01. Don't call me Buna

3.9K 221 1
                                    

" Karena aku sahabatmu, maka kita berbagi suka duka bersama "
- Ainaya Az-Zahra -

***

" Bunaaaa jalannya cepetan " teriak seorang gadis yang memandang kesal temannya yang jauh berjalan dibelakangnya

" Bunnnaaa kalau jalan jangan main handphone dulu " teriak gadis itu lagi

Gadis itu bernama Aminah Al-Jannah yang biasa dipanggil Ami. Gadis cantik, pintar namun pemalas. Gadis yang selalu memanggil sahabatnya dengan kata 'Buna'. Gadis yang kehilangan sosok kasih sayang ibunya namun kini ia mendapatkan kasih sayang dari sosok sahabat yang selalu bersamanya. Dia Ainaya Az-Zahra wanita cantik, rajin, pintar dan kreatif itu yang memberikan kasih sayang kepadanya, memberikan perhatian dan selalu menjaganya.

" Bunaaaaa "

"Bunnaaaa"

" Ami bisa ga panggil aku Aina atau Ai aja jangan panggil Buna, apaan tuh Buna Buna alay banget " ujar Aina begitu berdiri disamping sahabatnya yang memandangnya kesal

" Buna ngapain sih lagi jalan kok main handphone terus " Kata Ami merampas handphone milik Aina tanpa memperdulikan ucapan Aina

" Buna kenapa chattan sama Alvi sih, aku ga suka Buna sama dia ga cocok " Kata Ami terus membaca isi pesan antar Aina dengan Alvi

" Kami cuma bahas kerja kelompok doang kok Mi gaada yang lain " Kata Aina

" Tapi ini dia ngajakin Buna jalan bareng, Buna jawab iya lagi " Kata Ami kesal

" Kerja kelompok Ami, udah sana masuk kelas aku kekelas dulu ya " Kata Aina lembut, dia lantas mengambil handphone miliknya dan berlalu meninggalkan Ami kekelasnya

Ami dan Aina bukanlah teman sekelas mereka juga bukan teman seangkatan. Ami berada di kelas XI dan Aina berada di kelas XII . Mereka berteman saat masih berada di SMP. Saat itu Ami menjadi korban buli karena tidak memiliki ibu dan saat itu juga Aina datang menjaganya. Menjadi teman Ami satu satunya kala itu.

" Aina " panggil seorong lelaki tinggi dan tampan yang biasa dipanggil Alvi

" Alvi ada apa " tanya Aina lembut

" Nanti istirahat jumpa di lapangan ya ada yang mau aku bahas soalnya hari ini aku ga bisa kerja kelompok jadi kita undur besok aja " Kata Alvi

" Oh yaudah nanti di lapangan basket kan? " tanya Aina

" Iya sekalian aku mau latihan untuk tanding " kata Alvi yang membuat Aina mengangguk dan tersenyum

Aina kembali berjalan berdampingkan dengan Alvi sambil sesekali mengobrol dan tertawa.

***

Waktu istirahat tiba, Aina dan Ami berjalan menyusuri koridor menuju lapangan basket. Ami dengan wajah kesalnya melihat Aina yang terus tersenyum karena akan bertemu Alvi. Padahal kan mereka sekelas kenapa harus ngomong di lapangan pikir Ami tanpa melihat ada sebuah bola basket mengarah padanya.

Refleks Aina menarik tangan Ami yang membuatnya jatuh dari beberapa anak tangga yang ada dikoridor.

" ADUHH!! " Teriak kesakitan Aina yang membuat Ami berlali menghampirinya.

Koridor sangat sepi bahkan hanya ada mereka berdua karena koridor itu milik guru tidak ada siswa siswi melewati koridor itu

" Buna! Buna gapapa? Ada yang sakit Buna? Buna maafin Ami ya " Kata Ami khawatir dengan suara parau menahan tangis.

Ami ingin meminta tolong, tapi dengan siapa? Koridor itu sangat sepi bahkan hanya ada mereka berdua disana dan anak basket yang ada dilapangan. Koridor itu tempat ruangan kepala sekolah yang membuat siswa-siswi enggan melewatinya.

" Aku gapapa Mi paling kakiku cuma terkilir kok " Kata Aina mencoba menenangkan Ami

" Kita kerunah sakit ya Buna " Kata Ami yang langsung menelpon entah siapa

" Sabar ya Buna, sebentar lagi kita kerumah sakit " Kata Ami memeluk Aina

" Mi, aku gak papa kakiku cuma terkilir " tepat setelah Aina mengatakan itu Alvi datang dan langsung menggendong Aina menuju uks tanpa memperdulikan Ami yang berusaha menarik tangan Aina.

Alvi meletakan Aina disalah satu kasur dan bergegas mencari dokter yang berjaga.

" Dok, tolong ada yang jatuh dari tangga mungkin kakinya terkilir " Kata Alvi pada seorang wanita yang cukup berumur

Mereka segera menuju ke tempat Aina berada disana sudah ada Ami yang duduk disebelahnya dan seorang pria dewasa yang sangat tampan.

" Aina! Kamu kenapa lagi? " Tanya dokter itu saat tau ternyata Aina yang terluka

" Cuma jatuh dari tangga kok dok " jawab Aina tak lupa dengan senyuman lembutnya.

" Lagi? " Suara seorang pria dewasa tersebut membuat semua netra yang ada didalam ruangan itu tertuju padanya

" Iya pak, anak bapak langganan cedera olahraga disini setiap praktik olahraga pasti anak bapak cedera " jelas dokter tersebut sambil mengobati Aina

" Dia bukan anak saya " Kata pria tersebut mengoreksi

" Maaf pak saya tidak tahu " Kata dokter tersebut dan dibalas anggukan oleh pria tersebut

" Aina sudah saya obati ya ini saya kasih salep terus diolesi ya biar tidak bengkak lagi " Jelas dokter lalu pergi.

Hening, ruangan itu tampak hening tanpa ada yang mau mengalah untuk pergi. Alvi duduk dipinggir kasur tempat Aina sedangkan Ami duduk dikursi disamping Aina. Pria tadi hanya diam berdiri memandang Aina.

" Alvi mending kamu masuk kelas ini udah selesai jam istirahatnya dan maaf latihan kamu tadi keganggu gara-gara aku " Suara Aina memecah keheningan di ruangan itu

" Gak papa Ai yaudah aku kekelas ya, Ami jagain Aina ya " Kata Alvi lalu pergi

" Ami, om ini siapa? " tanya Aina setelah Alvi pergi

" Dia ayah aku Ai " Jawab Ami

Pria tersebut atau Ayah Ami mengulurkan tangannya didepan Aina yang kemudian diterima Aina

" Muhammad Abi Hasan "

" Ainaya Az-Zahra "

***

Vote and comment....

Thanks untuk yang udah baca dan sorry kalau ceritanya masih rada gak jelas

See you....

Next part?

-Na-

Me And My BunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang