Chapter 7. Misteri Cintanya

86 12 0
                                    

🍂🍂🍂

Jerit jangkrik di tengah hutan terdengar menyayat hati. Suara-suara hewan malam lainnya ikut meningkahi hingga menambah sendu suasana malam hari di pinggir hutan Pekasan. Aroma lembap dari lumut tebal yang berjelaga di akar-akar pepohonan menyeruak masuk dalam rongga penciuman. 

Perlahan kelopak mata Sareena terbuka, menyisakan bias hijau terang pada bola matanya yang kemudian meredup menjadi pekat. Cahaya yang berpendar dari rune di keningnya pun perlahan memudar. Puluhan detik berlalu Sareena habiskan untuk menetralkan deru napas yang sebelumnya begitu memburu. Bibir tipisnya mulai komat-kamit mengucapkan zikir pendek yang diajarkan Kai Madjid. 

Sareena menyeret tubuhnya untuk bangun dengan susah payah. Rasa sakit menusuk di rongga dadanya menyebabkan rasa sesak pada pernapasan serta linu di sekujur tubuhnya. Rasanya tubuh ringkihnya hampir tak mampu lagi menampung rasa sakit kian hari kian bertambah.

Mimpi itu lagi. Mengapa mimpi itu mulai datang? keluh Sareena dalam hati.

Sebisa mungkin dia menguatkan tubuhnya. Setelah tubuhnya bisa duduk tegak, Sareena melakukan posisi semedi, kedua kakinya disilangkan di atas pahanya, ibu jari kanannya menekan titik nadi antara ibu jari dan telunjuk tangan kirinya. 

Dengan konsentrasi penuh, Sareena berusaha menyimpul kembali titik hawa murni dalam organ vitalnya, serta menetralisasi hawa buruk dalam peredaran darahnya.

Pelajaran tentang pemurnian tenaga dalam yang diajarkan kakek tabib benar-benar berguna bagi Sareena. Dengan metode sederhana yang disesuaikan dengan kekuatan dasar dan struktur tubuh perempuan, pemurnian tenaga dalam yang dilakukan Sareena mampu mengembalikan vitalitas tubuhnya.

Orang-orang yang mengenal Kai Madjid hanya tahu kalau kakek tua itu sangat pandai mengenai obat-obatan herbal dari dedaunan murni selain melakukan ruqyah untuk penyembuhan penyakit tertentu.

Padahal, dibalik ketenaran Kai Madjid, peran Sareena tidak kalah penting. Sareena gadis cacat rupa dan kaki itu seperti detektor penyakit bagi kakek tabib. Dia dikaruniai rune penyembuh yang bisa mengidentifikasi titik penyakit di tubuh pasien, gejala tersembunyi yang kadang tidak disampaikan pasien, juga seberapa besar tingkat keparahan penyakit.

Bagi orang lain hal itu sangat mustahil dan di luar nalar. Itulah sebabnya Kai Madjid menyembunyikan kemampuan Sareena sekaligus melindungi cucunya dari orang yang ingin memanfaatkan kemampuannya. Mengenai dari mana Sareena mendapatkan anugerah itu, hanya Kai Madjid yang tahu. Itu akan menjadi rahasia seumur hidupnya.

Waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari ketika Sareena menyelesaikan semedi. Matanya sudah tak bisa terpejam lagi. Gadis itu memilih beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Seperti kebiasaannya ketika terbangun di malam hari karena mimpi buruk, Sareena akan menghabiskan sisa malam dengan semedi kemudian menunaikan salat malam.

Suara batuk terdengar dari kamar Kai Madjid. Sareena akan membangunkan sang kakek ketika waktu salat subuh tiba. Kini, dia hanya ingin sendiri menghadap pada Sang Penciptanya, tempat menyerahkan seluruh raganya yang telah lelah didera derita rasa sakit. Satu-satunya tempat dia mengeluhkan semua kesedihan, kesendirian, dan perasaan terbuang. Tempat dia meminta perlindungan dari marabahaya yang sewaktu-waktu bisa merenggut jiwanya. 

Hatinya yang pernah terisi harapan delapan tahun yang lalu, kini tak lagi bertuan. Hanya ada tersisa kerinduan kepada kedua orang tua yang tak pernah mencarinya. Kesendirian yang menyiksa meluruhkan semua tangis yang selalu tersimpan di balik wajah sunyi serta kerudung kusamnya. 

Isak tangisnya hanya bisa didengarkan oleh desau angin malam. Jerit jangkrik terdiam seolah memberikan kesempatan kepada penghuni malam untuk mendengarkan jeritan hati sang gadis. 

Gadis Penyembuh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang