Minho menatap makanan di hadapannya dengan malas. Makanan simpel namun enak tersebut gak tersentuh sama sekali.
"Makanannya gak bakalan masuk ke mulut kalau kamu cuma lihatin doang." Minhyuk berucap, namun Minho tetep gak mau makan.
Juyeon hanya bisa geleng geleng kepala ngelihat kelakuan si adik. Heran aja gitu, adiknya udah gede tapi masih hobi ngambek.
"Apa makanannya gak enak?" tanya Saerom yang lagi ngunyah ramyeon tersebut.
Minho lagi lagi cuma diem. Bahkan menggeleng pun gak dia lakukan.
Saerom dan Minhyuk langsung menatap satu sama lain, seolah sedang melakukan telepati. Memperbincangkan masalah Minho dengan sorot mata masing masing.
Si sulung yang jengah sama kelakuan kekanak kanakan Minho, langsung mengambil alih piring milik sang adik, lalu mengambil semua ramyeon yang ada.
"Kalau lo lagi mogok makan, bilang dari tadi, kek. Kan bisa gue makan," ucap Juyeon sambil memakan ramyeon miliknya yang udah tercampur dengan ramyeon milik Minho.
Lagi lagi, Minho hanya diem. Sama sekali gak mempermasalahkan makanannya yang dicolong sama Juyeon.
Gak lama kemudian, Minhyuk pun selesai makan, dan disusul dengan Juyeon dan Saerom. Ketiganya makan, kecuali Minho.
"Minho berangkat ya, Ma, Pa, Kak," pamitnya, lalu berlari ke arah pintu rumah. Mengabaikan teriakan sang Ibu karena bekalnya ketinggalan.
Begitu sampai depan garasi, Minho gak sengaja papasan sama sopir pribadi keluarganya.
"Lho? Nak Minho? Kenapa lari lari? Udah mau berangkat sekolah?" tanya Taeyong--si sopir pribadi keluarga Lee.
Minho menoleh sekilas, lalu mengangguk. Melewati Taeyong begitu saja tanpa mengucapkan permisi.
"Gak saya anterin aja?" tanya Taeyong sambil berteriak kepada Minho yang udah berlari cukup jauh dari rumah.
"Gak usah, Pak. Saya naik bis aja!" jawab Minho dengan suara samar samar.
Si sopir tersebut hanya bisa garuk garuk kepala. Ngerasa aneh sama kelakuan anak dari majikannya itu.
Karena dia gak tahu mau ngapain, Taeyong akhirnya duduk lagi di kursi depan teras sambil minum kopi.
"Taeyong!!"
Byuurrr
Kopi yang diminum sama Taeyong, langsung tersembur. Si bapak tua itu batuk batuk karena kesedak.
"Ada apa, Nyonya Lee?" tanyanya setelah berhasil meredakan batuknya.
Saerom terlihat celingak celinguk ke arah jalan depan rumah, lalu menoleh ke arah Taeyong yang menatapnya dengan tatapan bertanya. "Tadi bapak lihat Minho gak? Tuh anak kabur, gak tahu kenapa."
Taeyong mengangguk. "Minho barusan lewat sini, katanya mau berangkat sekolah," jawab si sopir.
Saerom memukul jidatnya sendiri. "Haduuh, Minho Minho... Kenapa pake acara kabur segala sih? Kan bekelnya belum dimasukin ke tas."
Setelah misuh misuh gak jelas, wanita tersebut masuk lagi ke dalam rumah. Meninggalkan si sopir yang kebingungan sendiri.
"Ada apaan, dah?" gumam Taeyong sambil menyeruput kopi miliknya yang tinggal sedikit.
••••
"Hosh hosh... Akhirnya... Gue bisa kabur.. Dari kejaran mak lampir," gumam Minho sambil mengatur napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap Of Love [Minsung]
Fanfiction"Penjara Kasih Sayang" bukanlah hal yang buruk, bukan pula hal yang baik. Jika kekurangan kasih sayang berdampak buruk pada seseorang, maka sama halnya dengan kebanyakan. Kedua hal tersebut sama sama buruknya.