Seorang gadis memasuki gedung yang langsung disambut oleh pemandangan orang-orang yang berbicara sendiri dengan memegang boneka, meracau sendiri, ataupun tertawa sendiri.
Betul sekali, saat ini Kayla Asorya tengah berjalan di lorong rumah sakit jiwa. Dia akan mengunjungi seseorang yang sedang dirawat di sini. Kayla tak akan menyangka bahwa ia akan menginjakkan kakinya di rumah sakit ini, ia tak pernah membayangkannya sekalipun.
Namun, seseorang membawanya memasuki rumah sakit ini. Dia adalah sang kakak, Kinara.
"Kak, aku datang," sapa Kayla pada sang kakak yang selalu duduk di pojokan ketika ia berkunjung, lebih tepatnya memang sang kakak suka duduk di pojok ruangan.
Mereka berdua terhalang besi yang disusun berjejer kemudian besi itu diapit oleh tembok. Ruangan sang kakak hanya sekitar 1×2 meter. Sangat sempit.
"Jangan mendekat.. jangan mendekat.. aku kotorr.. jangan mendekat..." racau sang kakak yang sama sekali tidak berubah. Kayla menghela nafasnya sesak. Ia tak tega melihat kakaknya hidup terkurung seperti ini.
Beberapa minggu yang lalu, kakaknya pulang ke rumah setelah 3 hari ia tidak ada kabar. Hilang, lebih tepatnya. Kinara datang dengan luka lebam diseluruh tubuhnya, darah kering seakan mewarnai tubuh sang kakak. Rambut kusut dan mata yang sembab menambah keadaan parah sang kakak.
Kinara terus meracau dan tidak mau di dekati oleh siapapun. Dia terus mengurung diri di kamar. Jangankan makan dan minum, membuka pintu kamar saja Kinara enggan melakukannya.
Sang Ibu --Sarah-- terus menangis melihat keadaan putri sulungnya yang amat kacau. Ia bingung harus melakukan apa. Lalu sang Bapak --Fadlan-- terus menyarankan untuk mendatangkan dokter jiwa. Tentu saja Sarah menolak, ia tidak rela jika anaknya diklaim tidak waras.
Beberapa hari kemudian Kinara tak kunjung keluar kamar. Dia tetap setia mengurung diri. Sarah yang semakin bingung pun akhirnya menuruti perkataan sang suami.
Ambulance datang membawa kakaknya pergi. Sarah, Fadlan dan Kayla mengikuti dari belakang menggunakan mobil taksi milik Fadlan. Ya, Fadlan bekerja sebagai supir taksi.
Setelah diperiksa oleh dokter, Kinara divonis mengalami gangguan kejiwaan. Penyebabnya adalah pelecehan dan kekerasan seksual. Sarah yang mendengar kata itu pun langsung jatuh tak sadarkan diri. Fadlan juga amat terkejut mendengar pernyataan dokter.
Kayla menangis, ia tak menyangka kakaknya adalah korban pelecehan.
"Pak! Ayo kita lapor polisi hiks.. hiks..." Kayla menarik tangan Fadlan, namun Fadlan tetap diam di tempat menahan Kayla.
"Lupakan soal polisi, dia sudah mencoreng nama keluarga!"
"TAPI PAK, INI ADALAH KEJAHATAN DAN HARUS DITUNTUT!"
Plak!
Fadlan menampar pipi Kayla, Kayla memegangi pipi kanannya lalu menatap sang bapak dengan kecewa.
Kayla berlari keluar rumah sakit, ia sangat marah dan sedih dengan apa yang menimpa sang kakak. Kayla duduk di kursi kayu yang berada di bawah pohon dengan dedaunan yang rimbun.
Kayla ingat, sehari sebelum kakaknya menghilang, sang kakak bercerita bahwa ia akan ngedate dengan seseorang. Kakaknya sangat antusias hari itu. Ia terlihat amat bahagia.
Namun apa, 3 hari Kinara tidak pulang ke rumah. Lalu tiba-tiba Kinara pulang dengan keadaan yang bisa dibilang sangat parah. Setelah dokter berkata kakaknya depresi karena pelecehan seksual, ia hanya punya satu orang yang ditargetkannya. Orang itu adalah orang yang ngedate bersama sang kakak, Fano Mahardika.
Kenapa Kayla tahu? Karena sang kakak selalu bercerita tentang Fano, lelaki yang dicintai sang kakak.
Kayla akan pergi menemui Fano, jika perlu ia akan pindah sekolah dan membawa Fano ke polisi untuk menerima hukuman yang setara dengan apa yang sudah Fano perbuat kepada sang kakak.
Kayla sangat tidak terima! Ia akan pastikan bahwa targetnya akan membusuk di penjara.
***
Hallo semuanya! Terimakasih udah mampir di cerita ini.
Aku bingung, prolognya ngefeel apa enggak ya?
Jangan lupa share cerita ini ketemen-temen kalian juga ya❤
Tap untuk lanjut👉
KAMU SEDANG MEMBACA
My 'Target' [ ON GOING ]
Fiksi Remaja[UPDATE SETIAP SENIN, RABU, JUMAT] "Lo apain kakak gue?" cowok yang diajak bicara hanya diam, Kayla merenggut kesal dan sedikit menahan nada bicaranya agar tidak berteriak, lalu dia bertanya lagi. "Kakak gue, Kinara, lo apain dia sampe dia depresi...