Happy Reading
***
Ami terus berjalan disepanjang koridor sekolah sampai langkahnya terhenti tepat didepan UKS. Tanpa peduli dengan pengawas UKS Ami langsung menuju salah satu bilik yang ada dan membaringkan tubuhnya diatas kasur.
Menatap langit-langit ruangan itu dan meneteskan air matanya. Pikiran Ami melayang memikirkan bagaimana eratnya persahabatan antara dirinya dan Aina yang sudah terjalin cukup lama tanpa banyak pertengkaran. Namun, akhir-akhir ini karena permintaan gilanya ia dan Aina semakin jauh, sangat jauh sampai Ami tidak lagi merasa hangat saat berbicara dengan Aina.
***
Ami POV
Aku menutup mataku menangis dalam diam menyadari jarak yang sekarang tercipta antara aku dan Aina. Mengingat bagaimana tidak ada lagi kehangatan dalam suara Aina saat berbicara dengannya.
Apakah aku yang salah disini?
Apakah permintaan aku sangat memberatkan untuk mereka semua?
Apa hanya aku yang mengharapkan ini?
Apakah aku terlalu egois?
Apakah aku yang menjadi pemeran antagonis dalam cerita ini?
Semua berkecamuk dalam pikiranku. Aku ingin menghentikan semua drama ini, aku akan membebaskan Aina dari penjara yang aku buat. Namun, sekali lagi aku akan berusaha menyatukan ayah dan Aina dan jika usaha terakhirku gagal maka aku akan melepaskan Aina.
Ami POV End
Tanpa sadar Ami tertidur dan setelah sebelumnya dia mengirim pesan kepada teman sekelasnya untuk beristirahat di UKS dengan alasan 'sakit'.
***
Bel istirahat berbunyi, Aina berjalan keluar dari kelasnya menuju kelas Ami. Rencananya Aina ingin meminta maaf dan mengajak Ami, adiknya dan Abi untuk makan diluar pulang sekolah nanti. Hitung-hitung permintaan maaf Aina dan sebagai upaya pendekatan ia dan keluarga Abi.
Sesampainya didepan pintu kelas Ami, Aina melihat sekelilingnya namun tak kunjung menemukan Ami. Aina berjalan masuk dan menemui salah satu teman Ami yang ia kenal namanya Sarah.
"Sar liat Ami ga?" Tanya Aina
"Ami izin kak Ai dia di UKS dari jam pertama tadi" jawab Sarah yang sedang memakan bekal miliknya
"Okey makasih Sar, thank you infonya" seru Aina lalu berlari keluar dari kelas Ami.
Namun sialnya Aina bertemu Alvi yang sedang melewati kelas Ami. Dan seperti yang kita ketahui jika Aina sudah bertemu Alvi maka rencana meminta maaf kepada Ami akhirnya gagal. Karena saat ini Aina sedang makan berdua di kantin dengan Alvi.
"Habis darimana?" Tanya Aina memecah keheningan
"Tadi habis dari kelas Reno calon ketua basket" jawab Alvi
"Tumben, emangnya mau ada tanding?" Tanya Aina
"Ia lawan antar sekolah dari provinsi ini" jawab Alvi lagi
"Wahh bagus dong, tapi pasti Alvi ga akan masuk sekolah selama pertandingan kan" ucap Aina cemberut.
Alvi tersenyum melihatnya dan mencubit pelan pipi Aina gemas. Tanpa mereka sadari Ami yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka merasa sangat gerah dan marah. Ami pikir Aina seperti gadis-gadis yang akan ditinggal kekasihnya pergi jauh dan takut kehilangan. Dengan cepat Ami meninggalkan kantin tanpa mendengar kelanjutan dari pembicaraan antara Aina dan Alvi.
"Bentar aja kok, takut ya didatangi om kamu kalau gaada aku" canda Alvi.
"Apasih Alvi, aku sebenarnya mau minta maaf tadi sama Ami karena kejadian tadi pagi pasti Ami salah paham sekalian mau ajak si om bawa Ami sama adiknya makan diluar tapi keburu kamu bawa ke kantin" ujar Aina dengan raut yang dibuat sedikit kesal
Yah sebenarnya Alvi tau tentang hubungan antara Aina dan Abi. Saat Ami mengutarakan keinginannya Aina langsung berbicara dengan Alvi. Perlu diingat Aina dan Alvi telah berteman jauh sebelum Aina dan Ami berteman. Hubungan keduanya sudah lebih dari sahabat mereka seperti kakak dan adik yang saling melindungi.
Dan karena Alvi lah yang meyakinkan dirinya untuk mencoba pendekatan antara Aina dan Abi. Alvi selalu menjadi tempat Aina berkeluh kesah saat dia harus mendengar keluh kesah dari Ami.
Ternyata benar orang baru akan kalah dengan orang lama. Kata-kata itu bukan hanya untuk sepasang kekasih namun dalam suatu persahabatan hal itu dapat juga terjadi.
Tapi bukan berarti tidak sayang dengan Ami, hanya saja saat dengan Ami dia memilih tidak menceritakan keluh kesahnya karena takut menambah beban Ami. Jika kalian melihat Ami terlalu kekanakan dan egois tapi bagi Aina, Ami adalah seorang gadis yang hebat, dia membantu sang ayah untuk menjaga adiknya, dia harus bisa dewasa saat berada di rumahnya demi sang adik. Hanya pada Aina lah Ami mengeluarkan semua sifat kekanak-kanakannya, sifat manjanya , dan egoisnya. Aina tidak masalah akan hal itu.
Sedangkan dengan Alvi, dia seperti seorang kakak bagi Aina. Sejak mereka kecil Alvi selalu menjadi yang terdepan dalam menjaganya. Alvi selalu mendengar cerita Aina dengan baik dan selalu memberi saran dan solusi dalam setiap masalah yang Aina hadapi. Alvi memiliki ruang tersendiri dihatinya.
Dering pesan masuk di ponsel Aina menghentikan Alvi yang ingin menjawab perkataannya. Aina melihat notif pesan yang masuk dan melihat nama Abi tertera disana. Aina membuka pesan itu dan membacanya dengan seksama
Om Abi
Aina maaf mengganggu waktu makan siangmu
Saya ingin mengatakan sesuatu
Maaf jika kata-kata saya nanti akan menyakiti hatimu
Aina baru saja Ami mengirim pesan kepada saya
Kamu pasti tau apa yang Ami katakan kepada saya
Dan untuk itu saya ingin berpisah denganmu selama sebulan ini
Saya ingin kamu memikirkan kembali keputusan kamu dengan matang-matang
Setelah katakan pada saya apa keputusan kamu dan saya akan menerima semua keputusan kamu nantinya
Sekali lagi maaf jika keputusan saya menyinggung kamu
Ini demi kebaikan kita berdua
Terimakasih***
Hai hai haiGimana-gimana kabar kalian?
Masih nungguin ini cerita atau ga?
Maaf aku hilangnya lama banget kali ini
Tapi semoga kalian tetap menikmati cerita ini
See you!!!
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Buna
Teen Fiction" Mau yah jadi Buna aku " ucapnya dengan wajah memelas " Kan aku udah jadi Buna kamu di sekolah " Kataku memandang wajahnya yang tiba-tiba lesuh " Bukan itu, aku mau kamu jadi Buna aku disekolah ataupun dirumah " ucapnya yang membuatku terkejut " Ak...