tiba - tiba datang ke apartemennya.
Hari ini, Irene meminta Sooyoung untuk membiarkannya merawat Seulgi.
Badannya begitu panas. Matanya memerah. Dia merasa tak ada lagi energi yang bisa dia gunakan bahkan sekadar hanya untuk membuka bibirnya saja dan mengunyah makanannya.
Irene berada di sampingnya dan terus menerus menatap wajah Seulgi yang terlihat gelisah. Keringat terus keluar dari pelipisnya.
Irene mulai menggenggam tangan Seulgi ketika dia melihat tangan itu sedikit bergetar.
"Seulgi~yya? Bangun dulu sebentar, bisa?" tanya Irene lembut.
"Ini ada sup, kau harus makan dulu," ujarnya.
"Seulgi~yya..." tangan Irene bergerak mengambil kompresan yang tadi menempel di dahi Seulgi.
Telapak tangannya mencoba merasakan panas badan Seulgi. Dia berharap demamnya segera menurun.
"Seulgi~yya..."
"Hmm..." gumam Seulgi sepertinya sekarang sudah mulai terbangun karena perlakuan Irene.
"Makan dulu, nanti kau bisa melanjutkan tidurmu."
Seulgi membuka perlahan kedua matanya.
"Hei?" Irene tersenyum kecil sembari mengelus - elus pelan punggung tangan Seulgi dengan jarinya.
Saat itu, Seulgi berharap bahwa apa yang telah dia lalui akhir - akhir ini hanyalah mimpi buruk baginya.
Seulgi ingin bangun dan mendapatkan senyuman manis itu setiap hari.
Tak bisakah kau jadi milikku saja, Joohyun?
Seulgi menatap Irene dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh kamus manapun. Tatapan itu menyiratkan begitu banyak kesedihan. Namun, ada setitik bahagia ketika dia membuka matanya hari itu dan senyuman manis Irene itu menyambutnya.
"Joohyun unnie?" panggil Seulgi.
"Sepertinya kau memang selalu ingin membuatku khawatir. Kenapa bisa sakit seperti ini, hmm?" tanyanya.
Seulgi tersenyum mendengar pertanyaan itu.
"Apa pekerjaanmu akhir - akhir ini begitu banyak? Biasanya kau tahan sakit, Seulgi."
Seulgi menggeleng, "Aku tetaplah seorang manusia yang bisa merasakan sakit."
Irene masih menggenggam satu tangan itu dengan tangannya. Dia membawa genggaman itu pada salah satu pipinya. Ditempelkannya disana.
"Dimana Seulgi?"
"Hmm?"
"Dimana letak rasa sakitnya? Biar aku obati."
Seulgi menggerakan tangannya untuk memegang pucuk kepala Irene. Dia menaikkan posisi tidurnya agar bisa mengelus pucuk kepala itu dengan lembut.
"Apa sakitnya di kepalaku?" tanya Irene tentu bermaksud becanda.
Seulgi jadi ikut terkekeh.
"Kemarilah," ucap Seulgi.
Irene menaikan kedua alisnya.
"Aku ingin dipeluk," manjanya.
Tak menunggu lama, Irene segera memajukan tubuhnya dan memeluk Seulgi dengan erat.
Irene sempat terkejut merasakan panasnya tubuh Seulgi yang bersentuhan langsung dengan kulitnya.
Irene lebih mengeratkan lagi pelukannya karena lagi - lagi badan Seulgi terasa bergetar. Sepertinya Seulgi masih begitu lemas.
Mereka berpelukan untuk waktu yang lama. Irene merasakan bahwa kini bebannya begitu berat karena sepertinya Seulgi kehilangan tenaganya dan dia hanya menjatuhkan dirinya di pelukan Irene.
Seulgi kembali menutup matanya. Irene membiarkannya Seulgi untuk tertidur lagi.
"Belum sempat makan, sudah tertidur lagi," Irene terkekeh.
Dia lalu membawa Seulgi untuk kembali berbaring di ranjangnya.
Ditatapnya Seulgi seperti biasa. Dia kali ini membiarkan Seulgi menikmati tidurnya lagi.
Sooyoung yang berdiri di ambang pintu sedair tadi tak bisa melihat pemandangan yang membingungkan bagi dirinya itu.
Irene begitu menunjukan perhatiannya pada Seulgi. Kenapa dia melakukan hal itu ketika dia telah mencium wanita lain?
Sooyoung terus memperhatikannya sampai ada satu pergerakan yang membuat Sooyoung menahan napasnya.
Irene mendekatkan kepalanya ke arah Seulgi.
Cup.
Diciumnya Seulgi tepat di bibirnya. Irene menahannya sebentar lalu menarik lagi kepalanya untuk menjauh.
Sooyoung mengerjapkan matanya, dia segera berjalan menuju kursi di ruang televisi untuk menetralkan detak jantungnya yang terbawa tak stabil melihat hal itu.
Bagaimana jika Seulgi merasakannya? Apa Irene menciumnya karena dia tahu kalau Seulgi sudah terlelap lagi?
Saat itu, Sooyoung lebih memilih Seulgi tak pernah merasakannya.
Keputusan Seulgi untuk segera pergi dari Korea itu adalah keputusan yang didukung penuh oleh Sooyoung.
Sooyoung tak akan membiarkan sahabat terdekatnya itu kembali dibingungkan kalau dia tahu wanita yang dicintainya itu baru saja menciumnya.
Dan di sisi lain, Sooyoung benar - benar tak habis pikir dengan perlakuan Irene. Kalau saja dia bukan aktris papan atas, lalu model yang selalu terlihat di media sosial, di majalah, juga di televisi, mungkin Sooyoung akan segera bertanya dengan bentakan kepadanya kenapa dia sampai melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heather ✓
FanficCheck the sequel!! Completed! brighter than the blue sky, she's got you mesmerized while i die. Heather cr. 2021 saturnmoon_SR