06. Keputusan Ayah

1.7K 116 10
                                    

Happy Reading

***

Ami memasuki rumah dengan melempar asal sepatu dan juga tas sekolahnya. Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa membuka seragamnya. Menatap kosong langit-langit kamarnya sambil menghela nafas kasar. Memikirkan berbagai cara agar Aina menerima ayahnya.

Tapi, walaupun Aina nanti berubah pikiran bagaimana dengan ayahnya? Apa ia mau menerima Aina?

Pikiran-pikiran seperti itu terus berputar di kepalanya. Satu-satunya cara yang terlintas hanyalah dengan meyakinkan ayahnya terlebih dahulu. Buru-buru Ami membersihkan dirinya dan juga kamarnya yang berantakan, menunggu ayah dan adiknya pulang.

Deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah, Ami mengintip melalu jendela kamarnya dan terlihatlah adiknya baru saja keluar dari dalam mobil. Ami segera berlari menuruni anak tangga menemui adiknya

" Dek " panggil Ami saat melihat sang adik merebahkan dirinya di sofa ruang keluarga

" Apa? " Tanyanya malas

" Kok baru pulang? " Tanya Ami sekedar basa-basi sebelum melancarkan aksinya

" Latihan tadi " jawab adik Ami

" Dek aku mau ngomong nih sama kamu " kata Ami yang membuat adiknya membuka matanya yang baru saja terpejam

" Apa? " Tanyanya menatap bingung sang kakak yang menatapnya serius

" Kamu mau Bunda dek? " Perkataan Ami membuat adiknya duduk seketika menatap Ami lekat.

" Jangan bercanda kak, mana ada yang mau sama ayah karena ada kita berdua " jawab sang adik menunduk lesu.

Ia tahu sungguh banyak sekali yang menyukai ayahnya tapi ia sadar karena mereka berdua banyak juga dari mereka yang mundur tidak ingin dengan ayahnya.

" Aku ga bercanda Ali Habsyi Muhammad " ujar Ami penuh penekanan

" Aku mau punya Bunda, kakak tau sendiri mama kita meninggal setelah melahirkan aku, tapi siapa kak yang mau sama ayah? " Ami mengulum senyum inilah pertanyaan yang ditunggu-tunggu olehnya

" Kamu tau sahabat kakak Ainaya? " Tanya Ami

Ali adik Ami hanya mengangguk. Ia mengenal Aina beberapa kali Aina datang ke rumah mereka menemani mereka saat sang ayah pergi keluar kota. Kadang Aina juga memasak makanan kesukaan mereka saat ia menginap di rumah.

" Kalau Aina jadi bunda kita kamu mau? " Tanya Ami

Seketika Ali mendadak antusias, ia menatap Ami penuh harap. Ami melihatnya tersenyum ia tau Ali sangat menyayangi Aina dan Ami tau Aina sangat menyayangi Ali. Ah kenapa ia tidak kepikiran untuk semakin mendekatkan Ali dan Aina terlebih dahulu.

" Ali mau kak sangat mau " kata Ali antusias tersenyum lebar ke Ami

" Ali harus janji bantu kakak buat deketin Aina sama ayah " kata Ami. Ali menganggukkan kepalanya cepat

" Tapi yang pertama Ali harus lebih dekat dulu sama Aina, Ali tau kan kalau Aina sayang banget sama kamu " kata Ami memancing keantusiasan sang adik

" Itu gampang kak, tapi gimana kalau Ali jadinya yang suka sama kak Aina " ucapan Ali sukses membuatnya mendapatkan sentilan di bibirnya oleh Ami

" Yeee ada ada aja kamu, jangan lah Aina kan mau jadi bunda kita " kata Ami membuat Ali menyengir

Deru mesin mobil kembali memasuki pekarangan rumah. Ami dan Ali saling bertatapan sebelum berlari menuju kamar masing-masing. Mereka harus membuat rencana dulu sebelum mengatakan keinginan mereka pada sang ayah.

Abi memasuki rumahnya yang mendadak sepi, karena kedua anaknya sudah lari menuju kamar mereka. Abi menuju ke lantai atas untuk mengecek keadaan kedua anaknya, memasuki kamar putrinya dan mendapati Ami sedang bermain handphone diatas tempat tidurnya.

" Assalamualaikum Ami " ucapnya memasuki kamar Ami dan duduk di samping Ami.

Ami hanya diam tanpa merespon, Ami masih saja marah usai kejadian setelah pulang sekolah kemarin saat ia mengutarakan keinginannya. Abi mengelus kepala Ami lembut namun tetap tidak digubris oleh Ami.

" Kamu masih marah Ami? " Tanya Abi sedangkan yang ditanya masih saja diam

Abi menghela nafasnya sebelum akhirnya kalimat yang diucapkan Abi sukses membuat Ami melihat kearahnya.

" Ayah akan coba melakukan pendekatan pada Aina " kata Abi

Ami duduk memandang lekat sang ayah tak percaya. Bukannya kemarin ia bilang tak ingin menikah lagi tapi sekarang apa?

" Ayah serius? " Tanya Ami, Abi hanya mengangguk menatap putrinya itu

" Kenapa tiba-tiba? " Tanya Ami lagi Abi tersenyum seraya mengelus kepala Ami sayang

" Jangan marah lagi dengan Aina " kata Abi sebelum ia beranjak dari kamar putrinya

Ami mematung ditempat bagaimana bisa ayahnya tau ia sedang bertengkar dengan Aina. Apa Aina mengatakan kepada ayahnya? Atau jangan-jangan Aina juga sudah berubah pikiran. Seulas senyum tercetak diwajahnya jika benar Aina berubah pikiran ia sangat senang. Apalagi semua rencana yang sudah tersusun rapi di kepalanya tidak lagi berguna. Karena ayahnya dan Aina sendiri yang sudah memutuskan untuk melakukan pendekatan.

Abi mengulas senyum melihat reaksi putrinya sebelum ia menutup pintu dan menuju ke kamar putranya. Setelah dari kamar putranya ia langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.


***
Terima kasih semuanya yang masih baca cerita ini

Jangan lupa vote and comment nya yaaa

Next chapter?

-Na-

Me And My BunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang