Chapter 5 - Kafe Sepulang Sekolah

81 15 1
                                    

Hari hari berlalu dengan cepatnya. Minho bahkan gak sadar kalau sekarang udah hari jum'at, hari terakhir dia bersekolah dalam seminggu.

Ya, setidaknya itu merupakan hal yang melegakan bagi si bungsu Lee.

"Nak Minho, nanti saya jemput jam 3 sore ya. Jangan pulang sendiri, entar bisa dihukum lagi sama Tuan Lee." Suara Taeyong, membuat Minho ngerjapin mata sejenak.

Dan ya, semenjak kejadian Minho pulang sendiri, Saerom dan Minhyuk makin menjadi jadi. Mereka bahkan ngewanti wanti Taeyong biar gak telat jemput.

Dan kalau sampai Taeyong telat jemput dan Minho berakhir pulang sendirian, konsekuensinya Taeyong dipecat dan Minho dihukum.

Selemah itukah Minho sampai harus dilindungi sedemikian rupa?

Pemuda Lee itu menghela napas pelan, lantas mengangguk karena gak ada jalan lain. "Ya, Pak."

Dan kemudian, si bungsu Lee yang tampan itu keluar dari mobil, dan berjalan ke arah gerbang sekolah tanpa ada semangat sama sekali. Bahkan langkahnya terlihat semakin melambat tiap detiknya.

••••

"Jadi, anak anak sampai di sini aja pelajaran kita hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas kalian, dan kumpulkan minggu depan. Sekian, terima kasih."

Bersamaan dengan pesan singkat dari guru yang mengajar, kelas pada hari itu pun berakhir. Membuat para murid bersorak gembira, tanpa terkecuali.

Semuanya langsung mengemas buku masing masing, dan kemudian keluar dari kelas dengan langkah riang nan ringan.

Minho menatap ponsel di tangannya. Gak biasanya benda pipih tersebut bergetar.

Taeyong

|Minho
|Saya datengnya rada telat ya
|Ini lagi ada urusan di rumah sakit
|Tunggu aja di parkiran

Pemuda Lee itu menghela napas, lalu membawa kedua kaki jenjangnya ke parkiran yang untungnya dilengkapi dengan kursi tunggu bagi para murid yang sedang menunggu jemputan.

Duduk di sana dengan tenang, lantas pemuda tampan itu membuka aplikasi game horror. Dan memainkannya dengan serius.

Tin tin

Minho mendongakkan kepalanya, dan mendapati Taeyong udah sampai dengan mobil avanza putih milik keluarganya.

"Ayo, masuk Minho!" seru si sopir sambil melambaikan tangannya ke arah anak sang majikan.

Minho mengangguk, lalu memasukan ponselnya ke dalam tas ransel. Dan berlari secepat kilat menuju mobil.

"Tumben telat. Ada urusan apaan?" tanya Minho kepada Taeyong, kepo.

"Biasa," jawab Taeyong, membuat Minho mengangguk paham.

Mobil tersebut pun berjalan pelan menyusuri jalanan yang cukup ramai. Berbagai toko toko dilewati oleh mobil berwarna putih tersebut.

Hening pun menyelimuti keadaan di dalam transportasi pribadi tersebut. Sampai-

"Pak, saya boleh mampir dulu ke kafe gak? Saya mau beli minuman," tanya Minho, dan untungnya diangguki oleh si sopir.

Mobil berukuran sedang ini berhenti di pinggir jalan. Tepatnya di salah satu kafe ternama di distrik tersebut. Kafe STAY.

Katanya sih, kafe tersebut terkenal karena mengusung tema yang berbeda dengan kafe kafe yang lain. Jika kafe kafe pada umumnya mengusung tema aesthetic atau semacamnya, maka berbeda dengan yang satu ini.

Kafe ini mengusung tema badut. Sesuai dengan karakteristik salah satu fandom grup ternama di Korea Selatan--atau sebut aja Stray Kids.

Dan benar saja, saat Minho menginjakkan kaki di kafe tersebut. Pemuda Lee itu langsung disambut dengan badut pennywise yang terlihat ramah.

"Selamat datang di kafe STAY," ucap badut itu sambil tersenyum.

Minho hanya membalas dengan senyuman seadanya.

Si bungsu Lee itu berjalan ke arah kasir untuk memesan minuman. Mungkin Iced Americano bukan pilihan yang buruk?

Si tampan tentu bingung karena mendapati kasir kosong melompong tanpa ada yang menjaga. Ini niat jualan apa gimana?

"Permisi! Mau pesen!" seru Minho dengan lantang ke arah dapur kafe.

"Eh, tunggu sebentar." Suara asing menyapa pendengaran Minho. Dan kemudian dilanjut dengan suara gedebak gedebuk dari arah dalam dapur.

Remaja manis seumuran Minho keluar dari arah dapur dengan tergopoh gopoh. Sepertinya Minho kenal dengan sosok satu ini.

"Maaf lama. Ada yang bisa saya ban- Lho? Minho? Tumben lo ke sini?"

Nah, kan, benar... Minho kenal dengan sosok manis berwajah tupai yang tingginya dibawah dirinya sedikit. Siapa lagi kalau bukan Han Jisung?

Dengan wajah sama sama kaget, keduanya menatap wajah masing masing cukup lama.

"Oke, kenapa kita kayak pemeran Drama Korea?" celetuk Jisung, membuat lamunan Minho buyar seketika itu.

"Eh, maaf maaf. Gue cuma kaget. Gak nyangka ketemu lo di sini," sahut remaja bermarga Lee sambil menggaruk garuk tengkuknya yang gak gatal.

Jisung terkekeh pelan. "It's okay. Lo mau pesen apaan?" tanyanya sambil memperhatikan layar komputer kecil di hadapannya.

Minho tampak menimang nimang terlebih dahulu.

"Iced Americano," pilih Minho pada akhirnya.

Walaupun banyak minuman yang lebih menarik, pilihan Minho tentu gak jauh jauh dari kopi item tersebut.

"Oke. Ada yang lain?" tanya Jisung sambil menekan tombol di layar datar tersebut.

Minho menggeleng sebagai jawabannya.

Jisung mengangguk, lalu berlari ke arah salah satu mesin di sudut toko. Mesin untuk membuat Iced Americano.

Bisa Minho lihat, sosok manis tersebut terlihat handal dalam membuat kopi pilihannya. Berbeda dengan dirinya yang ceroboh. Yang kalau nuang kopi, pasti akan jatuh ke lantai dalam hitungan detik.

"Ini. Totalnya 1000 won," ucap si manis sambil menyerahkan satu gelas Iced Americano beserta struk pembayaran. 

Si bungsu Lee langsung merogoh tas ranselnya, dan mengeluarkan uang dengan jumlah yang dimaksud oleh Jisung.

"Makasih ya," seru Minho sambil melambai ke arah Jisung.

Si tupai pun membalas lambaian tangan tersebut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Trap Of Love [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang