Bagian 3 "Bubu, Kak Jeno Bau!"

234 20 2
                                    

"Bubu, kak Jeno narik-narik adek!"

"Enggak! Apaan!"

"Bubu! Kak Jeno mau lempar adek pake sepatu!"

"Gue mau ngelempar nyamuk ya, gak usah geer lo!"

"Bubu! Kak Jeno jelek nakal!"

Mendengar suara teriakan anak-anaknya, Taeyong hanya dapat menghela nafas. Jung Jeno dan Jung Beomgyu ini memang tidak pernah akur sehari saja, ada saja yang diributkan. Namun jika tidak bertemu sehari saja saling mencari dan merindukan, begitulah siklus kedua Jung bersaudara itu. Tiba-tiba Taeyong merasakan pelukan pada pinggangnya, ia pun menundukkan kepalanya dan mendapati si bungsu memeluknya erat.

"Adek gimana sekolahnya?" Tanya Taeyong sembari merapikan rambut Beomgyu, si bungsu Jung ini memang manja dengan seluruh anggota keluarga kecuali dengan sang kakak.

Beomgyu mendongakkan kepalanya, menatap bubu kesayangannya dengan pandangan memelas. "Gitu-gitu aja, adek bosen. Kangen bang Mark, kak Jeno jelek! Bau!"

"Heh jelek apaan? Ganteng kaya pangeran gini, wangi lagi." Jeno protes mendengar perkataan sang adik.

"Bau! Daddy tuh wangi, wangi duit hehehe."

Mendengar perkataan putra bungsunya Taeyong terkekeh pelan, ia memukul sayang kepala Beomgyu dengan pelan.

"Ganti baju gih terus makan, bubu buat puding coklat."

Mendengar kata puding coklat membuat Beomgyu segara bangun, ia segera berlari ke arah dapur. Melihat kebiasaan buruk putra bungsunya membuat Taeyong memutar mata, "Adek, Ganti baju dulu baru makan!"

"Bubu, mangkok adek kok ditaro di atas? Adek gak nyampe," Beomgyu berteriak dari dapur.

"Kak, bantuin adeknya sana! Suruh ganti baju juga ya." Taeyong berkata sambil menatap Jeno yang asik dengan ponselnya.

Mendengar permintaan Taeyong, Jeno pun memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia bangkit lalu mencium pipi Taeyong sebelum berjalan ke dapur.

"Dasar bayik!" Gumaman samar terdengar dari Jeno yang berjalan menghampiri Beomgyu.

Setelahnya Taeyong melanjutkan kegiatannya membaca majalah, sampai terdengar suara dari arah pintu.

"Sore Bubu, Haechan dateng bawa brownies nih."

Taeyong menatap ke arah Haechan yang berlari kecil ke arahnya, Taeyong tersenyum ke arah pacar putra sulungnya itu. "Sini sayang, bubu juga abis bikin puding coklat."

Haechan pun duduk disebelah Taeyong setelah menaruh brownies di atas meja, "Kak Mark belum pulang ya, bu?"

"Belum, bentar lagi mungkin. Kak Jeno, bawain satu puding lagi ya buat Haechan sama piring ya!"

"Bubu, adek numpahin flanya!"

"Ih gak sengaja, kak Jeno sih gak mau ngalah!"

"Kok gue? Kan lo yang nyenggol!"

"Pokoknya salahnya kak Jeno! Adek kan gak sengaja!"

Tak lama terlihat Beomgyu yang berlari ke arah ruang tengah, bajunya penuh dengan fla berwarna putih dan matanya berkaca-kaca. Setelahnya disusul Jeno yang memasang wajah kesal, bajunya pun penuh dengan fla berwarna putih.

Melihat keadaan anak-anaknya membuat Taeyong menghela nafas, sedangkan Haechan menatap mereka prihatin. "Kan bubu bilang ganti baju dulu baru makan, terus kenapa flanya bisa jatoh?"

Kedua Jung bersaudara itu menunduk, merasa bersalah.

"Kak Jeno gak mau ngambilin mangkok adek dulu, terus ngambilnya puding juga banyak." Beomgyu menjawab dengan pelan, kemudian bibirnya mengerucut.

"Terus mangkok flanya kesenggol waktu kalian rebutan puding?"

Jeno dan Beomgyu semakin menunduk, membenarkan pertanyaan Taeyong.

"Yaudah kalian ganti baju dulu, nanti bubu bersihin."

Dengan kepala masih menunduk, Jeno dan Beomgyu berjalan ke arah kamar mereka masing-masing di lantai atas.

"Haechan bantuin ya, bu." Setelah mendapat anggukan dari Taeyong, mereka pun pergi ke dapur.

Terlihat lantai dapur yang dipenuhi fla, mereka pun mulai membersihkannya.

"Maaf ya, chan. Jadi ngerepotin kamu," Ujar Taeyong di tengah kegiatan membersihkannya.

Haechan terkekeh mendengar perkataan Taeyong, "Alah bubu kaya sama siapa aja, Haechan juga sering kali numpang makan di sini, jadi gak papa."

Taeyong tersenyum mendengar jawaban Haechan, "Kakak sama adek berantem gak di sekolah, chan?"

Haechan tersenyum kikuk, bingung menjawab pertanyaan Taeyong. Ia sudah hafal betul bagaimana dua Jung bersaudara itu, mereka bertengkar setiap hari. Berbeda jika Beomgyu bersama Mark, si bungsu Jung cenderung akan dimanjakan. Mark persis dengan sang ayah yang sangat menyayangi dan memanjakan si bungsu, sedangkan Jeno akan terus mengganggu Beomgyu hingga adiknya itu menangis.

Tapi mereka saling menyayangi dan tidak dapat dipisahkan, Haechan teringat ketika Jeno menangis dengan keras karena Beomgyu yang terjatuh saat belajar naik sepeda. Jeno bahkan membuang sepeda itu dengan alasan sudah membuat adiknya kesakitan dan menangis.

"Bubu! Hoodie adek dipake kakak!"

"Pinjem elah, pelit amat!"

"Kemaren celana adek bolong ya setelah dipinjem kakak!"

"Dikit doang anjir!"

"Apaan dikit, orang gede banget!"

"Bubu! Kak Jeno ngetekin adek lagi!"

"Huweee mau bang Mark! Gak mau sama kak Jeno! Kak Jeno jelek! Bau!"

Taeyong menghela nafas sekali lagi mendengar pertengkaran kedua putranya, sedangkan Haechan hanya meringis. Jung Jeno ini memang terkadang bertingkah bar-bar pada adiknya, Haechan bingung kenapa sikap ketiga Jung bersaudara itu begitu berbeda.

"Jeno! Lo apain Beomgyu heh?!"

"Huwee bang Mark! Selametin adek dari monster jelek bau mulut ini!"

"Bau mulut lo bilang? Nih bau mulut nih! Hah! Hah!"

"Aaaa huwek! Adek gak kuat! Adek mau muntah! Adek mau pingsan aja!"

"Ya ampun Jung Jeno! Kamu apain anak kesayangan daddy? Kok kaya orang semaput gini?"

"Daddy, adek udah gak kuat lagi. Bau ini membunuh adek,"

"Bang Mark cepet panggil ambulan! Kasian bayik kesayangan daddy mabok bau ketek sama bau mulutnya Jeno,"

"Emang Jeno sebau itu apa?! Belom aja ngerasain semburan bau mulut yang sebenarnya, sini lo Jung Beomgyu!"

"Aaaaaa daddy selametin adek! Adek mau pingsan, titip jaga Latte kesayangan adek ya, bye!"

Taeyong memijat kepalanya yang pusing setelah melihat tingkah anak dan suaminya, sedangkan Haechan yang berdiri di sampingnya tampak tertawa dengan puas. Tadi mereka segera keluar saat mendengar teriakan si bungsu Jung, namun yang mereka dapati sekarang adalah pemandangan konyol pertengkaran mereka. Keluarga Jung ini memang ada saja tingkahnya.

"Eh ada calon mantu, kamu udah lama di sini, Chan?"

Suara Jaehyun menghentikan tawa Haechan, laki-laki itu tersenyum kearah Jaehyun. "Sore om Jaehyun, udah lumayan lama nih. Haechan tadi bawain brownies buatan papi,"

"Yaudah om ke atas dulu ya," ujar Jaehyun sembari mengusap rambut Haechan, lalu menggandeng tangan Taeyong yang berdiri di samping Haechan ke atas bersamanya. Sebelumnya ia juga meninggalkan tendangan ringan pada Jeno yang lagi-lagi mengganggu si bungsu.

***

Tolong tinggalkan vote untuk dukungan dan kelangsungan cerita, terimakasih.

Guliran Lembar Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang