5) Maaf

8 7 1
                                    

Update lagi 🤧
Maaf kalau banyak typo 😭
Nanti Asy revisi lagi

Oke, happy reading 🤗



~||~
Leaving someone for someone else, is not the way to reach true love
~oOo~

Kami berdua pergi menuju taman yang jarang didatangi pengunjung. Karena aku tahu, bahwa Naura kurang merasa nyaman jika berada di dekat banyak orang. Wajah nya yang cantik bukan menjadi mahkota. Menurutnya, wajah cantik adalah sebuah kutukan yang mengerikan.

"Naura, lu inget dulu waktu kita pertama ketemu. Kita berdua sama-sama malu. Karena waktu itu gua ngerasa udah tua. Padahal gua masih kelas 3 SD. Kalau nggak salah umur 9 tahun. Hahah...." aku mencoba menghibur Naura dengan menceritakan kembali masa kecil kami.

"Iya, gua inget banget. Apalagi waktu lu ngajarin gua ngerjain PR matematika. Ternyata setelah gua kumpulin ke guru, gua malah di suruh goreng telur." Naura memberiku pemandangan wajah yang sinis.

"Guru SD tuh begitu. Kalo ada murid yang dapat nol, pasti dibilangnya 'ini telur kamu goreng di rumah' atau 'nih nol nya saya kasih mata sama mulut' bener-bener masa yang menyenangkan." Kami tertawa terbahak-bahak sampai suara kami menjadi serak.

Duduk di kursi panjang tua yang terbuat dari kayu, semakin menambah kesan nostalgia masa kecil. Ditambah angin sepoi-sepoi dengan pemandangan taman hijau karena rumput yang tumbuh subur.

Setelah puas tertawa, akar keheningan kembali menjalar. Ku pikir, ini saatnya untuk memberi tahu Naura tentang kabar ini. Aku menghela napas panjang dan mengatakan....

"Naura...."

"Bang Asyam...." namun, di saat yang sama Naura juga memanggil namaku.

Aku mengalah dan mempersilahkan Naura berbicara terlebih dahulu. Naura beranjak dari kursi menuju ke ayunan yang berada di dekat sungai kecil taman. Aku mengikutinya, lalu mendorong ayunannya agar Naura bisa berayun dengan santai.

"Gimana nanti kalau kita berdua sudah dewasa dan sama-sama memiliki pasangan hidup sendiri. Apa abang bakalan ngelupain adikmu ini?" Naura bertanya dengan senyum di wajahnya.

Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku tidak mungkin melupakannya. Dia sudah seperti adikku sendiri. Semua itu tidak akan berubah sampai maut memisahkan.

"Nggak bakalan. Kalau misalkan istri gua ntar galak ke lu, bakalan gua usir dia." Aku menjawab pertanyaan Naura sambil tersenyum.

"Serius bang... gua bukan siapa-siapa lu. Gua bukan adik kandung lu. Kemungkinan besar lu bakalan ngelupain gua nanti." Naura menghentakkan kakinya ke tanah dan membuat ayunan tersebut berhenti.

"ssstttt... sampai kapanpun lu tetap adik gua. Walau kita nggak ada hubungan darah, lu tetap prioritas utama dalam hidup gua. Bayangin, sembilan tahun kita laluin suka duka bersama," aku menghentikan kata-kata ku kemudian melanjutkannya kembali.

"Naura masih ingat? 3 tahun lalu waktu orang tua kita sama-sama berada di ujung perceraian? Apa janji kita saat itu?"

Aku masih mengingat kejadian 3 tahun lalu yang membuat ikatan kami semakin kuat....

Three years ago

Kenapa semua menjadi seperti ini? Ayah dan Bunda selalu bertengkar. Aku yang menyaksikan segalanya dan memendam luka. Rasanya, aku ingin pergi meninggalkan mereka berdua. Tapi itu tidak mungkin. Apalagi, tahun ini aku akan masuk ke Sekolah Menengah Atas.

Aku menghilangkan semua stres dan sesak ku dengan bermain bersama adik tersayangku. Naura... dia anak tunggal dalam keluarganya, sama seperti diriku. Dia memiliki keluarga yang tidak harmonis, sama sepertiku. Menatap langit senja, menjadi obat tersendiri dalam hidupku.

"Abang Asyam... mama sama papa ku di rumah berantem terus." Naura menangis dan merengek di atas ayunan kayu taman.

"Ayah sama bunda ku juga sering berantem. Sekarang Bunda sudah pindah ke rumah Nenek. Jadi, sekarang aku tinggal berdua sama Ayah yang super sibuk." Aku menanggapi perkataan Naura dan mendorong perlahan ayunan yang dinaikinya.

Ayah sering pulang malam dan meninggalkan ku sendirian. Jadi, semenjak Bunda tinggal di Rumah Nenek, aku dirawat oleh pembantu di Rumah. Memang, aku tidak akan kekurangan material. Namun, bagaimana dengan mental ku? Apa mereka berdua tidak peduli tentang hal itu?

"Bang Asyam tadi sudah makan? Ini Naura bawa roti dua. Yang satu ambil abang aja." Naura mengambil roti sobek dari tas nya dan menyodorkannya kepadaku.

Aku baru ingat jika dari tadi pagi belum makan apapun. Sejak pagi, aku bermain game. Aku tidak peduli lagi dengan kesehatanku. Jika aku sakit malah lebih bagus. Setidaknya, Ayah dan Bunda akan merawat dan memperhatikanku.

"Kamu makan aja Naura. Aku tadi sudah makan."

"Abang pasti bohong. Abang kira Naura nggak peka? Itu muka abang pucat banget kayak bengkoang,"

"Cepet ini ambil rotinya! Kalo nggak mau, Naura bakalan buang semua rotinya. Biar kita berdua sama-sama kelaparan."

A-apa maksud Naura? Berarti sejak pagi dia juga belum makan apapun?

Aku tidak tega jika membiarkan adikku kelaparan. Antara senang dan terpaksa, aku mengambil roti yang dibawakan Naura. Kami melahap roti tersebut sambil berbincang-bincang.

"Naura... makasih udah support aku. Padahal hidup kamu juga sama sepertiku."

"Abang jangan begitu. Naura kan adik abang. Jadi memang kewajiban Naura buat nemenin abang dalam keadaan apapun."

"Kamu benar Naura. Aku adalah kakak mu. Aku janji bakalan jagain kamu sampai kamu dewasa nanti. Nggak akan ada satu orang pun yang akan berani mengganggu mu. Pegang janjiku dan ingatkan jika aku lupa...."

Back to the present

Sejak saat itu, Naura menjadi bagian penting dalam diriku. Walau semua masalah telah selesai. Dan orang tua kami telah berdamai, ikatan aku dan Naura tidak akan pernah luntur walau terpisah oleh jarak dan waktu.

"Naura... maafin gua." Aku berlutut di hadapan Naura yang masih tetap duduk di ayunan.

"Minta maaf karena apa?" Naura merasa heran dengan tingkah ku saat ini.

"Naura tau kan kalau kakakmu ini bakalan lulus dari SMA?"

"Iya. Terus?"

"Gua di suruh kuliah di luar negeri sama papa..."

Sekali lagi, maafkan aku karena tidak akan bisa ada di sampingmu lagi....

~||~

Sampai sini dulu 😭
Kasih dukungan dengan memberi voment atau krisar oghey 😭

BLUE or GREY for Me? ✓(Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang