" TWELVE "

8.9K 945 155
                                    

" TWELVE "






Haechan, duduk di taman rumasakit besama seseorang yang sudah lama tak pertemuan dengannya.

"Kenapa kau bisa di sini?" tanyanya.

Haechan, menoleh dan kembali meneteskan airmatanya "Jisung" ucap Haechan lihir.

"Kenapa dengan Jisung?"

"Dia koma dari beberapa bulan lalu"

Lelaki itu membolakan matanya terkejut, "B-bagaimana bisa?" tanyanya lagi.

Haechan, menunduk dan mulai menceritakan semuanya kejadian beberapa bulan lalu di mana rumahnya di rampok dan keluarganya dibantai dan menyisakan dirinya yang menang kebetulan tak ada di rumah.

"Maaf"

Kata-kata itu membuat Haechan menghentikan ucapannya dan menoleh ke arah lelaki itu.

"Untuk?"

Lelaki itu menatap Haechan dalam "maaf Hyung tak ada di saat kau mengalami masa sesulit itu" ucapnya.

Haechan, tersenyum lembut "tak apa, bisa bertemu Hyung kembali sudah membuatku bahagia" ucap Haechan.

"Kau selalu seperti itu" ucap lelaki itu sambil mengacak poni Haechan.

"Lalu kenapa Hyung bisa di sini?"

"Eomma"

Haechan, terdiam sesaat sebelum meraih tubuh lelaki itu untuk di peluknya.

Haechan, paham bagaimana rasanya melihat orang terdekat apalagi keluarga terbaring tak berdaya dengan alat-alat hampir di seluruh tubuhnya.

"Hyung jangan sedih, eomma pasti baik-baik saja" ucap Haechan membuat lelaki itu mengeratkan pelukannya.

"Haechan!"

Suara memanggil namanya membuat Haechan melepaskan pelukannya dan seketika berdiri.

"N-Nana!"

Ya, Jaemin menemukan Haechan di taman rumasakit setelah dirinya bertemu pak Kim di parkiran dan menanyakan kenapa dia bisa ada di sana.

Pak Kim menceritakan yang sebenarnya dan itu berhasil membuat emosi Jaemin memuncak dan langsung kembali masuk ke area rumasakit mencari keberadaan Haechan sampai akhirnya menemukan Haechan bersama laki-laki lain yang tak ia kenal.

"Ikut aku" ucap Jaemin langsung menarik tangan Haechan dengan kasar.

"Awww~ Na ini sakit" ucap Haechan berusaha melepas cengkraman Jaemin.

Seolah tuli, Jaemin tetap mencengkram kuat tangan Haechan dan mulai menariknya pergi.

"Tunggu!" ucap lelaki itu menghadang langkah Jaemin.

"Minggir"

"Tanpa kau suruh aku akan minggir asal kau lepaskan dia" ucapnya sabil menatap ke arah Haechan yang meringis kesakitan.

"Gak akan"

"Apa kau buta? Lihat dia kesakitan"

Jaemin, menoleh ke arah Haechan yang memang menahan rasa sakit pada tangannya.

"Aku sudah membelinya, jadi kau tak ada hak untuk mengaturku akan aku pakan dia" ucap Jaemin berhasil membuat lelaki itu membolakan matanya.

"Chan apa maksudnya?"

"Hyung, maaf aku harus menjual dirimu demi biaya berobat Jisung" ucap Haechan.

Lelaki itu lagi-lagi merasa bersalah dan merasa dirinya tak berguna dalam menjaga adik angkatnya itu.

"Kau dengar? Jadi menyingkirlah" ucap Jaemin mendorong lelaki itu dan kembali menyeret Haechan pergi.

                                            - - -ooOoo- - -

Sesampainya di rumah Jaemin segera membawa Haechan ke kamar dan mendorong Haechan hingga terjatuh di lantai.

"Apa yang kau lakukan di rumasakit?"

"A-aku ingin menjenguk Jis-"

Plak!

"Jangan berbohong!" teriak Jaemin setelah menampar Haechan.

"S-sunggu aku ing-"

Plakk!!

"Jangan membuatku menyiksakmu karena kau tak jujur" ucap Jaemin pada Haechan yang sudah menangis dengan pipi yang memerah karena tamparan Jaemin.

"Aku hiks.. tak ber hiks bohong hiks"

Jaemin, yang sudah kerakusan setan dari rumasakit mulai melepas ikat pinggangnya "Masih gak mau jujur hhmmm".

Srakk!!

Jaemin, menendang Haechan hingga tengkurap di lantai dan mulai mencambuk punggung Haechan hingga tanpa sadar ada bercak merah pada kaos Haechan yang menandakan punggung Haechan terluka.

Setelah puas mencambuk Haechan, Jaemin membuang si sembarang tempat sambuknya "dasar pelacur" ucap Jaemin sebelum melangkah keluar kamar meninggalkan Haechan yang sudah tak bergerak entah sudah mati atau hanya pingsan tergeletak di lantai.

Jaemin, berjalan menuju ruangan di pojok mansion dengan tatapan membunuh.

"Appa~"

Panggil Jaemin pada lelaki paruh baya yang terikat rantai berbaring di atas ranjang penuh darah.

Lelaki yang Jaemin panggil Appa itu meronta seolah mengisyaratkan pada Jaemin untuk tak menyiksanya lagi.

"Appa kenapa? jangan takut aku tak akan menyikmu karena aku sudah mendapatkan mainan baru" ucap Jaemin sambil mengoleskan salep pada luka sayatan pada lengan lelaki itu.



                                              - - -ooOoo- - -

Nana serem ihhh 😭😭😭

"BE MINE" {Nahyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang