Byur !
"wah gila"
"Pak Gidi di lawan"
"kasian basah."
"haha"
lapangan sangat Ramai, di tengah tengah ada 3 murid yang berjongkok menunduk menghadap tiang bendera. Ujung kiri ada Nazelan, tengah ada Haikal, ujung kanan ada Gevano. Mereka bertiga di hukum karena membolos tiga mata pelajaran, bukannya masuk ke kelas tapi malah singgah di kedai bakso di luar area sekolah. Alhasil mereka di ciduk oleh guru piket yang sedang berpatroli dari dalam serta ke luar yang ada di sekitar nya.
pak gidi mendapati mereka bertiga sedang asikan mengobrol sambil memakan bakso dengan lahap, setelah menghabiskan bakso nya baru lah pak gidi mencyduk mereka. Gini-gini pak jidi juga masih tolenransi, itung-itung sebelum kena hantam udah kenyang duluan kan. Yang penting kalo mati di tempat udah kenyang.
canda xixi.
waktu sudah istirahat maka nya banyak yang ngeliatin, mereka tertawa melihat tiga mahardika bersaudara itu di guyur pakai air dingin. sungguh bapak gidi sangat jahat, ketiga nya pun hanya bisa menunduk.
Di tengah ada Haikal, ia berharap melihat kehadiran Rainha. sedangkan Nazelan menyenggol lengan Haikal.
"woy Haikal"
"apa Na?"
"dingin bjir"
"sama gue juga"
"emang dingin lah kalau di guyur pake aer es." Gevano yang awal nya diam tiba-tiba bersuara.
Pak gidi menatap mereka dengan mata menyala, siap melayangkan pukulan dengan rotan yang ia genggam kalau mereka masih banyak bicara. Ketiganya pun terdiam dan menunduk lagi.
"kalian bertiga, panggil orang tua." titah pak Gidi.
Banyak yang mengunjing mereka bertiga serta menggibah tentang mereka bertiga, ada juga yang merasa kasihan. Rainha, cewek bule cantik itu sedang berjalan di sepanjang koridor, tiba-tiba melihat sosok yang sering membuat nya depresi.
"itu kan Haikal...sama, Nana..Gevano" Mata memicing.
Tak lama setelah itu pak Gidi juga melihat nya. Tangan pak Gidi seperti memberi kode padanya untuk pergi ke tengah tengah lapangan, Rainha pun mengangguk dan buru buru berjalan ke tengah lapangan.
Rainha memutar bola matanya malas saat Haikal tersenyum. Rainha mengabaikannya lalu menghampiri pak gidi, "iya pak, ada apa?" ucap nya dengan nada sopan.
Pak Gidi menggulung-gulung kan kumis nya yang lebat, "kamu bisa jagain mereka ga?" ucap Pak Gidi.
"Yah pak, tapi ada ke - "
"gapapa nanti bapak ijin, bapak kebelet boker, kalau ga balik bapak serahin ke kamu semua"
Rainha pun mengangguk lalu mengambil rotan yang di kasih, lalu pak Gidi berjalan dengan marapatkan kedua kaki nya dan tangan kiri memegang pantat nya. Mungkin sedang menahan agar tai nya gak keluar kali.
Haikal dkk menertawakan pak Jidi, "pfftt.. Mampus" - Haikal
"awas tai nya keluar" - Gev
"ih sumpeh pasti bunyi nya brott" - Nana
"PFFTT...AHAHAHAA"
Mereka bertiga sangat receh sampai Rainha pun ingin ikut tertawa tapi gengsi. Rainha pun menghardik mereka bertiga dengan bunyi Rontan. Menggertak sedikit ketiga manusia laknat ini.
"HEH DIEM!" Pekik Rainha.
Ketiganya pun terdiam, Nazelan dan Gevano menyenggol tangan Haikal memberi kode agar mengganggu Rainha atau yang sering Haikal pelesetin nama Rainha dari Rainha menjadi Neng Hujan, Rara, Neng Kodok. Jauh amat. tapi keseringan Haikal sering memanggil dengan sebutan 'Neng Hujan'
KAMU SEDANG MEMBACA
unconditionally ft ; Haechan Somi.
Randomhanya sekelabat kisah kasih yang mereka ukir di sekolah. Dinding sekolah menjadi saksi betapa lucunya seorang anak laki-laki bernama Haekal Maheswara yang gemar sekali menciptakan cerita-cerita baru dalam dairy hidup Rainha. "Kal" panggil sang gadi...