Tak terasa liburan musim dingin sudah tiba.
Kami baru saja mendarat di Daegu, Kota metropolitan terbesar ke-4 di Korea Selatan.
Daegu dikelilingi oleh pegunungan. Sungai Geum ho mengalir sepanjang batasan utara dan timur kota ini.
Karena terletak dalam "basin", Daegu lebih panas dari tempat di Korea lainnya pada musim panas. Gunung disekitarnya mengurung udara panas dan basah.
Dan juga, pada musim dingin seperti sekarang, udara dingin tetap terasa awet. Wilayah ini menerima sedikit presipitasi kecuali selama musim hujan pada musim panas, dan matahari bersinar sepanjang tahun.
"Yuk?" Taehyung menyambutku dengan telapak tangannya, seraya satu tangan lagi menggenggam erat tangkai koper yang ukurannya hampir sama besar dengan badan Jimin.
Taksi bandara baru saja berlalu meninggalkan kami.
Aku mematung menghadap halaman depan rumah orang tua Taehyung. Rumahnya luas dan kelihatan nyaman untuk menjadi tempat tinggal sebuah keluarga.
Ini adalah kali pertamanya aku menemui keluarga Kim. Bahkan, sebelumnya, aku tidak pernah berbicara melalui telepon ataupun saling mengirim pesan dengan orangtua Taehyung.
Tentu saja aku khawatir, bagaimana kalau pertemuan pertama ini tidak terlalu baik?
Yang lebih membebaniku lagi. Jikalau nantinya pertemuan ini berhasil. Lalu aku menjadi terlalu nyaman dengan keluarga ini, tapi, semisal kedepannya ada suatu masalah yang membuat aku dan Taehyung tidak bisa meneruskan hubungan kami, bagaimana?
Perlu beberapa detik aku berdiam, berperang dengan pikiran sendiri.
"They gonna love you, sayang. Trust me." Ucapnya sekali lagi. Seraya menorehkan senyum menenangkan. Sudah hampir dua belas kali Taehyung mengatakan kalimat itu.
Sekitar beberapa detik menyelaraskan degup jantung, baru aku meraih tangannya, mengikuti langkah Taehyung mendekati pintu rumah kediaman keluarga Kim.
Taehyung menekan bel satu kali. Seiring genggaman tanganku semakin erat padanya.
Pintu terbuka sekitar lima detik setelah Taehyung menekan bel.
Seorang Pria paruh baya yang masih memiliki garis wajah tampan dimimiknya, berdiri tegas di ambang pintu yang baru saja dibuka olehnya.
Kalau tidak salah tebak, aku yakin dia adalah Tuan Kim. Karena perawakannya sangat mirip dengan Taehyung.
Taehyung tersenyum lebar, "Appa!" Serunya. Ia melepas genggamannya ditanganku dan segera mengembangkan tangan untuk memeluk Papa-nya.
"Tunggu," gerakan Taehyung terhenti saat Tuan Kim menahan agar ia tidak mendekat. "Siapa dia?" Tanyanya seraya mengedikkan dagu ke arahku.
Kepalaku refleks menunduk, berusaha menyembunyikan muka yang terasa menebal karena gugup dan malu.
"Ini Ara, pa. Dia kekasihku." jawab Taehyung sumringah.
Tidak ada sahutan dari Tuan Kim. Membuat semilir udara kian terasa semakin dingin dalam sekejap saja.
Aku tau, saat ini, Tuan Kim sedang menilik penampilanku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Jadi... kamu Cho Kyo Ara?" Tanyanya datar.
Tanganku meremang.
Suara Tuan Kim terdengar menakutkan. Dia benar-benar persis seperti Taehyung saat dalam keadaan kesal denganku.
Kepalaku mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaannya tadi.
Terdengar hela napas meledek. Sebelum Tuan Kim bertanya lagi,
"Apa yang sudah kamu perbuat sampai anak sulungku ini tergila-gila padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is "Ara"
FanfictionSecara kasat mata kehidupan Cho Kyo Ara begitu sempurna. Namun, siapa yang menyangka bahwa jauh di dalam dirinya terdapat berjuta kenestapaan. = = Kehidupanku begitu sempurna. Aku memiliki segalanya. Karir, Rupa, harta, dan teman-teman setia. Siapa...