CHAP 5: Secuil Tentang Fano

94 19 4
                                    

1318 kata...

Ga bosen aku ingetin. Jangan lupa klik bintang di kiri bawah dan tandai kalau ada typo!

Selamat membaca..

~Secuil Tentang Fano~

Seorang pemuda nampak memasuki pekarangan rumah dengan volume yang amat besar. Halamannya luas, ditengah-tengah halaman itu ada sebuah air mancur yang dikelilingi oleh tumbuhan hijau. Melirik ke arah kanan, mobil berjejer memenuhi garasi. Rumahnya berlantai tiga dengan warna gold yang mendominasi. Sudah seperti istana.

Pemuda itu adalah Fano. Setelah turun dari motornya ia memasuki rumah.

"Gimana sekolahmu?" Sambutan pertama setelah ia memasuki rumah. Fano mengangguk, ia melenggang meninggalkan sang ayah yang sedang duduk sambil membaca koran.

"Ayah dengar, kamu tidak ikut rapat osis dan mengurung diri lagi?" Fano menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap sang ayah.

"Maaf, Yah." Sang ayah menghela nafas lalu melipat koran dan meletakkannya diatas meja. Sang ayah berdiri, ia berjalan mendekati Fano.

"Jadilah anak David yang berwibawa! Contohlah si Kevin itu." Sang ayah mengelus pipi anaknya lalu--

Plak!

Tamparan keras dari David yang Fano terima membuatnya bergeming. Dia takbergerak sedikitpun.

"Ayah sudah bilang! Laki-laki tidak boleh malu-malu!" Bentak David. Fano terus menunduk, ia hanya mendengar perkataan David tanpa membalasnya.

"Ayah jadikan kamu ketua osis bukan untuk mengurung diri! Jadi anak kok ga tau diri!" Sudah biasa, setiap sang ayah di rumah, Fano terus mendapat perlakuan seperti ini.

David menghela nafasnya. Ia sudah tidak tahu bagaimana caranya lagi agar Fano bisa membuka dirimya dan bergaul dengan banyak orang. Jika tidak, bagaimana nasib perusahaannya nanti?

"Sana ke kamar! Dan pikirkan lagi tentang sikapmu hari ini di sekolah!" Tanpa mengucap sepatah katapun, Fano berbalik menuju tangga untuk sampai di kamarnya. Ia masih tetap bungkam. Ia tak bisa melawan sang ayah.

Fano memasuki kamarnya yang bernuansa hitam tapi terlihat sangat rapih. Ia tidak mau sedikitpun terlihat berantakan. Fano penyuka kebersihan.

Kamar Fano lumayan luas. King size nya berada ditengah. Lampu tidur berada tepat disamping ranjangnya. Fano berjalan menuju walk in closet ia akan mandi air hangat untuk menenangkan pikiannya.

Setelah selesai mandi, Fano menjatuhkan dirinya di atas kasur. Ia menerawang tentang bagaimana cara orang lain bisa bergaul dengan sebegitu mudah? Ia beberapa kali sudah mencoba bergaul tapi tetap saja tidak bisa. Seperti pagi tadi.

Fano menutup matanya dengan lengan kiri. Ia merasa lelah saja setiap hari selalu dibanding-bandingkan dengan Kevin. Kenapa tidak Kevin saja yang jadi anaknya. Oh iya, Kevin dan Fano bertetangga ya, mereka sudah kenal sejak kecil.

Ia bangkit, lalu berdiri menuju tembok dengan dinding yang penuh oleh raket dan shuttle kok. Ia mengambil raket itu satu pasang dan satu kok. Fano keluar kamar, ia menuju kamar sang kakak yang berada disampingnya untuk bermain bersama.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk aja!" Terdengar teriakan sang kakak. Fano dengan ragu membuka pintu itu dan masuk ke dalam.

"Kak.. latihan badminton..." sang kakak yang sedang tiduran sambil memegang hp pun mematikan ponselnya dan bangun menghampiri sang adik.

"Ayo ke bawah." Fano mengangguk. Ia mengikuti kakaknya untuk ke bawah menuju lapangan olahraga bulutangkis.

My 'Target' [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang