Mulutku terperangah,
"Jaket? J-Jaket apa?" ucapku tergagap.Kulihat rahang Taehyung berdenyut. Lalu ia berdiri dari duduknya dan dengan sigap berbalik lagi menuju kamar mandi.
Sementara aku hanya duduk mematung.
Oh sial! Terasa Kepalaku mulai berdenyut. Begitu banyak yang ingin segera ku utarakan namun sekarang yang kulakukan hanya membatu selayaknya manekin.Tentang Pria yang jaketnya tak sengaja tertinggal di kamar mandiku ini, namanya Jeon Jungkook. Jungkook dan aku menjalin hubungan tanpa status jauh sebelum aku dan Taehyung berpacaran. Tidak ada perjanjian untuk saling setia dan tidak ada keterikatan antara kami berdua.
Taehyung tidak tau apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara aku dan Jungkook, tapi dia memang sudah menaruh curiga sejak awal. Karena selain posesif, Taehyung juga punya insting yang cukup akurat.
Atensiku teralihkan saat benda bermerek Louis Vuitton koleksi"70S DENIM JACKET" dilempar Taehyung keatas meja makan ini.
"Nih!"
Kepalaku menunduk memperhatikan jaket denim ala era 70-an yang berharga sekitar Rp41,3 juta tersebut. Mau beralasan apa lagi? Koleksi ini memang diproduksi perusahaan fashion khusus untuk Jungkook.
"Jelaskan! Kamu nggak bisu kan?" hardiknya. Mungkin Taehyung kepalang kesal karena tak juga mendengar jawabku.
"B-bukan... ini bukan..."
"Masih mau mengelak ini bukan punya Jungkook?" potongnya. Taehyung menggeram, "Benar kan kecurigaan aku selama ini? Si sialan itu udah main kotor sama kamu!"
Bola mataku bergerak acak mencari alasan. Sementara bibirku bergetar mencari kalimat yang paling pas untuk setidaknya menenangkan Taehyung.
"Berengsek! Biar aku beri pelajaran dia!" Dia menghardik lagi. Lalu dengan kasar berderap mengambil tas olahraganya di ruang tamu. Wajahnya ketat dan aura tubuhnya begitu kelam, walau posisinya sekarang tengah membelakangiku, tapi aku bahkan bisa merasakan puncak emosinya membahana di ujung ubun-ubun.
"Tunggu, Taehyung!" selaku seraya bangkit dari kursi dan terburu-buru mendekatinya. Aku mencekal gerakan Taehyung ketika ia akan menggapai gagang pintu.
"M-maaf, Dengerin aku dulu..." kataku memelas menggapai lengannya. "Jaket itu bukan punya Jungkook..."
Taehyung berdecak sinis dan melepas genggaman tanganku dengan kasar.
"Ok.. Fine.. Iya, jaket itu punya Jungkook! Tapi tadi malam bukan dia yang datang kesini. I mean, bukan Jungkook yang pakai jaket itu tadi malam tapi Jimin!"
Dahi Taehyung mengkerut, "Jimin?"
"Iya! Dia datang kesini tadi malam buat ngembaliin laptop aku." jawabku asal.
Entahlah, hanya wajah menyebalkan Jimin yang terlintas dikepalaku saat ini. Cuma nama itu yang paling aman untuk disebut di hadapan Taehyung. Karena Jimin adalah satu-satunya temanku yang juga merupakan sahabat karib Taehyung.
"Halah! Omong kosong!" Belum juga yakin denganku, Taehyung segera menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja dan bersiap membuka pintu untuk pergi dari sini.
"Bae, tunggu!" aku meraih lengannya lagi.
"Apalagi?!"
"Kalau kamu nggak percaya, kita telepon Jimin sekarang!" usulku nekat.
Jika tidak adu nyali seperti ini, masalah perjaketan itu pasti akan semakin kemana-mana. Mungkin kekhawatiranku tentang apa yang akan dilakukan Taehyung ke Jungkook setelah ini jauh lebih besar daripada ketakutanku tentang hubungan percintaanku yang juga terancam kandas malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is "Ara"
FanfictionSecara kasat mata kehidupan Cho Kyo Ara begitu sempurna. Namun, siapa yang menyangka bahwa jauh di dalam dirinya terdapat berjuta kenestapaan. = = Kehidupanku begitu sempurna. Aku memiliki segalanya. Karir, Rupa, harta, dan teman-teman setia. Siapa...