fourteen

15 2 7
                                    

Hari ini hari janji Clara dan Soonyoung untuk makan bersama di restoran fine dining, sekaligus merayakan anniversary mereka berdua, kata Soonyoung. Clara sudah siap, duduk di atas kasurnya menunggu Soonyoung. Tak menunggu lama, pintu kamar nya diketuk, lalu dibuka oleh mingyu. 

"Soonyoung udah di ruang tamu." 

"Iya." Clara mengangguk, lalu berjalan keluar, mengikuti mingyu.

Clara masuk ke area ruang tamu, ada Soonyoung yang sedang mengobrol bersama papa nya. 

"Kalian mau langsung berangkat?" Tanya papa Clara.

Soonyoung berdiri dan mengangguk, "Iya pa, khawatir di jalan ramai."

"Ah oke kalau begitu, hati hati ya kalian berdua."

Setelah berpamitan, Clara dan Soonyoung berjalan keluar, menuju mobil Soonyoung. Soonyoung duduk di kursi kemudi setelah membukakan pintu untuk Clara, setelah nya mobil mulai berjalan keluar gerbang rumah dan manjauh. Sedari tadi saat Soonyoung melihat Clara sejak di rumahnya ia tidak berhenti tersenyum seperti orang yang baru mengajak pacarnya untuk sebuah kencan pertama. Tidak banyak obrolan sepanjang perjalanan, hanya sesekali, beberapa obrolan ringan, sisanya hanya diisi oleh lagu yang terputar dari playlist milik Clara. Soonyoung yang memilih nya. 

Sampai di tempat tujuan, Soonyoung memarkirkan mobilnya dan bergegas membukakan pintu untuk Clara, lalu menawarkan tangan kiri nya untuk di genggam yang langsung di sambut oleh Clara. Mereka berdua masuk ke dalam lift untuk menuju lantai tiga. Setelah pintu lift terbuka, seorang pelayan menyambut dan mengantarkan mereka ke tempat. 

Clara melihat sekitar, hanya ada beberapa orang disana, semuanya berjauhan dan terhalang sekat, "Soonyoung, hari ini agak sepi ya?" Ucap Clara setelah duduk dan menaruh serbet makan di atas pangkuan nya. 

"Ah iya, emang hari ini sama besok kebetulan sedikit."

"Hmm." Ucap Clara singkat sambil menganggukan kepala nya tanda mengerti.

Makanan pertama sudah tersaji di depan mereka, konsep hari ini adalah trasure hunt. Oke Clara menyukai nya sejauh ini. Penjelasan tentang makanan dan cara penyajian nya lumayan menyenangkan. Bukan pilihan yang buruk.

"Suka?" Tanya Soonyoung setelah mereka menyelesaikan satu hidangan sebelum hidangan terakhir.

Clara mengangguk. Lalu menu dessert pilihan Soonyoung yang terakhir di sajikan. Penutup makanan dibuka oleh sang pramusaji. 

"This is the last one, the treasure. Enjoy." 

Clara tersenyum lalu membuka kotak yang ada di tengah tengah piring dihadapan nya lalu kembali menutup nya sedetik kemudian, mata nya melebar, menatap ke arah Soonyoung. Yang si tatap sebenar nya merasa gugup dan khawatir bercampur menjadi satu sedari tadi ia menjemput Clara dari rumah nya. Soonyoung memundurkan kursi yang ia duduki lalu berdiri.

"Soonyoung."

Yang nama nya disebut mengambil kotak itu dari piring Clara lalu berlutut di depan nya.

"sorry these few days I've been not contacting and met you as we used to, but I hope you get it why, so," Soonyoung membuka kotak hitam itu, "Will you marry me?"

Jujur, Clara seperti akan menangis sekarang, ia mengangguk, "Yes." 

Soonyoung bernapas lega lalu tersenyum, meraih tangan kiri Clara lalu menyematkan cincin itu di jari manisnya. Clara berdiri lalu memeluk Soonyoung. Setelah nya seisi restoran ramai, teman teman mereka keluar dari segala sisi, termasuk Mingyu dengan kamera nya Para pramusaji dan koki berdiri tidak jauh dari mereka, salah satu nya membawa kue berwarna putih dengan hiasan beberapa mawar segar bertuliskan 'she said yes' dan berjalan mendekat ke arah Soonyoung dan Clara.

"Congrats bro," Chris menepuk pundak Soonyoung. "Jadi nih berarti party?"

"Party apaan?" Tanya Clara.

"Ya party lo berdua tunangan lah, iya gak Young?"

"Yup, let's finish the last dessert and go." 

.
Candice memasuki unit apartemen nya setelah di antar oleh Mingyu yang kebetulan akan ke studio yang searah dengan apartemen nya. Jarum pendek jam yang menempel di dinding hampir menunjuk ke angka tiga. Badan nya agak sedikit pegal dan tenggorokan nya sakit karena bernyanyi dan berteriak selama bermain game disana. Setelah menghabiskan dessert terakhir, ia dan yang lain nya pergi ke tempat berbeda, sebuah rooftop hotel yang sudah di sewa sebelumnya dan memang buka 24 jam. Candice sadar sepenuh nya, tidak ada alkohol di acara tadi, sengaja. Kata nya supaya kita bisa spend the time and enjoying it to the fullest, selain itu Chris memang tidak minum, ia benar-benar menjaga tubuh nya. Tapi alasan yang utama ya karena beberapa dari kami memang tidak memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol dan kebiasaan mabuk yang cukup buruk, jadi intinya supaya tidak merepotkan. 

Candice menaruh tas nya asal di sofa dan meneguk habis segelas air dari gelas saat bel apartemen nya berbunyi. Siapa? ucap Candice dalam hati, ia mengintip dari door viewer lalu langsung membuka nya setelah melihat siapa di depan.

"Kak San? Lo ngapain disini?" 

San yang terduduk di lantai lalu menengadahkan kepala nya menatap Candice lalu tersenyum dan berdiri. "Gue kangen lo." 

Sudah cukup terlihat dari cara San yang berusaha berdiri, "Kak lo mabuk?" 

"Hah? Nggak tuh?" San berjalan mendekat dan terhuyung. Candice yang menahan nya tersentak mundur beberapa langkah, menahan berat tubuh San agar tidak terjatuh.

"Kak." Candice semakin yakin, ia dapat mencium bau alkohol dari jarak sedekat ini. "Lo minum berapa banyak?"

San kembali berdiri tegak, pintu unit apartemen Candice tertutup, "Gue, kangen." San lalu menarik Candice kedalam sebuah ciuman kasar. Candice mendorong San menjauh.

"Lo mabuk kak, gue gak mau." San berjalan mendekat ke arah Candice yang mundur perlahan.

"Kan lo bilang lo suka gue?"

"Iya, tapi bukan gini."

"Kenapa? Kenapa ga mau?"

"Lo diem deh kak, lo itu mabuk. Gue harus bilang berapa kali kalo lo itu mabuk." Candice mendorong San ke sofa sampai tubuh nya terbaring, mata nya menutup, namun ia tetap meracau tidak jelas, ponsel milik San jatuh dari saku celana yang dipakai, Candice mengambil lalu menyalakan layar nya. Disana tertera 9 missed calls from manager, 2 missed calls from bang Seonghwa, dan 4 missed calls from bang Hongjoong. Lalu setelahnya kembali ada telepon masuk, tertulis disana manager. Candice memencet tombol hijau.

"Lo dimana sih, ditelepon-"

"Halo."

"Ah halo, ini handphone nya Choi San kan?"

"Ah iya, ini saya temen nya, tadi ketemu gak jauh dari apartemen, kayaknya mabuk berat, jadi saya bawa dulu aja ke sini." Bohong Candice.

"Terima kasih, kalo boleh, saya minta alamat nya boleh? Nanti San saya jemput."

"Iya, boleh." Candice menyebutkan alamat dan unit apartemen nya secara detail. Lalu sambungan telepon diputus. Candice menatap ke arah San yang sudah terlelap di sofa nya, bukan posisi yang terbaik, jika ia terus tidur seperti itu pasti pagi harinya akan pegal-pegal.

Candice memandang San yang terlelap dari atas karpet yang di duduki nya. Tak lama, bel berbunyi, Candice segera beranjak dan membuka pintu.

"Candice?" Lelaki di hadapan nya menyebut nama nya.

Candice mengangguk, "Ah iya, San ada di dalam, masuk saja." Candice membukakan pintu lebih lebar, mempersilahkan lelaki itu masuk.

"Aish, nyusahin aja tiba-tiba keluyuran gini." Si lelaki menggerutu sambil berusaha mengangkat tubuh San.

"Perlu di bantu antar sampai ke bawah?"

"Ah, tidak apa-apa, saya bisa. Maaf ya merepotkan, terima kasih sudah menjaga nya." 

Candice membungkuk sekilas, "Tidak masalah, hati-hati." Lalu menutup pintu apartemen nya. Ia terduduk, kakinya seperti tidak kuat menopang beban tubuhnya lagi.

.
.
.
Siang ini Aulaire sedang bersantai saat ia dipanggil, ada tamu katanya. Siapa? Ia tidak ingat membuat janji dengan siapapun hari ini. Langkah Aulaire terhenti di dua anak tangga terakhir, ia bisa melihat jelas siapa yang duduk di sana, perempuan itu, Hani, yang kata nya mantan kekasih pacar nya sekarang. 

"Aulaire." Kedua mata mereka bertemu. Yang di panggil tersenyum dan berjalan mendekat.

"I'm sorry." 

"Langsung to the point aja, gue gak punya banyak waktu buat ngobrol sekarang." 

"I know, sorry kesini tiba-tiba, gue mau bilang sorry buat kejadian kemarin, gue gak tahu kalo Hyungwon udah punya pacar, waktu Hyungwon bilang mau break handphone gue hilang di bandara."

"Okay."

"Sekali lagi, sorry ya. Sorry juga udah ganggu siang-siang gini tiba-tiba dateng."

"Yea, udah?"

Hani mengangguk, "Iya, gue permisi ya."




feelings left behindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang