Bagian 21

85 32 13
                                    

1 dasawarsa yang lalu

Sagara baru bangun dari tidurnya, setengah mengantuk dia duduk ditepi ranjang mencoba mengumpulkan kesadaran. Sementara lain dengan adik perempuan kembarannya, Zoa, yang terlihat semangat bulak-balik menyiapkan barang-barangnya.

"Kak, cepetan mandi nanti telat!"

Lelaki dengan piyama bergambar robot berwarna merah itu hanya menatap sang adik dengan malas. Dia bahkan menekuk kembali kakinya dan naik ke atas kasur siap tertidur. Jika saja Zoa tidak menahan dan menarik tangannya,

"JANGAN TIDUR LAGI, MANDI CEPETAN!"

"Aku nggak mau ikut kesana, males."

"Nggak bisa kak. Harus ikut! Ibu nggak bakal kasih aku izin pergi kalau kakak nggak ikut. Cepetan mandi sekarang!" Zoa masih terus menarik lengan kakaknya, juga Sagara yang berusaha mempertahankan badannya diatas kasur.

"Kenapa sih harus ikut kesana? Mending di rumah aja bisa tidur sampai siang."

"NGGAK BOLEH!! KITA HARUS IKUT KESANA!!"

Teriakan Zoa bagai alarm yang langsung membuat Sagara sadar sepenuhnya, ditambah lagi wajah adiknya itu sudah memerah, matanya berkaca-kaca dan mungkin saja teriakan barusan akan terulang disertai dengan tangisan keras.

"Iya-iya, aku mandi." Pada akhirnya, kakak memang selalu ditakdirkan untuk mengalah meski umur mereka hanya berjarak hitungan menit.

"Udah sana turun ke bawah, nanti aku nyusul."

"Bener loh ya, janji? Jangan tidur lagi!" Ancamnya.

"Iya, udah sana aku mau mandi."

Hari ini terpaksa Sagara harus menuruti permintaan adiknya. Sekolah memang tidak mengharuskan semua murid ikut ke taman bunga dengan tujuan karya wisata. Ibunya mengizinkan mereka ikut asal memang keduanya berangkat bersama. Tidak boleh hanya Zoa saja yang pergi ataupun sebaliknya. Ini membuat Sagara tak punya pilihan. Kembarannya terlalu antusias dan terus memaksanya untuk ikut agar dia juga bisa pergi ke taman bunga.

Seperti biasa, ibunya sudah menyiapkan sarapan diatas meja makan. Kali ini roti selai strawberry dengan hiasan sereal yang dibentuk menyerupai beruang. Zoa selalu suka dengan kreasi ibunya itu, meski katanya tidak tega jika harus digigit karena terlalu lucu.

"Jangan nakal!" Ini adalah peringatan kesekian yang dilontarkan ibunya.

"Kita nggak akan nakal." Jawab Zoa.

"Jangan jauh-jauh dari bu guru. Taman bunganya gede banget, jangan sampai nanti kalian malah kepisah dari yang lain. Paham?"

Sagara dan Zoa mengangguk, bedanya si cantik terlihat lebih bersemangat sambil terus menarik tangan ibunya untuk segara berangkat ke sekolah, tempat berkumpul sebelum pergi bersama ke taman bunga.

Dari puluhan anak berseragam warna-warni, rasanya hanya Sagara yang terlihat biasa saja. Dia hanya diam memperhatikan teman-temannya yang lain mengoceh bercerita apa yang nanti akan mereka temukan disana. Sagara benar-benar tidak tertarik. Ia hanya ingin cepat pulang dan bermain dengan mobilan barunya.

"Anak-anak, ayo kita berangkat." ucap bu guru sembari sibuk mengarahkan anak muridnya masuk ke dalam mini bus sekolah bertuliskan Mulawarman Kindergarden.

Sagara duduk disamping Zoa yang tidak bisa diam dipinggir jendela. Teman-teman perempuannya yang diam-diam selalu mendekati Sagara, berebutan untuk bisa duduk di kursi depan atau belakangnya.

SAGARA :: forsyice [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang