" TEN "

9.6K 1K 70
                                    

" TEN "












Semenjak Haechan memiliki ponsel, ia banyak menghabiskan waktunya untuk mengobrol dengan Renjun lewat telefon.

Ya, Haechan menyimpan nomor Renjun yang di berikan oleh Renjun langsung saat dirinya akan meninggalkan club malam itu.

Haechan, menceritakan apapun yang yang ia lakukan di rumah Jaemin dan menceritan bagaimana Jaemin memperlakukannya sampai Haechan juga menceritakan tentang ruangan misterius di pojok mension.

"Chan~aaa"

"Uummm?"

"Jaga dirimu baik-baik"

Haechan, terdiam tak tau itu hanya perasaannya atau memang akan ada hal buruk yang menimpanya saat mendengar nada bicara Renjun yang terkesan mengetahui apa yang akan terjadi padanya.

"Pasti" ucap Haechan.

"Uummm... aku percaya kau bisa menjaga dirimu, dan maaf kita harus akhiri obrolan ini karena club sudah mulai ramai"

Haechan, mengangguk paham meski Renjun tak melihatnya dan merekapun mengucapkan salam satu sama lain sebelum benar-benar mengakhiri panggilan.

"12:68am, uummm masih banyak waktu untuk aku istirahat sebentar sebelum menyiapkan bahan makan malam" ucap Haechan saat melihat jam yang tergantung di dinding.

Haechan, mulai merebahkan tubuh mungilnya dan menarik selimut sampai batas dada sebelum dia memejamkan matanya.

"Apa yang terjadi padaku" gumam Haechan yang entah kenapa tak bisa tidur siang ini, padahal biasanya dia akan cepat tertidur kalau bertemu bantal.

Haechan, kembali bangun dan entah bagaimana pikirannya tertuju pada ruangan di pojokan itu.

Ia, segera bangkit dan keluar kamar berjalan menuruni tangga dan melangkah mendekati ruangan itu.

Haechan, melihat sekitar memastikan kalau tak ada siapapun yang melihatnya.

Cklek!

Seperti kemarin, Haechan langsung mencium bau anyir saat pintu terbuka.

"Apa aku harus masuk?" gumam Haechan yang sudah bergetar ketakutan melihat ruangan yang sangat gelap di tambah bau anyir yang menyengat.

"P-permisi, a-apa ada orang di dalam?"

Kaki mungilnya mulai melangkah masuk "m-maaf aku sudah lancang" ucap Haechan lagi.

Haechan, mencari ponselnya untuk menyalakan senter agar dapat melihat isi dari ruangan itu.

Brak!

Suara benda jatuh membuat Haechan semakin takut untuk melangkah masuk, tapi lagi-lagi rasa perasannya mengalahkan rasa takut itu.

"P-permisi"

Brak!

Sama-samar Haechan mendengar gumaman tapi entah dari mana datangnya.

Ruangan itu benar-benar gelap dan ada beberapa rak yang berisi buku atau piala atau barang-barang tak terpakai.

Brak!

Brak!

Prang!

Haechan, mengarahkan ponselnya ke arah rak buku yang ada di sudut ruangan dan sepertinya ada pintu menuju ruangan lain di sana.

Langkanya mulai mendekati rak buku itu dan benar saja ada pintu rahasia menuju ruangan lain.

Crak!

Langkah Haechan terhenti saat kakinya tak sengaja menginjak sesuatu di lantai.

"Pecahan kaca?" gumam Haechan heran dan lebih heran lagi saat Haechan menyadari kalau lantai yang sedari tadi ia injak penuh dengan darah yang berasal dari dalam ruangan di balik rak buku itu terlihat dari celah pintu darimana asal darah itu keluar.

Seketika perut Haechan terasa mual melihat banyak darah berceceran di lantai dan ia memutuskan untuk pergi dari ruangan itu.

                                            - - -ooOoo- - -


Brak!

Haechan, yang sedang memainkan ponselnya di sofa yang ada di kamar, di kejutkan dengan kedatangan Jaemin.

"Na, kau sudah pulang" ucap Haechan bangkit dari duduknya.

Bukan jawaban yang Haechan dapatkan melainkan cekikan dari Jaemin yang entak kenapa tiba-tiba emosi.

"N-na"

"Dari mana kau!" tanya Jaemin.

Haechan, menggelengkan kepalanya karena dirinya tak merasa pergi kemanapun hari ini.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke ruangan ujung" ucap Jaemin lagi.

Ahhh, sekarang Haechan paham apa yang membuat Jaemin marah, tapi kenal harus marah kalau di ruangan itu tak ada sesuatu.

"M-maaf" ucap Haechan terbata sambil mencoba melepas tangan Jaemin dari lehernya.

Jaemin, mengetahui Haechan memasuki ruangan itu karena dirinya melihat bercak darah yang menempel pada alas kaki Haechan berceceran di lantai, dan tak ada siapapun di rumah ini selain dirinya dan Haechan.

"Apa saja yang sudah kau lihat?"

Lagi-lagi Haechan menggelengkan kepalanya "a-aku hanya melihat ruangan gelap seperti gudang"

Jaemin, melepas cekikannya dan memeluk Haechan "Jangan pernah masuk kesana lagi, aku tak mau melukaimu" ucap Jaemin yang tiba-tiba lembut.

Jaemin, merasa rahasianya aman karena Haechan berkata hanya melihat ruangan seperti gudang dan sepertinya Haechan tak sadar dengan bercak darah di lantai yang dia bawa dari ruangan itu.

"Uummm... maaf" ucap Haechan yang semakin penasaran apa yang sebenarnya ada di dalam ruangan itu.



- - -ooOoo- - -

Kenapa aQ bingung sama ini Book..???

"BE MINE" {Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang