2. Terlambat di hari kedua

609 52 0
                                    

"Abang aku ke halte aja ya, siapa tau ada bus sekolah atau ojek." Izin Aleesya pada Devino, saudara laki-lakinya.

Devino atau yang akrab di panggil Vino mau tidak mau mengangguk mengizinkan, karena adiknya itu terlambat akibat mobil butut kesayangannya yang mogok.

"Iyaudah, kamu hati-hati. Ada ongkos engga?" Tanya Vino. Aleesya mengangguk kemudian pamit.

"Aku jalan dulu ya, abang telfon Papah aja biar di jemput. Nanti telat ke kampus." Ujarnya.

Vino mengangguk, "iya udah sana cepet, nanti malah kamu yang telat."

Aleesya pun berlari menuju halte yang terletak tak jauh dari lokasi mobil Vino yang mogok. Disana lumayan ramai orang berdiri menunggu angkutan umum.

Aleesya berdiri di pinggir halte sambil sesekali melihat kearah ponselnya untuk melihat jam. "Aduh... lima belas menit lagi bel. Kalo telat gimana nih? Apa engga usah sekolah aja ya? Tapi nanti papah marah." Ocehnya pada dirinya sendiri.

Tak lama angkutan Umum berhenti, namun jurusannya tak sejalan dengan sekolah Aleesya. Cewek itu pun menghela nafasnya. Ia mencoba bergeser untuk bertanya pada seorang ibu-ibu, "ibu maaf, mau numpang tanya. kalau bus sekolah lewat sini engga ya?" Tanyanya.

Ibu itu menoleh, "waduh neng, kurang tau ibu. Tapi biasanya sih lewat."

Aleesya mengangguk, "yaudah, makasih ya bu." Ia mencoba menghubungi sahabatnya.

Di carinya nama 'Ghea' pada kolom pencarian di daftar kontak, setelah dapat Aleesya langsung menelpon Ghea tanpa berpikir dua kali.

Pada sambungan ke 2 telfon itu langsung di angkat,

"Hallo.. lo dimana? Ini udah mau bel." Tanya Ghea.

"Gue kayaknya telat deh, mobil bang Vino mogok."

"Naik ojek aja, nanti ongkosnya gue yang bayar kalo lo engga ada uang kecil." Tawa Ghea.

Aleesya menggeleng, "engga usah, gue ada uang kecil kok. Gue pesen dulu deh, hp gue lowbatt soalnya, lupa charger. Dadah...."

Aleesya langsung memutuskan panggilan dan tepat saat itu juga ponselnya habis baterai. "Aisshh!! Kenapa sih hari ini? Bangun telat, mobil bang Vino mogok, sekarang hp gue habis baterai!"

Tanpa pikir panjang ia langsung berjalan menuju persimpangan yang jaraknya cukup jauh dari halte untuk mencari tukang ojek pangakalan. Hanya itu harapan satu-satunya.

Sementara itu di lain tempat, seorang cowok yang mengenakan motor Kawasaki w175 full black baru saja memasuki kompleks kawasan SMA Rajawali. Ia memperhatikan seorang cewek yang mengenakan seragam yang sama denganya berlari mengejar waktu agar tidak terlambat.

Namun pengendara tadi bukanya berhenti justru melanjutkan lajunya menuju sekolah yang gerbangnya sudah hampir di tutup. Aleesya yang melihat pengendara motor tadi melaju tanpa menolongnya mendengus kesal.

"Mau lari lagi udah capek banget." Keluhnya.

Gerbang masuk sekolah sudah beberapa meter lagi, namun kaki cewek itu sudah tidak sanggup melangkah. Ia pun pasrah jika harus di hukum karena telat.

Aleesya memutuskan untuk berjalan sebisanya menuju sekolah, sampai ketika ia sudah mendekati gerbang seorang satpam nampak meneriakinya agar cepat masuk, "neng ayo! Cepet keburu ada guru yang liat."

"A–ah! Iya pak sebentar."

Aleesya pun berlari lagi hingga akhirnya ia berhasil memasuki gerbang sekolah. Namun bukan bersrti ia sudah lolos dari hukuman. Seorang guru bagian ketertiban siswa sudah menunggu di lobby sekolah sambil di dampingi dua petugas osis.

Aleesya rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Cewek itu dengan pasrah digiring bersama sepuluh siswa siswi lainnya yang juga telat menuju sebuah lapangan indoor. Mereka di kumpulkan dan disuruh berbaris dengan rapih.

Seorang petuga osis yang tak asing untuk Aleesya langsung menatap gadis itu tajam, "bu Sania, ini biar saya aja yang urus. Ibu bisa menertibkan siswa siswi kelas sepuluh yang telat." Ujar Tata sambil berjalan mendekat kearah Aleesya.

"Baik, tolong di catat saja namanya lalu suruh mereka segera kekelas." Pesan Sania pada dua anggota osisnya.

Tata tersenyum miring, "untuk yang lain karena terlambat hanya 2 menit dipersilahkan berbaris antre ke kak Gaby, untuk lo anak baru diem disini."

Aleesya yang tidak terima berniat untuk protes, namun Tata lebih dulu memotongnya. "Lari 15 putaran karena telat 5 menit. Protes nambah 5 putaran lagi."

Mau tidak mau Aleesya pasrah berlari mengelilingi lapangan. Beberapa siswa lainnya yang telat menatap iba kearah Aleesya. Padahal mereka telat tidak jauh beda waktunya, namun kenapa hanya Aleesya saja?

Efek tidak sarapan dan pusing karena terbangun dengan kaget, Aleesya mulai merasakan tubuhnya sedikit limbung. Namun ia tetap melanjutkan larinya karena teriakan Tata yang mengancamnya akan menambah putaran jika ia berhenti.

Lima putaran sudah terlewati, Aleesya berlari dengan pelan agar tidak menghabiskan banyak tenaga. Hingga sisa 5 putaran lagi, Gaby petugas osis yang sedari tadi memperhatikan dari pinggir lapangan memerintahkannya untuk berhenti.

"Udah stop, masuk kekelas." Perintahnya.

Tata menatap bingung kearah Gaby, "Apaansih lo, Gab! Dia belum selesai."

Gaby menatap malas kearah Tata, "bu Sania nyuruhnya apa? Catat. Bukan lari. Kalo lo masih kekeuh nerusin dan anak itu pingsan, gue yang bakal lapor ke BK kalo itu ulah lo." Usai mengatakan hal tadi, Gaby menghampiri Aleesya sambil membawakan tas miliknya.

"Langsung masuk kelas," ujar Gaby.

Aleesya mengangguk dengan wajah pucat nya. "Makasih kak." Ujarnya. Gaby hanya berdeham merespons hal itu.

Sambil memegangi kepalanya, Aleesya berhasil keluar dari lapangan indoor. Namun saat ia akan tiba di belokan lorong menuju tangga untuk ke lantai dua, pandangannya mengabur.

Ia berpegangan pada tembok, namun entah kenapa ia merasa seperti tidak ada lagi tenaga, hingga yang ia ingat hanya suara beberapa langkah kaki dan gelak tawa terdengar tak jauh darinya.

Sampai tas yang hanya ia sampir kan sebelah saja di bahu kanan terjatuh, tak lama tubuhnya pun terjatuh dan hampir membentur lantai kalau saja seseorang tidak menahannya.

"Ehh..! Kenapa tuh." Tanya salah satu diantaranya.

Cowok berambut keriting menepuk lengan sahabatnya, "pingsan lah, menurut lo aja!"

"Ck! Bukannya bantuin malah ribut, gotong ke UKS." Semprot cowok satunya lagi yang membantu menahan bagian kepala.

Namun saat ketiga cowok tadi hendak bantu mengangkat, Cowok yang sedari tadi menahan tubuh cewek itu, melarangnya.

"Kalian panggil temennya." Perintahnya, sambil mengangkat tubuh Aleesya menuju ruang kesehatan.

Melihat kejadian itu, temannya yang lain hanya terdiam menganga. "Lah, Vin. Lo kesambet apaan sih?"

"Si Kevin sejak ketimpuk tas, otaknya agak ke geser ya? Jadi peduli gitu dia. Apa kepencet tombol riset balik ke setelan pabrik?" Tanya Damar si cowok berambut keriting.

Jeremy menepuk bahu sahabatnya, "yee... lo kata sahabat lo itu hape? Udah ayo kabarin si siapa itu gebetannya Viar?"

"Kaira." Jawab Danu sambil mengambil tas Aleesya.

"Nah eta, yuk. Sebelas IPA kan ya?" Tanyanya lagi.

Danu mengangguk dan langsung jalan meninggalkan Jeremy dan Damar yang masih sibuk berdebat entah tentang hal apa sekarang.

~•0•~

Terima kasih sudah setia menunggu, di mohon jangan lupa untuk pencet tombol Vote atau gambar ⭐️ dan juga Comment jangan lupa!

KEVALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang