4.four

159 10 1
                                    

"Eoh? Bagaimana bisa kau disini sehun?"

.
.
.
.
.
.
.


Mata sang lebih tua menatap tajam pada yg muda, aneh bagi nya jika sang muda mengenal salah satu teman nya lantaran teman teman nya hanyalah berandal tidak punya masa depan.

"Kau mengenal dia sehun?" Dengus sang lebih tua, jongin.

"Tidak,..

..Hei nona bisa kau beri tahu nama mu?"

Suara sehun bisa dikatagorikan lembut maka tak heran banyak wanita dan submisif yg langsung jatuh hati hanya karna suara nya.

"Kau tak kenal aku? Padahal jelas jelas tadi pagi aku memberi mu coklat!"
Sang empunya melangkah mengikis jarak antara ia dan sehun, tentu nya jongin tidak suka itu.

"Ahh.. Yg tadi pagi ya, terimakasih coklat nya enak." Senyum seadanya, itu jurus pamungkas sehun saat dirinya malas pada seseorang.

"Kau benar benar tidak ingat aku sehun?" Sang wanita menatap tajam.
Tentunya tidak berakibat pada sehun.

"Oh ayolah.. Yg memberiku coklat itu banyak, tidak kamu seorang."
Sehun sedang sensitif untuk saat ini makanya tidak banyak orang yg mau mengganggu sehun.

"Berhenti lisa, adik ku benar benar tidak ingat kamu lagipula kau hanya memberi nya coklat bukan uang." Jongin menarik pergelangan tangan sehun dengan cepat untuk menjauh dari wanita berdarah thailand itu yg gila.

"Ditolak perasaan benar benar semenyakitkan ini ya." Dirinya lesu, tak menyangka sehun tak mengingatnya.

"Itu bukan salah ku, aku tak pernah menyuruh mu untuk berharap padaku bukan?"

Berhenti nya sehun membuat sang kaka menghela nafas kasar, ia sedang mengejar waktu.

"Sudah kubilang hentikan!"
Teriakan sang tua membuat gertakan untuk sehun namun sayang sehun tak merasa takut ataupun bergeming.

"Ah,sial."
Umpat jongin.

-butterfly's-

Tangan kekar entah milik siapa itu melempar bola basket sembarangan, hampir saja mengenai kepala sehun.

"Kau membawa bocah ingusan itu jongin?" Tanya nya menatap rendah pada pemilik marga park itu.

"Apa itu masalah untuk mu sialan?"
Jelas jongin tidak suka direndahkan.

"Sebutkan harga si bocah itu, aku akan membayarnya untuk menemani ku malam ini." Sang wanita baru selesai touch up pada wajah nya yg bisa dipastikan dalam keadaan menor.

"Kau.. ingin membayar ku nona? Aku bahkan muak melihat wajah aneh mu."
Saat ini sehun jelas memperlihatkan posisi nya pada teman teman abangnya.

"Dasar kau sialan!" Emosi nya memuncak, sebut saja naeun.

"Biarkan saja wanita itu tuan sehun, oh ya tuan jongin balapan akan dimulai 10 menit lagi silahkan siap siap."
Jennie datang menyambut kedua tuan muda park itu, niat nya hanya memberikan helm serta kunci motor pada jongin saja.

"Kau jennie sialan! "
Bentak naeun.

"Jangan sekali sekali kau bercaci maki bawahan ku, bangsat." Jongin tidak marah, hanya memberi peringatan bahwa orang nya tidak boleh disentuh siapapun.

Bibir tipis jennie mengedut ke arah samping atas, menatap sang wanita lebih muda setahun darinya dengan tatapan merendahkan.

Kini tuan muda ke dua sudah duduk di tempat biasa kakak nya berada, disini, tahta tertinggi di lingkungan bermain nya anak nakal.

Di singgasana yg terbuat dari besi murni yg sudah diasah serta dudukan nya yang terbuat dari kain pasutri dan bulu halus,didepan matanya disuguhi layar tv bermerk samsung itu yg langsung menayangkan balapan langsung kakak tercintanya.

"Bagaimana bisa ia menduduki singgasana sang ketua?jelas jelas ia hanya boneka nya si tua park."
Begitu bisik nya jung krystal, saudara serahim beda ayah nya kim jennie.

"Aku bukan boneka nya park chanyeol,aku pantas menduduki singgasana ini karna darah jong- maksudku Hyung mengalir di dna ku."
Omongan sehun masuk akal.

"Ya ya ya ya terserah kau saja tuan muda lemah."
Krystal pergi menuju tempat adik nya berada, garis start tempat pembalap bersiap siap.

Sehun hanya mendengus kesal.










Tbc.

butterfly's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang