Happy Reading
***
" Terima kasi sudah menolong anak saya dan maaf telah membuat kamu terluka " Kata Abi yang masih menggenggam tangan Aina
" Gak papa kok om saya kan sahabatnya sudah sewajarnya saling menolong " kata Aina dengan senyunan yang tidak pernah luntur dari wajahnya
Bahkan Abi pun pria dewasa yang sudah berumur masih terpana melihat senyuman yang diberikan Aina. Senyuman selembut sutra yang dapat mengalihkan siapa saja pikir Abi.
" Ehkemm, udah dong dilepas tangannya ga capek apa genggaman mulu " Kata Ami membuat Abi refleks menghentakan kuat tangan Aina yang membuatnya meringis pelan
" Ayah, tangan Buna sakit ni gara-gara Ayah " Omel Ami memijat pelan tangan Aina
" Ah maaf Aina saya tidak sengaja dan Ami kenapa kamu memanggil Aina Buna? Apa itu Buna? " tanya Abi membuat Ami terkikik
" Buna itu artinya Bunda Aina, aku panggil Aina Buna karena Aina itu selalu memperhatikan aku, menjaga aku dan selalu peduli denganku selayaknya ibu kandung aku sendiri " Jelas Ami menunduk menggenggam jemari Aina.
Aina memeluk erat tubuh Ami dan mengelus punggungnya lembut. Aina tahu bagaimana perasaan Ami. Aina tau Ami membutuhkan sosok seorang ibu.
" Ami, aku ini sahabat kamu sudah seharusnya kita saling peduli dan saling menjaga, dan karena aku sahabatmu maka kita berbagi suka dan duka bersama my little sis " Kata Aina membuat Ami meneteskan air matanya diam-dian tanpa Aina ketahui
Abi yang melihat itu hanya dapat membuang muka seolah tidak mendengar dan melihat kesedihan anak sulungnya.
" Jadi aku hanya kamu anggap sahabatmu dan seorang adik? " Kata Ami yang membuat Aina bingung
" Iya Ami kamu sahabat aku " kata Aina memperjelas membuat Ami berdiri seketika
Aina hanya dapat melihatnya bingung begitupun dengan Abi. Abi bingung mengapa anaknya tiba tiba berubah.
Tanpa peduli apapun dan tanpa izin Ami langsung menarik lengan ayahnya yang membuat Abi semakin bingung. Aina dan Abi saling menatap seolah saling bertanya ' ada apa? ' .
Aina hanya diam memandang kepergian ayah dan anak itu. Apa yang salah dari kata katanya? Ami memanglah sahabatnya sahabat terbaik yang ia punya. Aina terus berpikir apa yang membuat Ami berubah hingga membuatnya terlelap.
***
Ami POV
setelah keluar dari uks aku langsung meminta izin untuk pulang dengan ayah. Sampai dimobil aku pun masih tidak berbicara sepatah kata pun pada ayah. Aku masih kesal dengan ucapan Aina, Aku sahabatnya? Hanya sahabat? Untuk apa aku memanggilnya Buna jika ia hanya menganggapku sahabatnya. Apa dia tidak mengerti perasaanku? Katakan aku egois karena hanya ingin dimengerti tapi ini semua karena aku menginginkannya menjadi ibuku.
" Dear kamu kenapa? " tanya Ayah memecah keheningan.
" Ayah " panggil ku pelan
" Yes? " kata Ayah
Aku menghembuskan nafas pelan sebelum mengatakan apa yang ingin kusampaikan
" Ayah aku ingin bunda " kataku, kulihat wajah ayah seketika berubah membuatku sedikit menyesal dengan ucapanku
" Ayah tidak ingin menikah lagi " kaa Ayah membuatku ingin marah
" Ayah aku ingin bunda " ucapku lagi yang mungkin sudah membuatnya marah
" Ayah masih sanggup menjagamu, ayah masih sanggup menjadi ayah dan ibu sekaligus untukmu " kata Ayah dingin
" Tapi berbeda ayah, ayah gak akan pernah bisa menjadi ibu sepenuhnya " kataku
" Ayah tidak ingin menikah lagi Ami mengertilah " kata Ayah membuatku menggeram
" Jangan egois ayah, aku ingin bunda pikirkan aku ayah, pikirkan kemauanku " kataku sedikit emosional
Entah mengapa jika menyangkut sebuah keluarga yang utuh aku tidak bisa menahan tangisku. Aku iri dengan kehidupan orang lain yang memiliki keluarga yang utuh. Aku butuh sosok ibu, adikku juga butuh sosok ibu. Apa ada yang salah dengan permintaanku? Ayah juga membutuhkan seorang istri bukan disampingnya.
" Cukup Ami, kita sudah sampai kita bicarakan masalah ini lain waktu " kata Ayah
Aku segera keluar dari mobil dan berlari menuju kekamarku dan menutup pintunya sedikit kencang.
Aku menjatuhkan tubuhku diatas tempat tidur dan mulai menangis terisak hingga tanpa sadar aku tertidur.
Ami POV end
***
Abi berjalan menuju kearah kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Hari ini sungguh melelahkan baginya ditambah masalah Ami disekolah dan ucapan Ami membuat pikirannya terkuras.
Setelah mandi Abi melangkahkan kakinya ka balkon kamarnya melihat pemandangan sore hari yang menyejukan. Apa yang harus ia lakukan? Apa ia harus menikah lagi untuk anak-anaknya? Tapi dengan siapa? Apa ada wanita yang mau menerimanya dengan kedua anaknya. Mungkin jika hanya menerimanya pasti banyak wanita yang mau. Tapi sekarang ia memiliki dua ekor dibelakangnya, anak-anaknya.
Abi takut jika anaknya harus mempunyai ibu sambung. Abi takut bagaimana nantinya ibu sambung mereka tidak peduli dengan anaknya, tidak perhatian pada anaknya seperti Aina.
Seketika terlintas bagaimana Aina menenangkan Ami, bagaimana pedulinya Aina pada Ami, dan bagaimana senyuman yang Aina tampilkan untuk Ami. Senyunan selembut sutra yang membuat Abi seketika tersenyum mengingat senyuman Aina.
" Akhh bodoh, kenapa jadi memikirkan Aina jangan jadikan dirimu pedofil Abi " kata Abi meruntuki kebodohannya karena mengingat Aina.
Abi berjalan malas keluar kamar dan masuk kedalam ruang kerjanya. Memulai kembali pekerjaannya yang tertunda karena mengurus Ami.
***
Vote and comment....
Thanks untuk para readers
See you
Next part
-Na-
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Buna
Ficção Adolescente" Mau yah jadi Buna aku " ucapnya dengan wajah memelas " Kan aku udah jadi Buna kamu di sekolah " Kataku memandang wajahnya yang tiba-tiba lesuh " Bukan itu, aku mau kamu jadi Buna aku disekolah ataupun dirumah " ucapnya yang membuatku terkejut " Ak...