Bab 10

1 0 0
                                    

Setelah kejadian semalam Adam sama sekali tak ada niat untuk keluar rumah, seharian ia di kamar tanpa membuka jendela ataupun balkon. Ia hanya terbaring di kasur sambil memeluk bantal Rem kesayangannya tanpa bergerak seperti orang lumpuh. Satu harian ia habiskan untuk tidur saja.

Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal saat merasakan badannya sudah terasa seperti remuk karena terlalu banyak rebahan. Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar mandi dan mencuci muka. Tentu saja tidak mandi, orang ganteng meskipun gak mandi tetap ganteng. Pikirnya.

Setelah selesai dengan kamar mandi ia berjalan menuju meja kerjanya dan menyalahkan komputer untuk melanjutkan Deadline yang tertunda. Ya, dia penulis komik terkenal di salah satu aplikasi. Cerita yang ia tulis adalah cerita fantasti tentunya, dan syukurlah banyak peminatnya hingga ia bisa membeli rumah ini.

Saat merasa perutnya mulai lapar karena terlalu banyak berfikir, Adam. Pria 27 tahun yang hidup sendiri di dalam rumah tanpa istri maupun keluarga itu memutuskan untuk memasak mi instan dan turun dari kamarnya.

Saat sampai dapur dan membuka kulkas ia hanya bisa meremat gagang lemari penyimpan makanan. MI INSTANNYA ABIS!

Ia hanya bisa menghela nafas sambil menahan kesal, ia lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 5 sore. Sepertinya tidak ada kemungkinan dia bertemu Loli sebelah. Maksudnya Lolita.

Ia masih malu soal kejadian semalam, bisa-bisanya ia lupa kalau ada balkon gadis di depan balkonya?

"Arghh!" Teriak Adam frustasi mengacak rambutnya yang panjang.

"Gue harus apa kalau ketemu?" Ujarnya bermonolog. Kupingnya bahkan sampai memerah karena malu. Apakah citranya di mata gadis itu semakin buruk? Setelah orang mesum lalu apa lagi? Orang gila yang sangean? Adam semakin pusing saja memikirkannya.

Perutnya kembali keroncongan pertanda ia harus segera mengisinya karena dari tadi pagi tidak makan.

Ia segera naik ke kamarnya mengambil dompet dan berkaca sembentar untuk merapikan rambut dan setelah itu kembali turun berjalan menuju supermarket.

"Apa gue naik mobil aja?" Pikirnya, ada mobil pemberian orang tuanya memang di rumah. Tapi tak pernah ia pakai, tapi sekarang ia membutuhkannya untuk menghindari gadis itu.

"Adammm!" Adam tersentak saat ada yang memanggilnya.

Ia berjalan mengendap-endap ingin mengintip siapa yang memanggilnya. "ADAM BUKAIN!" Teriaknya, bukan main besarnya. Bahkan Adam sampai kembali tersentak, apalagi bunyi bel yang di tekan berulang kali seakan ingin merobohkan rumah ini. Untunglah gerbang rumah Adam tertutup jika tak di buka tidak dapat dilihat dari dalam.

"ADAM GUE GAK SUKA YA LAMA-LAMA BUKANYA!" serunya lagi, lah kok ngamok?

Adam menghela nafasnya, ia memegang dadanya yang gugup dan setelah itu mengelusnya. Sabar, pasti bisa mengahadapin tetangga sebelah ini. Tapi apa maunya? Perasaan Adam gak ada belanja online, gak mungkin antar paket kan?

Setelah banyak pertimbangan akhirnya Adam memutuskan untuk menyahut, "iya sebentar!" Jawabnya.

"Lama banget sih bukain gerbang aja!" Celetuknya saat melihat wajah Adam menyembul dari balik pagar. Suasana sangat kikuk di antara keduanya.

"Kenapa?" Tanya Ada membuka siara akhirnya, karena kepalanya pegal menyembul dari balik pagar.

Ia dapat melihat Lita berdiri sambil membawa tarpewer, gadis itu menggunakan baju sekolahnya. Oh, masih Sma pikir Adam.

"Nih, buat lo! Jangan kepedean ya! Dari mama!" Ketusnya menyodorkan tarpewer yang isinya sepertinya makanan.

Adam menyerinyitkan dahinya, ia langsung menerimanya. Namun Lita yang biasanya langsung pergi kini malah berdiri di situ. Adam menatapnya heran seolah bertanya 'kenapa lagi?'

Nolep fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang