" SEVEN "

11.6K 1.1K 145
                                    

                                               " SEVEN "











Haechan, benar-benar bosan sekarang karena tak ada siapun di mansion sebesar itu selain dirinya.

"AARRRGGG!! aku bosan" ucapnya.

Haechan, bangkit dari acara rebahannya dan mulai keluar dari kamarnya, ia berjalan mengelilingi mansion itu sampai matanya melihat satu ruangan di pojok mansion.

Langkahnya perlahan mendekati ruangan yang tertutup rapat itu.

"Ruangan apa ini?" gumam Haechan saat sampai di depan ruangan itu.

Haechan, mendekatkan telinganya mencoba mendengar adakah kehidupan di dalam ruangan itu.

Tangan mungilnya memegang gagang pintu itu dan hampir membuka ruangan itu sebelum suara Jaemin membuat Haechan mengurungkan niatnya.

"Aku akan datang kembali" gumam Haechan sebelum lari menjauh dari ruangan itu.

"HAECHAN~AAAA!!!"

"HAEC~"

Teriakan Jaemin terhenti saat sepasang tangan mungil melingkar di perut sixpacknya.

"Dari mana hhmmm?" tanya Jaemin.

"Aku hanya berkeliling karena bosan" jawab Haechan.

Jaemin, tersenyum dan mencubit hidung pelan Haechan sebelum mengangkat tubuh Haechan seperti bayi koala, berjalan menuju kamar mereka.

"Na"

"Hhmmm"

"Boleh aku bertanya?"

Jaemin, tak menjawab dan hanya menatap ke arah Haechan yang sedang duduk di atas ranjang.

"Uummm, tak jadi" ucap Haechan yang memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang ruangan itu dan ingin mencari tahu sendiri ruangan itu.

Bukannya marah, Jaemin justru tersenyum lembut dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dengan berbantalan paha Haechan.

Ddrrrrttt....

Ddrrrtttt....

Tiba-tiba ponsel Jaemin bergetar membuat jaemin mengalihkan perhatiannya dan mengambil ponselnya.

"Hallo?"

.......

Jaemin, terdiam sambil menatap ke arah Haechan yang juga menatapnya dan sedetik kemudian Jaemin memilih keluar kamar untuk melanjutkan telefonnya.

"Lakukan seperti biasa dan jangan biarkan di-".

"Na"

Ucapan Jaemin terhenti saat mendengar suara Haechan yang mencarinya karena merasa khawatir.

"Ahh~ baiklah sampai bertemu besok" ucap Jaemin pada orang di seberang sana dengan nada yang berbeda dari sebelum kedatangan Haechan.

Jaemin, membalikan badanya dan melibat Haechan berdiri di hadapannya "kenapa Hhmm?" tanya Jaemin sambil berjalan menghampiri Haechan.

Haechan, menggelengkan kepalanya imut sambil menatap ke arah Jaemin "aku hanya mengkhawatirkanmu" ucapnya.

Cup.

"Makasih" ucap Jaemin setelah memberi kecupan pada Haechan.

Dan entah Haechan ke rasukan setan mana, tiba-tiba tangan mungilnya melepas satu persatu kancing kemeja Jaemin dengan sangat manja.

"C-Chan~aaa, apa yang kau lakukan"

Haechan, mendongak menatap Jaemin dengan sangat dalam.

Cup.

Haechan, menarik tengkuk Jaemin dan mempertemukan bibir mereka membuat Jaemin terkejut dengan apa yang di lakukan Haechan sebelum akhirnya dirinya terbawa oleh permainan Haechan yang mulai melumat bibir tipisnya.

Haechan, hanya penasaran dengan ciuman setelah beberapa kali Jaemin memberi kebupan pada bibirnya tanpa memberi lumatan.

Lagi-lagi Jaemin mengangkat tubuh Haechan seperti anak koala dan membawanya masuk kedalam kamar tanpa melepas ciuman mereka.

"Aahh~"  desah Haechan saat Jaemin menyerang lehernya.

"Chan, boleh kah aku?"

Haechan, hanya mengangguk pasrah tanpa tau apa yang akan di lakukan Jaemin padanya, yang ada di pikiran Haechan hanya menginginkan lebih dari sekedar ciuman yang baru ia rasakan setelan belasan tahun ia hidup.

Melihat kesempatan itu, Jaemin tak mau menyia-nyiakannya dan langsung menyerang Haechan.

"Aahh~ Na~ gghhh~"

Mendengar desahan Haechan membuat nafsu Jaemin semakin naik dan dengan cekatan Jaemin melucuti baju Haechan dan juga bajunya sehingga mereka sama-sama bugil tampa sehelai benang.

"Apa ini yang pertama?" tanya Jaemin dan langsung di angguki oleh Haechan.

"Kita butuh pelumas" ucap Jaemin membuat Haechan merengutkan dahinya bingung.

"Aaiihhh, pelumas agar itumu gak lecet" jelas Jaemin.

Jaemin, beranjak ingin mengambil pelumas miliknya yang ia simpan di laci, namun Haechan menghentikannya.

"Biar aku yang mengambinya" ucap Haechan yang sebenarnya dia malu karena ini benar-benar yang pertama baginya.

Haechan, bankit dan berjalan menuju laci yang di tunjukkan oleh Jaemin, lalu mematikan lampu kamar itu.

"Kenapa di matikan?" tanya Jaemin.

"Aku malu" jawab Haechan sambil menunduk.

Jaemin, paham dan merangkak untuk menyalakan lampu tidur yang membuat kamar itu terlihat remang-remang.

"Kemarilah" ucap Jaemin sambil menarik lengan Haechan membuat Haechan terjatuh ke atas Jaemin.

Tanpa menunggu lagi Jaemin segera mempertemukan bibir mereka kembali dan adegan dewasa pun di mulai.

Desahan demi desahan terdengar dari bibir Jaemin maupun Haechan memper panas suasana di dalam kamar yang padahal AC nya juga sudah menyala.

"Kau siap?" bisik Jaemin.

"Uumm"

Jaemin, segera mengambil pelumas yang di letakkan di nakas sebelumnya dan segera mengoleskan pada penisnya.

"Ini akan sedikit sakit" ucap Jaemin membuat Haechan sedikit takut.

"Tahan lah" ucap Jaemin lagi dan mulai mengarahkan penisnya pada lubang Haechan.

"Aarrgghh~"

"Sehh...dikithh... lagihhh"

Jleb!

"Aaarrgghh!!!"

"Aahhh~"

Keduanya terdiam sesaat untuk menetralisir rasa nyeri pada lubang Haechan sebelum Jaemin menggerakkan juniornya.

"Na"

"Hhmm"

"Apa bercinta terasa panas?"

Jaemin, terdiam pasalnya dia juga merasakan panas sedangkan saat dia melakukan sex dengan para pelacur tak penah merasakan panas.

"Setauku tidak"

"Tapi ini panas Na" ucap Haechan sambil menarik penis Jaemin dari lubangnya.

Jaemin, menyalakan lampu dan melihat botol balsem ada di atas ranjang mereka.

"Yakk! Kenapa ada balsem di situ?"

"Maaf tadi ak-"

"Aarrgg! ini panas banget" teriak Jaemin memotong ucapan Haechan dan langsung berlari ke kamar mandi di susul oleh Haechan yang juga merasakan panas pada lubangnya.



                                             - - -ooOoo- - -

Pengen ketawa tapi kasihan 😭🤣

"BE MINE" {Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang