Chapter 12

3.7K 666 26
                                    

"Beritahu aku jika noah berubah pikiran."

William mengangguk mendengar perkataan Victoria. Noah tidak ingin pergi ke rumah Victoria. Anak itu menolak saat Victoria mengajaknya pergi.

"Jaga dirimu! Jangan terlalu banyak bekerja! Dan menikahlah lagi!"

"Ada apa dengan kalimat terakhir itu!?"

"Aku pernah mengatakan kepadamu, noah itu membutuhkan seorang ibu, kau juga membutuhkan pendamping. Aku tidak bisa bersama kalian setiap saat. Lagipula jika kau menikah lagi, kau pasti tidak akan gila bekerja dan akan sering berada dirumah." Kata Victoria. Dimatanya hidup William itu menyedihkan. Mengapa hidup adiknya begitu menyedihkan?

"Jangan lupa untuk mengenalkannya kepadaku. Ia akan menjadi adik iparku."

"Dia siapa yang kakak maksud!?" Tanya William dengan kesal.

"Tentu saja calon pendampingmu." Jawab Victoria enteng.

William menghela nafasnya. Satu hal yang ia tak sukai dari kakaknya, sering berbicara seenaknya.

"Hati-hati! Semoga selamat sampai tujuan." Kata William. Kakaknya banyak berbicara.

"Kau mengusirku!?"

"Aku tidak mengusirmu, tapi max dan mia sudah menunggu di mobil." Jawab William. "Mungkin juga kak steffan sudah menunggu dirumah."

Victoria menatap adiknya dengan curiga. William berbicara seperti itu pasti karena ingin mengusirnya.

"Jaga dirimu! Jangan--"

"Jangan terlalu banyak bekerja." Potong William. "Kakak sudah mengatakannya tadi."

"Aku mengkhawatirkanmu! Apa itu salah!?" Tanya Victoria.

"Tidak. Bukan kakak yang salah, tapi aku yang salah" Jawab William. Ia harus mengalah agar Victoria segera kembali ke rumahnya.

William mengantarkan Victoria ke depan rumah hingga kakaknya itu masuk kedalam mobil. Ia menatap mobil yang baru saja keluar dari gerbang lalu menghela nafasnya.

"Menikah lagi? Aku bahkan tidak mempunyai calonnya." Gumam William. Ia kembali masuk kedalam lalu menghampiri Noah dikamarnya.

Noah masih berbaring diatas tempat tidurnya. Ia sudah tidak menangis, tapi menjadi diam tanpa mengeluarkan suara apapun.

"Sayang?"

"Ayo makan! Noah kan belum makan malam." Kata William. Waktu makan malam itu sekitar 2 jam yang lalu dan Noah belum mengisi perutnya sejak mereka kembali dari taman, mungkin sekitar 8 jam yang lalu.

"Sayang, berbicaralah!" Kata William.

Sejujurnya jika diberi pilihan lebih baik Noah menangis atau diam saja, William akan memilih Noah menangis saja. Noah diam tidak mengeluarkan suara itu membuat dirinya khawatir.

"Daddy akan menghubungi rubee jika noah makan." Kata William membuat Noah langsung menoleh kepadanya.

"Daddy berjanji?" Tanya Noah sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Ia takut itu hanya harapan palsu yang diberikan oleh ayahnya.

"Iya, daddy berjanji." Jawab William. Ia ikut menautkan jari kelingkingnya di jari mungil Noah.

William menghela nafas lega saat Noah beranjak dari tempat tidurnya. Noah menarik tangannya untuk turun ke ruang makan.

"Gitta!"

"Ya tuan?"

"Hangatkan makanan untuk noah!"

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang