Rasywa dengan gaun putihnya berdiri berdampingan dengan Jeno. Clara sedang menyampaikan congratulation speech, mewakilkan Candice dan Saline. Mark turut hadir disana, Rasywa sesekali melirik ke arah tempat Mark duduk bersama sahabatnya, Mark tersenyum lalu memberi sebuah anggukan kecil, biasanya Rasywa senang melihat senyuman Mark tapi kali ini entah kenapa sakit. Mark why are you always so positive and bright? Don't you cry at night too? like I do?
.
.
.
Tentang Clara dan Soonyoung, kekhawatirannya saat itu terpatahkan, sudah lewat berbulan-bulan dan tidak ada yang terjadi, mungkin Soonyoung memang memiliki jadwal yang juga melibatkan Saline, lagi pula Clara tak harus mengetahui setiap detail tentang Soonyoung kan? Walaupun sebagai sepasang kekasih, mereka harus tau batas privasi.Semakin malam tamu yang berdatangan mulai kembali ke rumahnya masing-masing sampai akhirnya hanya tersisa para wedding organizer yang sibuk kesana kemari membereskan bekas pesta dan Rasywa, Clara, Saline, Candice, Chris, Soonyoung, Mark dan Jeno yang duduk bersama di sebuah meja besar berbentuk lingkaran .
"Congrats, Wa" Ucap Mark.
Rasywa mengangguk, "Iya, makasih"
"Mark, gue ga maksud rebut dia dari lo ya, lo ngerti kan?" Jeno membuka suara.
"Haha, iya No gue tau kok, gue minta tolong jagain aja yang bener, kalo dia kenapa-napa urusan lo sama gue" Ucap Mark.
-- I'll see you when the road
decides it's time
for our path to cross
again --
.
.
.
"Heh, lo ga bakal ngapa-ngapain kan?" Ucap Rasywa yang berdiri di pintu masuk kamar rumah barunya bersama Jeno sambil menyilangkan tangannya di depan dada."Ngapa-ngapain apaan sih?" Jawab Jeno tanpa menatap Rasywa, ia sibuk memilih piyama mana yang akan ia pakai.
"Lo tuh ga ngerti beneran apa pura-pura bego sih?"
Jeno berbalik lalu berjalan mendekat ke arah Rasywa dengan tangan kirinya yang memegang satu setel piyama berwarna abu abu "Paham gue, lagian lo ngapain mikirin itu bocah" Jeno menoyor pelan jidat Rasywa menggunakan telunjuknya.
"Ih yaudah si bilang langsung aja gitu gausah pura-pura bego dulu. Terus itu mau di kemanain piyama lo bawa-bawa?" Rasywa mendengus.
"Gue mau mandi lah"
"Kan kamar mandinya sebelah sana anjrit" Rasywa menunjuk ke arah pintu kamar mandi yang ada di belakang Jeno dengan dagunya.
"Kata siapa gue bakal mandi disitu? Gue mau mandi di kamar tamu, tidur disana juga. Gue cuma ngambil baju ganti doang"
"Ngapain?"
"Gue tau lo masih ga biasa buat even cuma ngobrol casually sama gue, jadi yaudah pelan-pelan aja anggep aja gue housemate lo. Awas, ngalangin jalan lo berdiri di depan pintu" Jeno berjalan menjauh dari Rasywa.
"Cih" Bisik Rasywa.
Esok paginya Rasywa terbangun jam sembilan, ia ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan beranjak keluar dari kamar. Ada Jeno sedang menonton sebuah acara televisi di ruang tengah.
"Baru bangun lo?"
"Iya"
"Sana sarapan, ada roti sama selai. Gue mau masak belom ada apa-apa"