Kevin tengah bersiap untuk menemani Dena yang terus memaksa minta di temani mencari kado. Seorang anak lelaki berusia 6 tahun menatap kakak lelakinya penuh tanya, "abang mau kemana?"
Kevin berdiri setelah selesai memakai sepatu, ia kemudian mengelus puncak kepala adiknya, "abang mau pergi dulu, kamu masuk sana."
"Jangan pulang telat ya bang, nanti abang kena marah, Papah." Ujar Navaro, adik lelaki Kevin. Adik dari ibu sambungnya.
Kevin mengangguk, ia memberi hormat pada sang adik, "siap boss! Titip rumah ya boss." Usai pamit Kevin langsung meninggalkan perkarangan rumahnya menggunakan motor kesayangannya, Kawasaki W175.
Motornya melaju dengan kecepatan sedang ke sebuah mall yang cukup jauh dari rumahnya. Sementara itu Dena menunggu di sebuah lobby mall sambil sesekali melirik jam di tangannya.
"Mana ih katanya otw, udah hampir setengah jam belum nyampe juga!" Rutuknya
Dena menelpon nomor Kevin, namun tidak ada jawaban. Saat ia hendak kembali menelpon nomor Kevin, sebuah BMW x6 all black berhenti tak jauh dari Dena berada.
Keluarlah seseorang yang Dena kenal, di susul dua pria di belakangnya. Dena langsung bersembunyi di balik pilar. Sementara orang tadi berjalan memasuki mall sambil bergelendot manja di lengan pria yang terlihat lebih tua darinya.
Saat Dena hendak melihat lebih lagi, Sebuah suara menginterupsinya. "Ngeliatin apa sih?"
"Eh, itu... bukan apa-apa kok. Yuk!" Ajak Dena mengalihkan pertanyaan dari Kevin.
Mereka berdua pun jalan bersebelahan menuju sebuah toko jam dengan merk terkenal. Kevin Mengikuti Dena memasuki toko yang mereka tuju.
"Selamat datang. Sore kak, ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang pegawai toko dengan ramah.
"Mas, saya sudah kontak sebelumnya atas nama Dena Azahra."
Pegawai toko tadi langsung mengabarkan teman lainnya dan langsung mengarahkan Dena dan juga Kevin ke salah satu pegawai lainnya.
"Hallo kak Dena, ini beberapa jam yang ingin kakak lihat." Di atas etalase tiga buah jam dengan design mewah berjejer. "Ada warna gold, Silver dan black. Kalo untuk Papinya kakak cocok warna gold, karena sangat mewah ketika di pakai."
Dena menoleh kearah Kevin, "menurut lo mendingan yang mana, Vin?" Tanya Dena meminta saran.
Kevin melihat ketiga jam tadi dan menujuk sebuah jam berwarna gold seperti yang pegawainya katakan, "gold, bagus." Jawabnya singkat.
"Udah, gitu aja?" Tanya Dena.
Kevin mengerutkan alisnya, "gitu aja?"
"Iya kasih masukan atau apa kek gitu, masa cuma gitu aja ngomongnya." Protes Dena sambil memasang wajah cemberut.
Kevin memutar bola matanya bosan, "gue bukan expert dalam hal kaya gini. Mending lo ajak Danu atau Damar." Timpal Kevin sambil ia mengeluarkan ponselnya karena ada panggilan masuk.
"Yaudah yang gold aja, sekalian sama ucapannya di tulisin aja boleh? Pesannya ini." Ujar Dena menyodorkan notes yang ada di ponselnya.
Dena menatap ke arah Kevin yang sudah berada di luar toko sambil menelpon seseorang.
"Hallo, kenapa Nu?" Tanya Kevin pada Danu yang menelponnya.
"Lo dimana?"
"Mall, kenapa?"
"Ohh.... nemenin bu boss ya? Oh iya Vin, si Viar bilang basket jadinya jam 7. Lo jangan telat."
Kevin menatap ke arah Dena yang masih menunggu barangnya. "Iya, gue jalan setelah bokap sama bundanya Varo balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVALE
Teen FictionDISCLAIMER 100% FIKSI YA! Ambil pelajaran yang bisa diambil, yang jelek jangan dicontoh 🤍 ✨ Menjadi murid pindahan bukanlah hal yang mudah, di tambah sekolah baru itu terkenal akan senioritasnya. Memang bukan pilihan yang tepat untuk pindah dari SM...