*Silahkan cari lagu sedih yang mungkin bisa mengantar kalian waktu baca chapter ini~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Enjoy!
Warning ada typo!-----------------------------------------------------
"Jimin?" gumam Seokjin saat melihat Jimin dengan pakaian rumah sakit.
Ia pun kembali masuk dan mengikuti kemana Jimin pergi. Seokjin juga hampir memanggil Jimin jika bukan karena V.
Malaikat itu tiba-tiba saja muncul dan memaksanya pergi dari sana.
"Yakk, kau ini kenapa!" seru Seokjin setelah dibawa pulang oleh V. "Sahabatku sedang sakit disana, aku harus menemuinya,"
V menggeleng, "Disana tidak aman, kau tidak lihat kondisimu? Kau itu tadi pingsan karena terlalu memforsir tubuhmu,"
Seokjin tidak mengerti.
"Kuberi tahu satu hal, Seokjin-" V maju mendekati Seokjin. "Semakin sering tubuhmu digunakan roh, maka tubuhmu akan semakin lemah."
"Dan roh akan semakin leluasa masuk tanpa bisa kau cegah,"
"Tapi aku merasa baik-baik saja-"
"Itu karena aku ada disekitarmu, jadi mereka tidak bisa mendekat."
Keduanya terdiam.
"Sudahlah, aku harus pergi. Ingat, jauhi tempat yang terlihat banyak roh berkeliaran-" sahut V seraya pergi meninggalkan Seokjin.
"Tidak masuk akal," gumam Seokjin
----------------------------------------------------------------------
Sudah seminggu semenjak Jungkook dan roh kakaknya pergi membuat perubahan dalam diri V, dan Seokjin menyadari itu. Mood malaikat maut itu berubah-rubah. Dimulai dari kejadian dimalam ia dan V mengantar Jungkook.
Seokjin tahu, V antara merindukan Jungkook atau ia ingin segera pergi seperti Jungkook.
"V-ssi," panggil Seokjin.
V yang tengah menatap pemandanan malam hari hamparan sungai Han dari atas jembatan pun menoleh. "Hm,"
"Boleh aku bertanya sesuatu"
"Tentu," ujar V.
Seokjin turut menatap hamparan air sungai Han dimalam hari, "Apa yang akan terjadi padaku jika kau mendapatkan tugas terakhir seperti Jungkook,"
"Apa aku akan tetap hidup atau-"
"Kau akan tetap hidup, memangnya mau kemana lagi," sela V.
Seokjin sedikit terkejut dengan jawaban V, "Hm, bukankah kau sendiri yang bilang bahwa seharusnya aku sudah ma-"
V menggeleng, "Itu murni kesalahanku, jadi aku yang harus bertanggung jawab. Dan aku pastikan, kau akan tetap hidup, Jin-"
"Geuraseo,"
"Ngomong-ngomong, bagaimana temanmu yang kau temui di rumah sakit?" tanya V tiba-tiba.
Seokjin menoleh, "Oh, dia baik-baik saja. Hanya kelelahan."
"Syukurlah," sahut V.
Pemuda Kim itu menaikkan sebelah alisnya.
-----------------------------------------------------------------------
Hari ini adalah peringatan hari kematian orang tua dan kakak Seokjin. Dan hari itu, ia sengaja izin untuk tidak masuk kelas perkuliahan.
"Kau yakin tidak ingin diantar, Jin?" tanya bibi Kang yang sudah bersiap diruang tamu dengan pakaian hitamnya.
Seokjin mengangguk, "Ne, jangan khawatir aku tidak akan lama-"
Setelah berpamitan, Seokjin mengemudikan mobilnya ke tempat bunga lalu berangkat menuju rumah penyimpanan abu, tempat dimana abu milik ayah, ibu dan kakak lelakinya disimpan.
Meletakan karangan bunga di lantai, Seokjin menyapa keluarganya.
"Annyeong, abeoji, eomma, hyung-"
"Aku merindukan kalian," gumamnya lirih. "Meskipun ada bibi Kang, Yoongi dan Jimin, juga akhir-akhir ini ada V, aku masih saja kesepian tanpa kalian,"Seokjin bercerita banyak hal di depan guci tempat penyimpanan abu milik ayah, ibu dan kakak laki-lakinya hingga tak ia sadari, hari sudah petang.
"Aku pamit, ne?"
"Aku akan mengunjungi kalian lagi,"
Setelah berpamitan Seokjin berjalan keluar dari ruangan, namun langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang kenal memasuki sebuah ruangan lain tempat penyimpanan abu.
Kening Seokjin mengkerut.
"Jimin?"
"Bukankah keluarganya masih lengkap, siapa yang sudah meninggal?"
Seokjin pun memutuskan untuk menghampiri Jimin. Ia pun berjalan kemana Jimin menghilang dibalik tembok, sampai akhirnya ia melihat Jimin sedang menaruh bunga yang ia bawa dan juga berdoa.
Cukup lama Seokjin memperhatikan Jimin menundukkan kepalanya, hingga setelah selesai ia mendengar suara Jimin yang sedang berbicara.
Penasaran, Seokjin kembali melangkah lebih dekat. Namun, tiba-tiba Jimin berbalik dan terkejut mendapati Seokjin disana.
"Oh, hyung!"
"Jimin-"
"Apa yang hyung lakukan disini?"
"Ah, hari ini hari peringatan kematian orang tua dan kakak ku. Setahun sekali, aku datang kemari." Ujar Seokjin. "Bagaimana denganmu?"
"A-aku mengunjungi sahabatku," jawab Jimin. "Nah, Seokjin hyung perkenalkan ini mendiang sahabatku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Wish [Completed]
FanfictionHalo, aku Seokjin. Kim Seokjin. Manusia biasa dan (catat) aku tampan. Hidupku normal dan menyenangkan. Semuanya berjalan normal, sampai aku bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai malaikat pencabut nyawa. Konyolnya, dia bilang karena ada kesal...