Multimedia : Aku ketika menyadari, 2020 sudah hampir habis.
................................................................
Preview chapter sebelumnya :
Pemuda Kim itu melihat ada sosok hitam mengikuti Yoongi. Sosok itu melempar senyuman sinis pada Jin, membuatnya bergidik.
‘Sial, sepertinya aku akan butuh bantuan V,’ batinnya.
.
.
.
.
.
#4
Sepertinya chapter ini tidak ada komedinya. Maaf..
:(Iris mata Jin tak berkedip menatap Yoongi membuat kening Jimin mengkerut. Ia turut mengikuti arah pandangan Jin ke Yoongi.
Tak ada yang aneh dengan pemuda Min itu, kecuali wajahnya yang sudah pucat terlihat semakin pucat. Yoongi hyung sakit? Pikirnya.
Yoongi duduk tepat disamping Jimin, seberang Jin.
“Maaf, sepertinya aku hari ini akan pulang cepat. Orang tuaku semalam tiba dari Jepang. Juga sepertinya aku sedang tidak enak badan,” ujar Yoongi lesu.
“Pantas saja kau pucat, hyung. Eh tapi kau memang sudah pucat, sih-“ sahut Jimin yang kemudian mendapag tatapan maut Yoongi.
“E-eh, lupakan. Beristirahatlah di rumah. Nanti aku sampaikan ke rekan kelas hyung siang ini,” ujar Jimin takut-takut.
Jin tak bergeming, ia terus menatap sosok yang berada dibelakang Yoongi.
Sosok itu balik menatap Jin lalu tersenyum sinis seolah mengejeknya. Jin bisa saja berbicara dan mengusir sosok itu sekarang, tapi ia masih cukup waras untuk dianggap gila oleh Yoongi dan Jimin.
Jin membiarkan mahluk itu mengikuti Yoongi yang sudah pamit.
‘Maafkan aku, Yoongi. Tapi aku akan segera membantumu-‘ batinnya.
--------------------------------------------------------------------------------
Jin kembali menuju kampus setelah bertemu dengan keluarga roh bocah kecil yang dini hari tadi ia temui dan memberikan surat terakhirnya.
“Aish! Kenapa file itu harus tertinggal sih, besok kan aku harus presentasi dengan file itu!” gerutu Jin sambil berjalan menuju lokernya.
Gedung tempat loker tidak terlalu sepi, beberapa mahasiswa masih berlalu lalang. Membuat Jin menghela nafas lega, setidaknya ia tidak terlalu sendiri.
“Kau Jin?”
Tiba-tiba suara seorang menyebut namanya, membuat pemuda itu berbalik.
“A-aku, Hoseok, kita bertemu dekat perpustakaan? Ingat?”
Oh, tidak. Hantu mahasiswa yang kemarin ia temui.
Jin memberanikan diri, “Y-ya, a-aku ingat,” meneguk saliva tegang. “A-ada apa, Sunbaenim?”
Hoseok tertawa seketika mendengar cara Jin memanggilnya. “Sunbaenim? Hahaha! Kau bercanda!”
Pemuda Kim itu hanya terdiam menatap Hoseok-hantu itu tertawa dengan lepas. Selama ia bisa melihat hantu, baru kali ini ia melihat hantu tertawa seperti itu.
Tidak ada seram-seramnya sama sekali,pikir Jin.
“Panggil aku Hoseok saja, Sunbaenim- itu jika aku masih hidup-“ Hoseok mengusap matanya yang berair setelah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Wish [Completed]
Hayran KurguHalo, aku Seokjin. Kim Seokjin. Manusia biasa dan (catat) aku tampan. Hidupku normal dan menyenangkan. Semuanya berjalan normal, sampai aku bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai malaikat pencabut nyawa. Konyolnya, dia bilang karena ada kesal...