Chapter 8 - Menggoda Sang Adik

96 13 1
                                    

"Minho. Gue udah balik." Juyeon berseru sambil berlari ke arah kamar sang adik.

Cklek

Begitu pintu dibuka, tampaklah gundukan selimut di atas kasur. Dan ya, itu adalah Minho.

"Ho, bangun. Minum obat dulu. Udah gue beliin nih." Juyeon membangunkan sang adik dengan mengguncangkan tubuh sang adik dengan kasar.

Gak lama kemudian, yang lebih muda membuka matanya. Menatap sang Kakak dengan wajah datar.

"Kenapa?" tanyanya sambil bangkit dari tidurnya, lalu bersandar di headboard kasur.

Juyeon mengangkat kantong plastik bening di tangannya. Menunjukkan obat yang baru ia beli. "Minum obat dulu, entar gak sembuh sembuh."

Ngelihat berbagai obat yang dibawakan oleh yang lebih tua, Minho justru menggelengkan kepalanya. Ngebuat yang lebih tua mengernyitkan keningnya bingung.

"Lah, terus gimana? Kalau gak minum obat, lo gak bakalan sembuh," tanyanya.

Minho menyibakkan selimutnya, lalu kembali menatap netra kembar Juyeon.

"Gue udah minum obat tadi, juga udah makan," jawabnya, ngebuat Juyepn jadi makin bingung.

"Lah, obat dari mana? Stok obat kan udah habis. Terus makan apa? Lo kan gak bisa masak." Juyeon bertanya dengan beruntun.

Minho menunjuk ke arah kotak sterofoam berukuran sedang di atas nakas. "Temen gue tadi ke sini, dia beliin gue obat sama makanan."

Emang bener. Setelah hujan mulai reda, Jisung gak langsung pulang, tetapi mampir dulu ke apotek dan juga warung bubur ayam, dan kemudian balik ke rumah Minho buat ngasih obat obatan dan juga makanan tersebut.

"Si Jisung Jisung itu?" tanya Juyeon lagi.

Tentu pemuda tampan itu udah sering denger curhatan Minho mengenai sosok manis bermarga Han itu.

Minho langsung mengangguk sebagai jawabannya. "Tadi dia ke sini. Niatnya mau numpang berteduh sebentar karena payungnya rusak. Ternyata gue malah sakit, jadinya dia malah ngurusin gue," jelasnya panjang lebar.

"Calon istri idaman ya?" goda Juyeon, ngebuat yang lebih muda langsung mukul bahunya dengan keras.

Bug!

"Adoow! Sakit, bego!" Spontan si sulung itu teriak karena bahunya dipukul. "Lo lagi sakit, tapi tenaganya masih kuat banget ya."

Minho mencebikkan bibirnya sebal, lalu kembali bersandar di headboard kasur. "Habisnya lo nyebelin sih," ucapnya sambil bersedekap.

Juyeon yang lagi ngelus bahunya, jadi mencibir pelan pas ngelihat sang adik ngambek lagi.

"Ngambek mulu kerjaannya. Sebenarnya lo tuh uke apa seme?"

Dan kemudian, lemparan bantal lah yang didapatkan oleh yang lebih tua. Tentu siapa lagi pelakunya kalau bukan Minho?

"Sialan nih anak," misuh Juyeon sambil keluar dari kamar Minho, ngebiarin sang adik kembali beristirahat.

Begitu pintu kamar sudah ditutup dan Juyeon pun sudah keluar dari ruangan tersebut, si bungsu Lee itu kembali membuka matanya. Menatap ke sekeliling ruangannya, lalu menghela napas pelan.

Beberapa detik kemudian, dia baru inget kalau ada yang mau si bungsu itu tanyakan ke Juyeon.

Tapi karena males turun ke lantai bawah, Minho iseng mencet tombol telpon, yang langsung tersambung ke hape Juyeon.

"Ada apaan? Kok nelpon nelpon segala. Kita ini serumah lho ya." Suara Juyeon dari sambungan telepon pun menyapa rungu Minho.

"Bang, ke sini sebentar deh."

"Ngapain lagi sih? Gue lagi di taman nih. Ngurusin bunga mawar Mama yang belum disiram dari dua minggu yang lalu. Takutnya mati."

Minho mendengus pelan. Masa Kakaknya lebih sayang sama bunga mawar dari pada dirinya?

"Ya, elah. Cuma sebentar doang kok. Gue mau nanya soalnya." Si bungsu Lee itu kembali bernegosiasi dengan sang Kakak.

"Tanya lewat telpon aja. Biar cepet."

Ya udah lah. Karena biar gak ribet, Minho ngeiyain permintaan sang Kakak.

"Mama sama Papa pulangnya kapan?"

Gak ada sahutan dari seberang sana. Cuma ada suara grusak grusuk gak jelas.

"Bisa diulang? Gue gak denger."

Minho menarik napas pelan, lalu dihembuskannya dengan pelan pula. Sekedar menghilangkan kadar kekesalannya terhadap sang Kakak.

"Gue nanya, Mama sama Papa kapan pulangnya?" tanya Minho, mengulangi pertanyaan yang sama.

Hembusan napas berat terdengar dari seberang sana.

"Jangan tanya ke gue, gue gak tahu."

Jawaban tersebut tentu ngebuat Minho bingung. Kenapa Juyeon gak tahu, padahal Mama sama Papa jelas jelas pamitan sama si sulung itu.

"Beneran lo gak tahu?"

"Hm."

Jawaban berupa dehaman singkat itupun menutup pembicaraan singkat antara keduanya.

Minho gak mau bertanya lebih lanjut karena tahu kalau Juyeon gak begitu suka dengan topik pembicaraan mengungkit kedua orang tua mereka. Entah apa alasannya.

"Minggu depan."

"Hah?"

"Kemungkinan minggu depan, Papa dan Mama bakalan pulang. Tapi gue juga gak tahu pasti."

Juyeon akhirnya menjawab pertanyaan tersebut, namun tersirat nada ragu di balik baritone tegasnya.

"Oh.. Ya udah. Thanks."

Yang lebih muda pun menutup sambungan tersebut. Lalu meletakkan ponselnya kembali di atas nakas, dan merebahkan dirinya di atas kasur.


(A/N):
Akhirnya bisa update juga. Wifi rumah sempet ngambek tadi, makanya gak bisa update lebih awal.

Trap Of Love [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang