"Ini rumah lo?" Jisung bertanya sambil memandangi rumah tingkat tiga di dalam komplek elite yang cukup dekat dengan universitas negeri seoul.
Berbanding jauh dengan rumahnya.
Minho menoleh ke arah Jisung, lalu mengangguk. "Mau mampir dulu?" tanyanya.
Jisung menggeleng pelan. "Kapan kapan aja. Gue masih ada urusan soalnya," tolaknya.
Minho mengangguk tanda paham. Dia juga gak bakalan maksa kok.
"Ya udah, gue duluan ya, Ho." Jisung melambaikan tangan sesaat ke arah Minho, lalu pergi meninggalkan komplek mewah ini.
Si tampan gak kunjung masuk rumah. Matanya masih terfokus pada satu objek yang sama; Jisung yang tampak melompat lompat sepanjang trotoar dengan riang.
"Ekhem."
Sontak si bungsu itu menoleh ke depan. Minhyuk sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam.
"E-eh... Papa...," panggil Minho dengan spontan, karena kaget.
••••
"Kenapa kamu pulang sendirian? Mana jalan kaki pula. Kemana Taeyong dan Tante Hayoung?" tanya Minhyuk beruntun.
Minho yang ditanya cuma bisa nundukin kepala diem. Gak tahu mau jawab apaan. Apa dia harus ngebongkar rencananya dan Taeyong?
"Jawab Minho." Suara tegas tersebut berhasil mengembalikan kesadaran Minho.
Minho mendongak, lalu menggeleng. "Pak Taeyong lagi nganterin Tante Hayoung ke mall, jadi Minho pulang sendiri."
Minho gak sepenuhnya berbohong. Dia jujur setengah, berbohong setengah.
Minhyuk menghela napas, lalu mengusap wajahnya kasar. Kembali menatap si anak bungsu.
"Terus kenapa kamu pulang jalan kaki? Di luaran sana banyak orang jahat, Minho," tanya pria tersebut dengan wajah cemas.
"Minho telat keluar kelas, jadi bisnya udah berangkat, dan itu juga bis terakhir yang lewat rute rumah kita," jelas si bungsu Lee itu, tanpa ragu.
Minhyuk mengangguk pelan. Oke, ini masih bisa dia maklumi.
"Lalu siapa remaja yang nganterin kamu pulang tadi? Mama gak pernah ngelihat wajahnya sebelumnya." Kini gantian Saerom yang bertanya.
Minho beralih menatap sang Ibu. "Itu temen Minho, Ma. Namanya Jisung."
Saerom tampak berpikir sejenak. "Tapi seingat Mama, gak ada anak bernama Jisung di kelasmu. Dia anak baru?" tanya wanita itu lagi.
Si anak hanya bisa mengangguk samar.
Ibu cantik yang baru menginjak usia 30 tahunan itu kembali menghela napas, lalu menatap Minho dengan tajam. "Lain kali, jangan minta anterin dia lagi, oke? Mana kita tahu kalau dia orang baik atau bukan."
"Tapi dia baik, Ma... Nyatanya Minho balik dengan badan utuh. Gak ada luka sama sekali," bantah si bungsu Lee itu. Dia masih kekeh sama pendiriannya itu.
Minhyuk memijit pelipisnya pelan. "Minho, mending kamu masuk ke kamar sekarang. Ganti baju terus makan. Nanti Bi Irene bawain makanan kamu ke kamar," perintah pria yang belun terlalu tua tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap Of Love [Minsung]
Fanfic"Penjara Kasih Sayang" bukanlah hal yang buruk, bukan pula hal yang baik. Jika kekurangan kasih sayang berdampak buruk pada seseorang, maka sama halnya dengan kebanyakan. Kedua hal tersebut sama sama buruknya.