Ascend Level Up Quest

194 21 7
                                    

Seperti kita bermain game (especially RPG), kita dalam hidup ini juga punya level-level kekuatan, skill, kemampuan yang bisa kita upgrade. Iya nggak?

Tuhan itu berlaku sebagai GM (Game Master) atau developer, yang akan ngasih kita ujian (ascend quest) untuk bisa naik level.

Cuma, ujian di dunia ini nggak benar-benar kelihatan mana misinya, mana objective-nya, harus ngapain, harus pergi kemana, harus ngalahin apa, harus dapat item apa, dsb. Kita pun nggak bisa pake cheat, bahkan buku panduan cara menyelesaikannya aja nggak ada.

Aku mau mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh gimana ujian level up di dunia itu. Menurutku, ada beberapa bentuk, yang masing-masing tingkat kesulitannya makin sulit buat diselesaikan.

ASCEND I :
Ujian yang Menyakitkan

Kalian pernah ngerasain sakitnya ditolak orang yang disukai? Diputusin? Dimusuhin sama teman-teman? Nggak diijinin dan sering tengkar sama orang tua? Well, segala jenis ujian yang membuat kita ngerasa sakit, itu bisa masuk sini.

Tapi seberapa pun menyakitkan ujian ini, aslinya ini adalah ujian yang paling gampang buat diselesaikan.

Kok bisa?

Jadi begini... Rasa sakit itu adalah motivasi paling kuat manusia. Manusia bisa melakukan apa aja supaya dia nggak lagi merasakan rasa sakit itu. Entah benar atau nggak caranya, yang jelas manusia bakal secara auto-pilot buat mencari jalan biar nggak merasa sakit lagi.

Dorongan ini cukup kuat buat jadi motivasi keluar dari masalah, dan berusaha menyelesaikan ujian ini. Meskipun tentu saja sulit dalam prosesnya, tapi toh cepat atau lambat, kita akan bisa menyelesaikan ujian ini dan level up, jadi orang yang lebih strong.

ASCEND II :
Ujian yang Membahagiakan

Apa yang lebih sulit dari berhenti melakukan hal-hal yang kita sukai? Meskipun hal itu kadang malah mendatangkan masalah, tapi kita suka... Ya tetap kita teruskan aja perbuatan itu.

Kadang kalau lagi dalam emosi enak, nyantai, kita juga jadi lupa kewajiban-kewajiban lainnya. Misal nyantai maraton drakor atau anime, mojok sambil main game, atau hang-out bareng teman-teman ... Kita jadi lupa kalau harus belajar, harus bersih-bersih rumah, harus ibadah, dsb.

Itu masih gampang ya... Belum lagi nanti kalau dunia orang dewasa, jauh lebih susah. Terlena sama kekayaan, jadi sultan, jadi artis, populer, dapat jabatan, tajir melintir, terus lupa sama orang tua, lupa sama saudara sendiri, teman yang lama dibuang, dsb. Ini banyak kejadian kan?

Dan ini susah banget buat diselesaiin. Kenapa? Karena ya mereka nyaman toh dengan kondisi itu. Meskipun tahu kalau perbuatan mereka salah, tapi ya gimana lagi, rasanya gak bisa berhenti.

Nah, itu makanya ujian yang membahagiakan itu lebih sulit. Karena kita dari dalam diri aja sulit buat bergerak nyelesain itu. Kita dilawan sama sosok diri kita yang lain, yang masih menginginkan kesenangan-kesenangan itu.

Musuh yang paling berat adalah diri sendiri, kan?

ASCEBD III
Ujian yang Tak Terlihat

Kalau ada ujian yang lebih sulit dari ujian yang membahagiakan, tentunya adalah ujian yang nggak kita tahu kalau sebenarnya kita sedang diuji.

Apa yang lebih susah daripada melawan musuh yang tidak terlihat?
(Plus, musuh itu adalah diri sendiri).

Seperti apa sih misal ujian yang tak terlihat? Contohnya adalah ujian yang seharusnya kita hadapi, tapi kita sendiri nggak mau menganggap itu sebuah ujian, akhirnya nggak ada niatan 1% pun buat menyelesaikannya.

Temanku pernah punya teman yang itu dia perfeksionis banget. Dia anaknya maunya serba sempurna: superior, suka looking down ke anak lain, sombong, dan gak mau dengerin orang yang dia anggap posisinya ada di bawahnya.

Waktu temanku ngingatin dia kalau dia itu perfeksionis, dan harus memperbaiki sifatnya itu, dia malah nyolot, "Emang kenapa kalau aku perfeksionis? Perfeksionis kan baik? Aku jadi bisa dapat nilai bagus dan banyak prestasi-prestasi."

Lihat kan? Dia bahkan gak mau mengakui kalau dia sedang diuji Tuhan dengan sifat yang merugikan itu. Dia nggak melihat ini sebagai ujian. Makanya aku bilang, ini adalah ujian yang tidak terlihat.

Gimana bisa menyelesaikan ujian ini kalau dari dalam dirinya aja nggak ada kemauan sama sekali? Itu lebih sulit-sulit-sulit banget kan buat diselesaikan?

Padahal kalau dia nggak menyelesaikan ujian ini, dia nggak akan bisa level up, terus stagnan di posisinya sekarang, atau malah bisa turun level.

Lebih parah lagi kalau ujian tipe dua dan tipe tiga terjadi bersamaan : dapat ujian yang melenakan, plus nggak mau ngakui kalau yang dia lakuin ini buruk. Nah... Itu double kill.

Tapi, well, ujian apa pun yang menimpa kita, pasti ada jalan kalau kita mau menyelesaikan. Tuhan nggak akan memberi kita ujian yang mustahil. Kayak developer game yang gak akan desain quest yang mustahil buat di-complete quest.

So, don't give up!
And be humble.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MindtalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang