Chapter 3

4.9K 708 26
                                    

"Apa noah sudah tidur?"

"Belum tuan. Tuan muda masih mengerjakan tugas sekolahnya. Ia meminta susu hangat untuk menemani belajarnya itu."

William mengangguk. Setelah itu ia masuk kedalam kamar Noah, putra semata wayangnya itu sedang belajar tanpa mempedulikan kedatangannya.

"Memerlukan bantuan?"

Noah hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan ayahnya. William menghela nafasnya, putranya masih kesal kepadanya.

"Maafkan daddy. Daddy tidak tahu bahwa kau sedang bersama orang tadi."

"Memangnya apa yang daddy tahu!? Daddy hanya sibuk bekerja, daddy tidak mengetahui apapun!"

Noah menjawab tanpa menoleh sedikitpun kepada ayahnya. Ia kesal dengan ayahnya dan semua orang yang memintanya untuk pulang.

"Noah! Jangan berbicara tidak sopan kepada orang tua!" Tegur William.

"Daddy bekerja untukmu. Daddy mencari uang agar bisa membelikan mu mainan dan yang lainnya."

"TAPI AKU TIDAK MEMBUTUHKANNYA!"

William terkejut mendengar putranya berteriak kepadanya. Noah tidak pernah berbuat tidak sopan seperti ini sebelumnya.

"DADDY TIDAK MEMPUNYAI WAKTU UNTUK BERMAIN DENGANKU KARENA DADDY SIBUK BEKERJA! DADDY BAHKAN TIDAK PERNAH DATANG KE ACARA SEKOLAHKU MELAINKAN HANYA BIBI GITTA DAN PAMAN CHRISS KARENA DADDY SIBUK BEKERJA!"

Noah segera meninggalkan ayahnya menuju ranjangnya. Ia menutup tubuhnya dengan selimut dan menangis didalamnya. William mengacak rambutnya.

"Sayang, maafkan daddy." William ikut naik diatas ranjang Noah.

"Aku benci daddy." Kata Noah. Ayahnya tidak pernah mempunyai waktu untuknya. William menghela nafasnya. Noah tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Kita bicarakan ini besok pagi, sekarang bersiap untuk tidur. Keluar dari dalam selimut sayang, kau akan kepanasan. Daddy akan pergi, Gitta akan membawakan susu hangat untukmu."

William memilih untuk meninggalkan Noah. Ia takut jika ini dilanjutkan ia akan membentak Noah karena perilaku tidak sopannya. Didepan kamar Noah, William bertemu dengan Gitta yang membawa nampan berisi segelas susu dan sepiring biskuit.

"Noah sedang kesal kepadaku, tolong bujuk dia."

"Baik tuan."

Gitta masuk kedalam kamar Noah. Ia mendengar Noah berteriak tadi. Ia mengusap tubuh Noah yang dibalut selimut.

"Tuan muda? Bibi membawakan susu hangat pesanan tuan muda. Keluar dari dalam selimut, tuan akan kepanasan nantinya." Kata Gitta. Ia menarik pelan selimut yang menutupi tubuh Noah. Sesak rasanya melihat Noah yang sedang menangis itu.

Gitta membawa Noah kedalam pelukannya. Ia yang merawat Noah sejak baru dilahirkan. Noah sudah seperti putranya sendiri. Ia merasa sesak jika Noah sedang menangis tersedu-sedu seperti ini.

"Aku membenci daddy."

"Jangan berbicara seperti itu! Itu tidak baik. Noah adalah anak baik dan anak baik tidak berbicara seperti itu." Tegur Noah.

"Daddy tidak pernah bermain denganku, aku hanya bermain dengan bibi dan paman Chriss. Daddy juga tidak pernah datang ke acara sekolahku, semua orang tua temanku datang, hanya daddy yang tidak datang." Adu Noah. Gitta menggusap punggung kecil Noah.

"Tuan besar kan memiliki perusaahan yang besar, butuh waktu yang banyak untuk bekerja di perusahaan besar."

"Tapikan daddy bos, seorang bos bebas melakukan apapun."

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang