07. Ikhlas

1.7K 116 9
                                    

" Aku ikhlas, mungkin ini jalan yang terbaik yang Allah berikan untukku jadi aku akan ikhlasin itu"
- Ainaya -

Happy Reading

***

Ainaya

Aku membuka mataku perlahan cahaya lampu menyilaukan mataku. Kulirik jendela sudah sore, aku lekas bangun untuk menunaikan sholat.

Akhh

Rasanya kepalaku seakan ingin pecah, masalah ini membuatku sedikit stress. Aku berjalan menuju kamar mandi membersihkan diri mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat. Aku terdiam cukup lama setelah selesai berdoa, memikirkan segala konsekuensi yang akan aku dapatkan jika aku menolah atau menerima permintaan Ami.

Suara ketukan pintu mengalihkanku dari lamunanku. Kubuka pintu lalu muncullah wajah cantik Bunda.

" Sayang ayah sudah pulang dan ingin berbicara denganmu " kata Bunda

" Iya bunda, Aina akan turun " jawabku dengan tersenyum

" Pakai baju yang sopan ya sayang kalau bisa pakai jilbab " kata Bunda yang membuatku mengerutkan kening

" Kenapa Bunda? " Tanyaku heran

" Sudah kamu bersiap saja sana " kata Bunda dengan mendorongku pelan memasuki kamar dan menutup pintu.

Aku hanya mengikuti apa kata Bunda, memakai baju yang sopan dan memakai jilbab, pilihanku jatu pada dress polos dan simpel yang biasa aku gunakan jika rekan kerja ayah datang.

Aku keluar dari kamar menuju ruang tamu tempat ayah dan bunda sudah menunggu. Saat aku sampai mataku terbelalak melihat seseorang yang sedang serius berbicara dengan ayah. Tiba-tiba saja jantungku berdegup lebih kencang, aku takut. Entah apa yang aku takutkan tapi aku sungguh takut.

" Ayah " panggilku pelan

Mereka semua melihat padaku, bunda mengisyaratkan aku untuk duduk disampingnya. Aku duduk diantara ayah dan bunda sedangkan dia duduk di single sofa.

" Sayang Abi dan bunda sudah menceritakan semua permasalahan mu dengan Ami kepada ayah dan juga keinginan Ami ayah juga sudah tau " kata ayah membuatku semakin takut

" Ayah tidak tau harus bereaksi seperti apa, kamu adalah satu-satunya permata hati ayah, kamu gadis kecil ayah yang akan selalu ayah anggap begitu, kebahagiaanmu sangat penting untuk ayah, kamu juga tentu tau apa keinginan ayah, tapi jika kehendak Allah lain ayah bisa apa selain berharap kamu bahagia " kata ayah panjang lebar

Aku menatap ayah penuh haru. Ayah lelaki terhebat yang aku miliki, membuat ayah dan bunda bahagia dan bangga adalah impianku.

" Sekarang semua keputusan ada padamu sayang, kamu ingin memilih apa ayah serahkan padamu, Abi sudah mengatakan pada ayah ia akan mencoba menerima permintaan Ami dan akan melakukan pendekatan padamu " kata Ayah

Aku sedikit terkejut kulihat om Abi dan ia menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan ayah.

"Ayah, Ai masih bimbang akan jawaban Ai sendiri, tapi Insyaallah Ai akan mencobanya juga Ayah, Ai tidak ingin Ami menjauhi Ai " kataku pada akhirnya.

Ayah menatapku lembut mengelus kepalaku sayang sama halnya Bunda, kulihat om Abi mengulas senyum membuat wajahnya yang awet muda semakin tampan.

" Baiklah anak saya sudah setuju Abi, lakukan lah pendekatan padanya tapi tetap ingat jangan melewati batas dan jangan terlalu lama " kata ayah kepada om Abi

" Tentu, terima kasih pak Ridwan " jawab om Abi

Aku menatap lekat om Abi mencoba ikhlas menerima semua keputusan yang aku sendiri putuskan. Hanya satu harapanku untuk saat ini, semoga om Abi baik kepadaku.

" Buatlah Aina mencintaimu atau kamu sendiri mencitainya, lalu barulah kalian menentukan selanjutnya " kaya Ayah

" Sekarang putri ayah harus mencoba mencintai pria lain ya " kata ayah padaku.

Mataku berkaca-kaca tanpa sepatah katapun aku memeluknya erat. Menenggelamkan wajahku di dekapan ayah.

" Ayah ingat kata-kata yang sering Ai bilang? Ayah akan selalu menjadi cinta pertama Aina, selamanya " lirih Aina diakhir ucapannya.

" Baiklah pak Ridwan saya pamit undur diri, saya akan memberitahukan kabar baik ini pada kedua anak saya dan orangtua saya juga " kata om Abi

Kami bertiga lantas berdiri dan mengantar om Abi sampai depan.

" Bolehkah saya berbicara berdua dengan Aina pak ridwan? " Izin om Abi pada ayah

" Boleh, dan Abi panggil saja saya ayah " kata ayah om Abi hanya mengangguk

Hening sesaat, aku hanya diam menunggu om Abi berbicara

" Apakah kamu terpaksa menerimanya? " Tanya om Abi saat Ayah dan Bunda sudah masuk

" Tidak " jawabku seadanya

" Jangan dipaksa jika kamu tidak ingin " kata om Abi lagi

Aku menghela nafas pelan

" Sungguh aku tidak terpaksa menerimanya. Aku ikhlas, mungkin ini jalan yang terbaik yang Allah berikan untukku jadi aku akan ikhlas " kataku, om Abi tampak tersenyum tipis menatap dalam mataku dan aku membalas senyumannya

" Terima kasih Aina saya akan berusaha sebaik mungkin " ucapnya membuatku mengangguk seraya tetap tersenyum.

" Aina apa boleh saya meminta nomor telepon milikmu? " Tanya om Abi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

Ia mengulurkan telepon genggam miliknya lalu aku mengambilnya dan mengetikkan nomorku disana setelahnya kukembalikan kepadanya. Om Abi lagi dan lagi tersenyum kearahku

" Emm Aina saya emm boleh mengirim pesan kepadamu? " Tanyanya dengan sedikit lirih dia akhir ucapannya

" Tentu boleh om " jawabku

Ia tersenyum lalu berpamitan untuk pulang kerumah. Aku mengirim salamku untuk Ami dan Ali. Ah mengingat Ali membuatku merindukannya.

Aku memasuki rumah setelah om Abi pergi, bunda dan ayah juga sudah tidak nampak mungkin sudah masuk kamar. Aku berjalan menuju kamarku duduk ditepian kasur memikirkan Om Abi. Ia banyak tersenyum hari ini tapi entah kenapa senyumnya tidak seperti senyum Alvi yang dapat membuatku salah tingkah.

Sudalah daripada aku semakin stress memikirkannya lebih baik aku mengerjakan tugas-tugas sekolah yang menumpuk.






***
Vote and comment jangan lupa

See you next part

Byeee

-Na-

Me And My BunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang