Chapter 2 - Rencana

118 16 0
                                    

Setelah kejadian kemaren--tepatnya kejadian dimana kotak bekalnya menjadi bulan bulanan seisi kelas--Minho mulai sekarang udah antisipasi dari awal.

Dia bawa bekal tersebut saat berangkat sekolah, lalu sebelum sampai di sekolah, dia bakalan ganti kotak bekalnya dengan wadah berwarna lain. Bukan warna merah muda seperti yang biasanya Saerom gunakan.

"Minho, Mama sama Papa ada acara nanti. Juyeon juga ngambil kelas malem," jelas Saerom sambil memberikan bekal tersebut kepada si anak bungsu. "Jadi, nanti Tante Hayoung bakalan jagain kamu."

Muka Minho langsung sepet. Ngapain juga dijagain? Emang dia anak kecil?

"Gak usah, Ma. Minho bisa jaga diri kok. Kasihan Tante Hayoung, dia kan juga harus ngurus keluarganya sendiri," tolaknya dengan halus.

"Mama gak minta penolakan ya, Minho," ucap Saerom final, membuat muka Minho makin ketekuk.

Begitu selesai dengan urusan bekal, Saerom meraih tas selempang miliknya, lalu mengecup kening Minho. "Mama berangkat dulu ya. Papa udah nungguin soalnya," pamitnya sambil berlalu meninggalkan Minho.

Setelah sang ibu sudah menjauh dari dapur, Minho menghela napas pelan.

Si bungsu itu duduk di salah satu kursi sambil menopang sebelah pipinya, menatap kotak bekal merah mudanya.

Seharusnya dia berangkat sekolah sekarang, tapi entahlah, moodnya mendadak turun drastis.

"Belum berangkat lo?"

Minho menoleh ke arah tangga, dan mendapati Juyeon menuruni anak tangga satu per satu, lalu berjalan ke arahnya.

Si bungsu itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa belum berangkat? Entar telat," tanya si sulung itu lagi sambil mengambil segelas air putih dari dispenser.

Minho gak menjawab, malah menelungkupkan wajahnya di meja.

Juyeon menatap sang adik dengan tatapan heran. Gak biasanya Minho males malesan kayak gini.

Ngerasa kalau saudaranya itu lagi ada masalah, si sulung itu duduk di depan Minho. Menatap intens manusia di hadapannya yang masih menelungkupkan wajahnya di atas meja.

"Kenapa lagi?" tanya Juyeon, membuat Minho mendongakkan kepalanya.

Minho menggeleng sebagai jawabannya. Lalu kembali meletakkan kepalanya di atas meja, namun dengan angle yang berbeda. Matanya menatap kosong ke arah dispenser air.

"Masalah Tante Hayoung?" tebak Juyeon sambil meletakkan gelas air di atas meja, lalu menumpukan tangannya di meja.

Minho hanya mengangguk samar.

"Udah gue duga..."

Juyeon memijat pelipisnya pelan. "Gue sampe sekarang pun bingung... Kenapa Mama sama Papa protektif banget sama lo? Padahal sama gue biasa biasa aja."

"Bukannya gue iri sama lo, ya.. Gue cuma bertanya," ralat Juyeon secepatnya, karena takut si adik bungsunya ini bakalan salah paham.

"Lo aja bingung, apalagi gue," sahut Minho sambil beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" Juyeon bertanya sambil berteriak kepada Minho yang udah menjauh.

"Berangkat sekolah. Keburu telat," jawab Minho, dengan berteriak juga.

••••

Semenjak aksi "kabur"nya, Minho bener bener dijaga ketat. Bahkan, dia gak diperbolehin untuk pergi kemana mana sendiri, termasuk ke sekolah.

"Kenapa ya, Pak, kok saya selalu dilarang ini itu? Padahal, kan saya ini cowok. Masa cowok dilindungi terus terusan?" Minho yang udah capek dilarang segala galanya, akhirnya memutuskan untuk curhat sama si sopir pribadi.

Taeyong menghela napas pelan, lalu senyum ke Minho. "Ya, saya gak tahu pasti alasannya apa. Tapi yang jelas, Nyonya Lee dan Tuan Lee sayang sama kamu, nak."

Minho bersandar di kursi belakang mobil, lalu menghela napas sekali lagi. "Tapi bukannya ini berlebihan? Bahkan sampe minta bantuan Tante Hayoung cuma buat jagain saya?" tanyanya lagi.

Taeyong menatap Minho lewat kaca depan. "Kalau nak Minho mau, nanti saya bantu nak Minho."

"Bantu apa?"

Taeyong gak langsung menjawab, dia masih diem. Memikirkan kata yang tepat untuk menjelaskan rencana spektakulernya.

"Jadi begini.. Tante Hayoung kan suka shopping, jadi nanti saya ajak dia shopping. Terus, kamu bisa tinggal di rumah sendirian," jelas Taeyong dengan ringkas.

Senyum Minho langsung merekah. "Boleh tuh, Pak."

Taeyong membalas senyuman Minho. "Berarti nanti kamu pulang sendiri ya, nak. Bapak habis itu langsung nganterin Tante Hayoung ke mall, jadi kayaknya gak sempet jemput kamu," tambahnya.

Pemuda Lee itu langsung tersenyum sumringah. Dibolehin tinggal di rumah sendirian, terus dibolehin pulang sekolah sendirian pula. Ini adalah keberuntungan yang besar.

"Tapi, Pak.." Senyuman Minho mendadak luntur, membuat si sopir bertanya tanya.

"Ada apa, nak Minho?" tanya Taeyong sambil memperhatikan Minho dari kaca spion depan.

"Saya pulang sore, sedangkan Kak Juyeon ngampus malem. Kalau ketahuan gimana? Gimana kalau dia malah ngadu ke Mama Papa?"

Taeyong kembali tersenyum. "Kakak kamu pasti gak bakalan ngadu. Nanti bapak kasih tahu. Tenang aja."

Untuk hari ini, semesta sepertinya mengizinkan Minho untuk menikmati hidup yang sebenarnya. Dan Minho bersyukur akan hal itu.

Taeyong pun sama. Dia juga bersyukur si anak majikannya itu bisa memanfaatkan keadaan. Dia kadang kasihan sama Minho yang kesannya terlalu dikurung sama kedua orang tuanya.

Padahal, anak anak seumuran Minho yang lainnya bisa dengan bebas menikmati masa masa akhir sekolah tanpa ada halangan. Tetapi entahlah, apa yang dipertimbangkan oleh Saerom dan Minhyuk sampe sampe mereka nekat ngebatasin pergerakan Minho di kehidupan ini.

"Udah sampe nih. Sekolah yang rajin ya. Jangan nakal, oke?" pesan Taeyong sambil melambaikan tangan ke arah Minho yang memasuki gerbang sekolahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Other cast:

Song Hayoung; Fromis9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Song Hayoung; Fromis9

Trap Of Love [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang