Bagian 31

86 27 28
                                    

Kejadian kemarin membuatku sulit memejamkan mata semalaman. Nyaris saja aku tidak tidur. Paragraf itu terus saja terngiang dikepalaku, setiap kalimatnya begitu jelas lengkap dengan ekpresi terkejut Sagara yang juga tidak menjelaskan apapun saat mengantarku pulang.

Bahkan hingga pagi ini, lelaki itu tidak mengirim pesan apapun, tidak ada penjelasan tentang pertanyaanku kemarin, dan keberadaannya juga belum terlihat di sekolah. Andai kami bertemu, pasti suasanya akan menjadi secanggung kemarin.

Inginnya aku menuntut kejelasan dariapa yang dia tulis. Bisa saja bukan Jelly nama panggilanku yang dia maksud. Tapi wajah pucatnya semalam benar-benar mengganggu, apa dia sama gugupnya denganku? Namun aku tak bisa sampai melakukan pemaksaan itu, sudah kubilang bertemu denganya saja pasti sudah merepotkan hatiku. Rasanya tak kuat menahan debaran yang tak karuan ini.

Sagara menyukaiku? AAAAAAAAAA!!!

"Jelly!" Panggil Zoa yang baru kembali dari kantin bersama Jinan dengan alasan membeli sarapan. Sengaja aku tak ikut dengan mereka karena sudah jelas alasannya, bagaimana jika bertemu dengan Sagara? Ah dasar perempuan! Katanya penasaran tapi juga takut disaat yang bersamaaan. Kini aku mengakui kalau diriku benar-benar menyebalkan.

"Udah sarapannya?" Demi menutupi kegelisahan ini, kucoba untuk terlihat normal dan biasa saja. Zoa tidak membawa apapun selepas dari kantin begitu juga Jinan. Padahal tadi mereka sempat mengatakan ingin membeli roti cokelat.

"Nggak jadi, Zoa malah keburu biasalah sama Sagara. Jadi katanya nggak mood sarapan." Jinan kembali duduk disampingku. Aku bernafas lega, untung saja firasatku benar karena tidak ikut bersama mereka.

"Nih buat kamu, dari Sagara." Zoa menyodorkan sebuah amplop putih yang kembali membuatku berdebar, apalagi katanya dari Sagara.

"I—ini apa?"

"Tiket buat nonton pertandingan dia sabtu besok."

"A—ah itu, makasih ya." Kuterima amplop itu, sedikit lega karena ternyata bukan menyangkut kejadian kemarin.

"Aku juga dapet! Kita berangkat bareng aja gimana? Sagara kasih 7 tiket, pas kan?" Ujar Jinan yang terlihat bersemangat memamerkan tiketnya. Aku jadi ikut senang. Bersama dengan yang lainnya pasti akan jauh lebih baik.

"Oke, nanti aku kasih buat yang lainnya. Jarang banget ada pertandingan skating di negera sendiri, jadi tiketnya pasti susah. Beberapa anak Avicenna mati-matian buat dapetin ini, rasanya kayak war tiket konser."

Mendengar penjelasan Zoa, kucoba menguatkan diri untuk membanting perasaan ini. Aku akan datang seperti kebanyakan orang, mendukung Sagara sebagai salah satu perwakilan negara.

"Eh tapi punya Kanya gimana? Dia kan masih dispensasi." Ucap Jinan.

"Pertandingan dia bisa ditonton untuk umumkan? Ada tiketnya juga?" Tanya Zoa yang tak bisa kami jawab karena minimnya informasi.

"Selamat pagi!!"

Seperti biasa teriakan Sonya selalu membuat semua orang langsung menghentikan semua aktivitasnya hanya untuk melihat perempuan itu berjalan di depan kelas dan sesekali berputar bak seorang model dengan tangan yang menjinjing tas kecil berisikan makanan.

"Nanti pulang sekolah kita ke gor tempat Kanya tanding yuk? Aku buatin makanan buat dia tapi lupa kalau ternyata hari ini dispensasi."

Seperti melakukan telepati, Sonya yang baru datang itu langsung mengajak kami untuk melihat pertandingan Kanya. Tentu saja langsung disanggupi dengan anggukan antusias. Dia bilang untuk masuk melihat pertandingan karate hanya perlu membeli tiket langsung ditempat. Berita baik yang kami tunggu-tunggu.

SAGARA :: forsyice [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang