13. PEREMPUAN KESAYANGAN WBA86: MARSYA

53.2K 7.5K 8.6K
                                    

Heyy guys!🦋🏴‍☠️🔥❤️ Update lagiii! Gimana senengg gaa?

1-10 Ekspresii / Emoji Milik Kamu Saat Part Ini Update?

Kamu Dari Domisili/Kota Manaaa?

Jam Berapa Di Tempatmu Saat Kamu Membaca Cerita Ini?

Nama / Username Mana Aja Yang Hadir Saat Baca Cerita Ini?

13. PEREMPUAN KESAYANGAN WBA86: MARSYA

Dia terlihat baik-baik saja. Dia tampak bahagia dan juga sering tertawa.
Tapi mungkin batinnya tidak. Itu hanya cara untuk menghibur dirinya sendiri. — Gerald Tangkas Negara

“Gue kira lo ke sini bawa duren Rald! Woi Rald! Marsya kenapa dateng-dateng kaya gitu??” tanya Lucas, benar-benar tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya tentang keadaan Marsya.

“Luka! Pake nanya lagi lu!” semprot Jerry di sampingnya, ngegas.

“Lu kalau ngegas bisa gak jangan di samping telinga gue Bang?” tanya Nathan.

Gerald tidak bersuara banyak. Dengan wajah tanpa ekspresi ia membawa Marsya ke WBA86. Saat melihat keadaan Marsya yang babak belur ketujuh cowok yang tadi sedang sibuk bermain kartu sambil memutar musik remix itu terus menatapnya sementara Marsya hanya menutup mulutnya saat Gerald menyuruhnya duduk di posko sambil mengambil obat merah dan mengobatinya. Tidak hanya di lutut tapi juga di wajah dan kening perempuan itu. Marsya mengernyit saat Gerald menyentuhkan kapas pada luka-lukanya.

Selain didorong dan dipukul. Marsya juga ditampar tadi. Tentu itu membuat Gerald sangat murka saat mendengar juga melihatnya.

“Jangan ditanya dulu. Kasi biar tenang,” komentar Reja.

“Denger lu kata Bapak gue,” ujar Ghandi.

“Ngapain Reja jadi bapak lu? Kurang kerjaan amat Reja jadi bapak lu Ndi,” protes Baron.

“Lebih baik gitu jangan ditanya-tanya dulu kasian Marsya,” Jerry menyadari situasi.

“Rald kita ke sebelah dulu,” Gama mengerti keadaan. “Kita gak bakal nanya-nanya tentang Marsya dulu kalau lo ngerasa belum waktunya ngasi tau kita. Gak mau kasi tau juga gak pa-pa santai. Nikmati aja waktu lo berdua di sini,” Gama berbicara.

“Ayo woi kasi jarak dulu. Sana pergi lo semua!” usirnya pada Jerry, Reja,Ghandi, Lucas, Nathan dan Baron.

Ditinggal oleh teman-temannya pun tidak membuat Gerald menoleh padanya. Kedua matanya hanya terus menatap Marsya yang sejak tadi memejamkan matanya—menahan perih karena lukanya. Pipi perempuan itu masih merah dengan bekas berwarna unggu pudar. Hal itu membuat Gerald benar-benar khawatir melihatnya.

“Sakit?” tanya Gerald dengan tatapan teduh.

Marsya mengangguk. “Dikit Rald. Jangan diteken bikin perih,”

GERALDMARSYA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang