" THIRTEEN "

8.7K 925 114
                                    

" THIRTEEN "













Haechan, terbangun di atas ranjang tanpa busana dengan posisi tengkurap.

"gghhhh... aawww~" erangnya saat mencoba merenggangkan tubuhnya namun rasa sakit yang ia rasakan karena luka pada punggungnya.

Cklek!

Mata Haechan langsung tertuju pada pintu kamar yang terbuka.

"Kau sudah bangun" ucap Jaemin lembut tak seperti Jaemin beberapa jam lalu yang dengan brutal mencambuk Haechan.

Haechan, segera bangkit secepat mungkin melupakan rasa sakit di punggungnya.

"N-Na aku mohon jangan" ucap Haechan ketakutan.

Jaemin, seolah memilik kepribadian ganda itu pun memiringkan kepalanya dengan ekspresi seperti tak tau apa yang sudah terjadi.

"Jangan apa? aku membawakanmu makanan dan kau jangan banyak gerak, lukamu belum kering" ucap Jaemin sambil meletakkan nampan berisi makanan ke atas meja kecil yang ada di kamar itu.

Haechan, yang masih ketakutan itu pun tak mempercayai bagaimana bisa Jaemin lupa sudah meknyiksa nya beberapa jam lalu.

"Duduk lah" ucap Jaemin menepuk sofa di sebelahnya.

"E-enggak mau" ucap Haechan.

"Kenapa? kau harus nakan dan minum obatmu" ucap Jaemin.

"A-aku tak sakit"

Jaemin, menghela nafas dan mulai beranjak mendekati Haechan yang berdiri di pojokan kamar.

"N-Na stop jangan mendekat" ucap Haechan sambil memberi isyarat pad Jaemin untuk n tidak mendekat.

"Hei, kau kenapa?" ucap Jaemin terus melangkah mendekati Haechan yang sudah menangis ketakutan akan hal buruk tang di lakukan Jaemin padanya.

Srak!

Bugh!

Jaemin, menarik paksa Haechan dan membantingnya ke atas ranjang sebelum mengukuh tubuh mungil Haechan.

"Na, aki mohon jangan hiks"

Haechan, kembali menangis ketakutan melihat Jaemin yang beberapa jam lalu menyiksanya.

Plak!

Satu pameran kuat Jaemin berikan pada pipi kiri Haechan yang langsung membekas merah.

"Apa kau taku?" tanya Jaemin yang harusnya dia paham dengan dirinya yang seperti itu tentu saja membuat siapapun termasuk Haechan ketakutan.

Haechan, tak menjawab dan hanya bisa terus menangis di bawah kukuhan Jaemin yang mulai membuka kancing kemejanya sendiri.

"Harusnya kau berterima kasih padaku" ucap Jaemin mulai menjilati leher Haechan.

"Kau sudah ku bebaskan dari tempat terkutuk itu" lanjutnya sambil sesekali menghisap leher Haechan hingga meninggalkan bercak merah kebiruan.

"Memberimu tempat tinggal yang kayak" ucap Jaemin sebelum menyerang bibir Haechan dan melakukan sex untuk kedua kalinya tanpa perduli punggung Haechan yang mulai mengeluarkan darah kembali karena gesekan pada luka yang belum kering.


- - -ooOoo- - -

Di sisi lain, Jisung berusaha menggerakkan tubuhnya kembali setelah tersadar karena bius yang beberapa jam lalu masuk kedalam tubuhnya dan membuatnya pingsan.

"Sung~aaa, kau bisa...kau harus bisa diemi hyungmu" batin Jisung menyemangati diri sendiri.

Cklek!

Seketika Jisung kembali menutup matanya dan dengan berbaring tak bergerak sehingga orang yang baru saja masuk ke ruangannya menyangka kalau Jisung masih pingsan.

"Apa dia mati?"

"Entahlah, tapi jika dia mati itu keuntungan buat kita tak harus menjaganya lagi"

"Hahaha... kau benar"

Dua pria bertubuh besar itu pun tertawa puas seolah candaan mereka sangatlah lucu sampai salah satu perawat datang menghampiri merek.

"Maaf saya akan memeriksa pasien" ucap perawat itu dan segera memeriksa ke adaan Jisung yang langsung membuka matanya namun mengisyaratkan pada suster untuk tidak memberi tau dua orang suruhan itu.

Jisung, berusaha untuk memohon agar suster itu tak menyuntikkan cairan yang selama ini membuatnya lumpuh dan di anggap koma oleh sang kakak.

Seperti ada yang tak beres akhir ya suster itu menuruti kemauan Jisung dan menyuntikkan carian itu pada busa ranjang ruma sakit.

"Hei kenapa lama selali" ucap salah satu pria.

"M-maaf saya masih baru jadi sedikit kesulitan" ucap suster itu.

"Sudahlah biarkan saja dia"

Tak lama kemudian suster itu berpamitan untuk keluar dan Jisung kembali menutup matanya.

                                             - - -ooOoo- - -

Di sisi lain Jaemin duduk di kursi kecil di dekat ranjang di mana Haechan terbaring tak sadarkan diri setelah ia gembur lubangnya tanpa ampun.

"Chan~aaa, bangun sayang" ucap Jaemin sambil menyingkirkan poni Haechan.

"Kalau kau tadi nurut ini semua tak akan terjadi sayang" lanjut Jaemin sambil mengusap bibir berisi Haechan yang kini memiliki luka cukup parah karenanya.

"Gghhh"

Jaemin, segera bangkit dan menangkup kedua pipi Haechan yang mulai membuka matanya.

"N-Nana!" terkejut Haechan yang langsung bangun dan duduk.

"Chan~aaa, kau sudah bangun? apa kau lapar?" tanya Jaemin lembut, namun tak ada respon dari Haechan yang malah menatapnya dalam.

"A-aku akan mengambilkan makan untukmu" ucap Jaemin mulai bangkit namun Haechan menahannya.

"Na"

Jaemin, kembali duduk di pinggir ranjang dengan terus menatap ke arah Haechan.

Tanpa sepatah kata Haechan memeluk Jaemin dengan erat sebelum akhirnya ia menangis.

Haechan, sekarang paham, paham akan sifat temperamental Jaemin yang bisa berubah saat dirinya melakukan hal yang tak di sukai oleh Jaemin. Demi mencari tau apa yang membuat Jaemin seperti ini dan demi keselamatannya Haechan berusaha menurut apa yang dimau oleh Jaemin.


- - -ooOoo- - -

Seorang C.E.O kaya raya tapi gila... tapi ganteng juga... tapi nyeremin... au ahhh...

"BE MINE" {Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang