Cho Kyuhyun menyeruput secangkir kopi yang disajikan diantara kami.
Sungguh, aku semakin gelisah tiap detiknya. Selain karena aku membenci pria tua yang sedang duduk di depan ku ini, aku juga takut Taehyung tiba-tiba pulang dan melihatku duduk berduaan dengan mantan tunanganku di cafe seberang apartemen."Beneran nggak mau order apa-apa?" tanyanya. Seraya meletakkan cangkir ke atas piring kecil, menyebabkan kerlingan suara halus kaca tebal yang saling beradu pelan.
"Ada keperluan apa kamu bawa aku kesini?" tanyaku, menolak berbasa-basi.
Aku penasaran, seberapa pentingnya hal yang mau Kyuhyun katakan tentang Taehyung, sampai-sampai ia membuatku harus membuang waktu untuk menemuinya di sini.
Kyuhyun terdengar menarik napas panjang, kemudian menatapku dengan sungguh-sungguh. "Sebelumnya, bolehkah aku tau bagaimana hubungan mu dengan Taehyung?" Tanyanya.
"Maksudmu?"
"Ah, Maaf. Bukan bermaksud lancang. Hanya saja... yang inginku bicarakan hari ini adalah mengenai hubungan kalian. Terutama... pria itu."
"Pria itu?"
"Kim Taehyung."
"Kekasihku? Ada apa dengan kekasihku?" Aku memperjelas kalimatku sekaligus menyindirnya.
Kyuhyun menghempas napas berat. Kata "Kekasihku" barusan pasti sudah menyalakan api cemburu dalam dadanya.
Alih-alih menjawabku, ia malah kembali mengangkat cangkir kopi tadi dan menyeruput isinya hingga tandas.
Sungguh bertele-tele. Setiap gerak geriknya benar-benar memuakkan.
"Aku tidak bisa berlama-lama, Kyu. Kekasih ku sudah mau pulang." ujarku, seraya melipat kedua tangan di depan perut.
"Dia sudah mau pulang?"
Aku mengangguk lagi. "Ya. Dan aku tidak mau pertemuan kita ini membuat aku dan kekasihku bertengkar," sindirku lagi.
Mata teduh itu pun terpaku. Perkataanku mungkin sudah meluluh lantahkan jiwanya. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli pada hancurnya perasaan itu. Dia juga pernah membuatku hancur, lebih dari itu.
"Kalian sudah tinggal bersama?" Tanyanya getir.
"Ya." jawabku.
Kyuhyun tertegun. Tatapan matanya mulai nanar.
"Sejak kapan, Ra?" tanyanya dengan suara lirih.
"Tinggal bersama? Hmm.. Beberapa minggu belakangan." jawabku tanpa beban.
"Astaga..." desisnya menahan sakit.
"Hey, dengar, aku harus pulang sekarang. Kalau tidak ada yang penting. Aku pergi." ujarku seraya beranjak dari kursi.
"Ara," Kyuhyun menahanku. "Dia nggak pantas untuk kamu. Dia laki-laki berengsek."
Kalimat itu menghentikanku,
"Kamu rela ikut dengannya ke Daegu dan meninggalkan keluarga Cho, demi dia?" Sambungnya.
Dia ini bukan pria cengeng. Aku tidak pernah melihatnya menangis selama delapan tahun belakangan. Tapi hari ini, saat ini, didepan ku, mata itu terus berembun. Ia menatap ku dengan siratan penuh kecewa.
Alih-alih bersimpati, aku malah kembali duduk ke tempatku semula.
"Bagaimana bisa tau secepat itu?" tanyaku menyelidik. "Aku baru aja memutuskan sambungan telepon dengan Ibu, dan kamu sudah sampai di lobby apartemenku, kemudian membawaku ke tempat ini, Secepat itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is "Ara"
FanfictionSecara kasat mata kehidupan Cho Kyo Ara begitu sempurna. Namun, siapa yang menyangka bahwa jauh di dalam dirinya terdapat berjuta kenestapaan. = = Kehidupanku begitu sempurna. Aku memiliki segalanya. Karir, Rupa, harta, dan teman-teman setia. Siapa...