8 : apa adanya

1.6K 162 29
                                    

.
.
.
.
.

Luna kembali Ke keadaan semula nya, terkurung di kamar noah. Sambil mengelus mr. Snow, Luna sedang menahan amarahnya sekarang. Kenapa Noah bisa semarah itu hanya karena hal kecil.

Tok... Tok.. tok..

Luna menoleh ke arah pintu, lalu memalingkan wajah saat melihat Noah masuk. Noah pastinya sadar Luna Sekarang sedang marah padanya. Tapi dia bisa apa? Pria sialan itu menyentuh gadis nya. Bagaimana bisa Noah membiarkan nya. Ya paling tidak pria itu masih hidup kan, itu sudah cukup.

"Kau marah?"

"..."

"Heyy... Paling tidak aku tak membunuhnya"

"..."

"Ayolah... Jangan merajuk seperti anak kecil"

"Aku memang anak kecil?!" Bentak Luna

Noah memundurkan langkahnya kaget, nyali nya ciut sekarang. Luna pasti benar benar marah padanya, lihat saja wajah nya yang memerah dan matanya yang melotot seperti akan keluar.

"Kau sendiri yang menawarkan dan membolehkan aku melakukan apa yang ingin ku lakukan! Tapi kau bersikap seperti itu!!"

"Ya itu karena pria sialan tadi menyentuh mu"

"Tapi itu kelewatan!! Kau lah yang kekanakan?!! Aku tidak ingin melihat mu sekarang, PERGI!!" Luna berteriak sembari melempar bantal pada Noah.

Noah menghindar dengan gesit ke kanan dan kiri.

"Pergi!! Pergi!! PERGIIIII!!!"

BRUK..

sebuah bantal tepat mengenai wajah Noah cukup keras, dapat ia rasakan sepertinya tulang hidungnya patah.
Noah lari keluar terburu buru setelah mendapat amukan Luna. Dia baru menyadari betapa menakutkan nya Luna saat marah.

"Tuan baik baik saja?" Tanya rayn

"Apa aku terlihat baik baik saja?"

"Anda mimisan tuan"

Noah menyeka darah di hidung nya.

"Padahal beberapa hari yang lalu aku menganggap nya bagai malaikat. Tapi Ternyata dia mesin pembunuh"

"Apa harus saya Tegur nona luna?"

"Jika kau berani, aku yakin dia akan membunuh mu hanya dalam 5 menit. Tadi aku lihat pisau disebelah nya"

"Setelah saya pikir pikir lagi, sepertinya nona butuh waktu untuk menenangkan diri" ucap rayn

Rayn meneguk ludah, membatalkan niat nya untuk membuka pintu kamar Luna.

"Dasar pengecut, cepat ambilkan kotak obat!"

. . .

2 jam berlalu, hari sudah sore sekarang. Noah mencoba memberanikan diri masuk ke kamar. Luna masih duduk di ranjang nya, menatap setiap gerak gerik Noah.

"Kau sudah tidak marah"

"..."

"Jawab aku... Apa kau masih marah?"

"Hidung mu baik baik saja?"

"Kau...Menghawatirkan ku?"

"Aku menghawatirkan masa depan ku. Bagaimana jika kau menuntut ku nanti atas tuduhan kekerasan"

'padahal aku menculik nya, tapi dia takut aku tuntut. Rayn bilang IQ nya tinggi? Dia?'

"hanya patah"

"Apakah sakit?"

"Sedikit"

(....) Hening.

"Maaf... Aku kelewatan. Aku tidak akan seperti itu lagi" ucap Luna

Miracle YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang