Takut
Aku menatap terkejut pada dua lelaki yang kini tersungkur mengenaskan tepat di bawah kaki Juna, dengan kaos putih dan celana jeans (yang jarang kulihat) dan beberapa besutan di siku dan samping lututnya. Berdiri membara dengan nafas memburu, menatap ke arah dua lelaki yang tadi katanya ia pukul membabi buta.
Sehebat itu dia, menghajar dua laki-laki sekaligus?
Tapi ada apa dengannya? dari mana asalnya luka itu?
Tidak mungkin itu ulah seseorang, pada bagian tertentu kain itu sobek lalu menembus kuitnya yang kini mulai sepadan dengan warna kaosnya.
Seperti orang gagap, aku hanya mampu membuka mulut tanpa mengeluarkan suara. Otakku blank saat ini bingung dengan apa yang terjadi belum sempet informasi dari Indah kucerna kini Juna langsung ambil aksi. Ah ya tuhan, tatapan anak sanggar kini memperhatikan ketuanya dengan iba, tentu saja hidungnya mengeluarkan darah terus. Sementara Rakai sudah mulai beranjak dari keterpurukannya, tidak dengan emosi lelaki itu hanya menampilkan eksprisi biasanya seraya mengelap sudut bibirnya yang sepertinya sobek.
Masih belum bisa mengendalikan keterkejutanku, aku beralih pada anak sanggar yang mulai berbisik dan menatap ngeri Juna yang dengan pongahnya berdiri di hadapan orang teraniaya. Arul dan Agus yang kebetulan juga menatapku, segera kuberi kode untuk membantu Bang Rendi. Darah dari hidungnya belum juga berhenti sepengelihatanku. Itu pasti menyakitkan.
Tak ada yang berani membela mereka berdua, Juna dan Bang Pambudi sudah terkenal preman kampung sejak dulu walau mereka sudah tak tinggal lagi di sini namun tetap saja pengaruhnya masih ada. Terlebih Juna cucu Bapak Ajun terpandang, seorang wirausaha yang memberikan lapangan pekerjaan untuk warga kampung. Memang usahanya di kampung ini tak sebesar usahanya di Bandung, namun tetap saja itu memberikan dampak besar terhadap warga kampung.
"Jun," suara Rakai yang hendak menjangkau bahu Juna, sayangnya dengan sigap Juna menghindar hingga tangan Rakai hanya menggantung di udara. Lelaki itu tersenyum, senyum maklum sama seperti yang ia perlihatkan padaku siang tadi.
Wajah Juna masih mengeras tanpa niatan buka suara, tangannya yang terkepal kuat hingga memutih. Cacing Amazon di lengannya juga mulai tampak di sertai licinnya keringat yang membalut lengan kokohnya. Tentu saja, dua lelaki itu bisa sampai tersungkur jika lengannya saja seperti itu.
Melihat kondisi yang tak kondusif Indah membubarkan anak sanggar, sebagian di usir paksa hingga harus memaki mereka-mereka yang masih kekeh ingin menonton pertunjukkan ini.
Aku berjalan pelan kearah Juna hendak meraih lengannya, tapi aura mencengkam mengurungkan niatku jadilah aku berdiri di sampingnya dengan cemas-cemas. Takut sewaktu-waktu Juna kembali menyerang Rakai.
Ada beberapa kata yang ingin ku sampaikan hanya saja, lidahku Kelu untuk berucap. Tak sanggup pada suasan mencengkam seperti ini, lebih dari suasana intimidasi yang ia keluarkan padaku.
Baru tadi siang aku berkata dengan diriku sendiri jikalau Rakai mendapatkan perlakuan 'berbeda' dengan para lelaki yang biasanya di cemburui Juna tapi malam ini semua terpatahkan, entah Juna yang sudah muak atau kelepasan malam ini. Ini pertama kalinya Juna main fisik dengan Rakai, aku tidak tau apa yang memprovokasinya hingga ia benar-benar berasap malam ini.
"Juna," panggilku agak cepat, takut bila memanggilnya pelan nada suara ku tak beraturan nantinya bisa-bisa terdengar seperti orang merintih.
Tanpa menoleh, Ia masih asik dengan pemandangan di depannya, Rakai. Mereka saling tatap, bukan tatapan bersahabat. Tatapan yang tak bisa kumengerti, hanya mereka yang tau.
"Setakut itu ya? Sampe emosi?" Kali ini nada Rakai terdengar meledek tapi dengan intonasi santun.
Juna tak menanggapi masih menatap marah Rakai, bola matanya membulat besar seakan akan keluar dari kelopak matanya yang terdapat kantung samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Saia !
Romance"Saia?" ucapnya mencebik tak suka, membalikkan badanku menghadapnya yang kini berdandar pada tangki motornya. Menempelkan tubuh kami, tangannya kini bertengger pada pinggangku. Aku sibuk memperhatikan kanan kiri guna mengawasi barangkali ada seseor...