Epilog

882 116 24
                                    

Lelah. Pikirannya bercabang kesana kemari.

Tidak pernah rasanya Mina terbangun dalam suasana hati yang gelisah dan takut. Namun hari ini, setelah kejadian beberapa hari lalu, ketakutan itu semakin membesar tumbuh memeluk dirinya.

Mina berjalan menuju tangga, hendak menuruni dan membuatkan sarapan di dapur untuk buah hatinya.

Langkahnya menuju dapur terhenti pada ujung anak tangga, buah cinta bersama yang hendak mereka rawat hingga tumbuh dan melihat dunia, turut bersedih— luruh, berwujud darah yang mengalir membasahi pangkal pahanya.

Mina menangis, memegangi pegangan tangga, berharap nyawa itu bisa hidup terselamatkan, namun lidahnya kelu hingga tak sanggup berkata-kata.

"Tolong... Sayang, jangan..." Lirihnya, sambil merapatkan kedua pahanya, rasa sakit yang amat menyiksa di perut bahkan tak terasa, tak bisa mengalahkan kesakitan hati dan hidupnya kehilangan buah cinta yang ia impikan sejak lama.

Isakan tangis tak bersuara, darah semakin deras mengalir, Mina mengambil posisi berjongkok diatas genangan darah yang membasahi lantai rumahnya,

"Jangan pergi... Mama mohon, sayang... Tolong...kembali, Mama akan merawat kamu dengan baik, tolong..." Mina bersimpuh, bersujud pada darah yang kini membasahi tangan dan lengannya, sebelum sesak di dada, kaburnya pandangan mata, ditambah teriakan putranya dari lantai atas.

Di rumah sakit, tindakan terbaik telah dilakukan, Mina dapat melihat punggung Haruto dari balik pintu kamar rawatnya, ia menahan tangisnya kembali.

Sosok suami yang seharusnya ada, menggenggam tangan dan menguatkannya, sekarang entah dimana.

"Mama," panggil Haruto saat kembali menuju kamar rawat Mina. Anak lelaki itu menggenggam tangannya, hangat.

"Adek sudah makan?" Haruto hanya tersenyum, mengangguk— padahal ia berbohong.

"Aku tinggal dulu, ya? Aku harus klaim asuransi Mama, urus administrasi perawatan Mama juga. Aku juga sudah minta Tante Eunha kesini, untuk menyuapi Mama." Mina tersenyum, menitikkan air matanya lagi dan lagi, hingga Haruto mengusapnya dengan lembut.

"Mama punya aku untuk diandalkan. Tenang saja, aku akan menjaga Mama." perkataan tersebut mungkin terdengar sederhana, namun janji Haruto padanya sangat berarti disaat Mina yang jauh dari keluarganya kini memiliki pelindung yang dihadirkan dalam sosok Haruto. Mina mengangguk, lalu memeluk Haruto.

"Terima kasih, sayang."

"Ya, Mama. Mama kuat. Ada aku."

Air mata Mina masih menetes, bahkan saat Haruto pergi meninggalkannya seorang diri di kamar rawat yang sepi.

Suaminya datang, satu hal yang setadinya membuat Mina gembira berganti rasa kecewa.

"Pernikahan ini, kita selesaikan segalanya ketika kamu sudah pulih."


"Ma,"

"Mama,"

"Mama Mina,"

"Mama, bangun..." Sebuah gerakan pada sikutnya membuat Mina tersadar, sepenuhnya. Meski masih berkunang-kunang, Mina dapat melihat sosok putri cantik dihadapannya.

Mimpinya menghampiri lagi, setelah sekian lama. Mimpi tentang kejadian kehidupan sebelumnya, saat ia harus kehilangan janinnya, bercerai dari Mingyu, dan hidup berdua bersama Haruto.

"Ya tuhan, maaf Mama ketiduran." Ucap Mina sambil memejamkan matanya dan merapikan rambutnya, Yeseo segera mengambil segelas air putih.

"Minum dulu, Ma." Mina mengangguk, berterima kasih pula sebelum ia meneguk air putihnya.

The Walk ; Myoui MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang