8) Heboh Sumpah

15 7 0
                                    

Hehehe kembali lagi dengan Author gaje yang satu ini 🤣

Langsung aja....

Happy reading 🤧



~||~

Kenangan yang selama ini ku simpan, aku lepas menjadi sebuah sajak yang akan abadi

~oOo~

"Maksud?" Naura menatap tajam Sari.

Suasana seketika menjadi hening. Hanya desir angin malam yang masuk ke dalam gendang telinga mereka.

"Nevermind."

~oOo~

Seminggu telah berlalu. Inilah saatnya untuk Naura melepaskan kepergian Asyam. Memang terasa berat. Namun, apapun harus dilakukan demi pendidikan.

Pagi-pagi sekali Naura telah bersiap-siap dan berangkat menuju rumah Asyam. Untuk apa lagi jika tidak untuk mengantarkan dan menemani kepergian Asyam.

Pukul 06.00 WIB, Naura telah berada di depan rumah Asyam.

Ding dong....

Naura menekan bel pintu rumah.

Cleklek....

Seorang pembantu membukakan pintu dan mempersilahkan Naura masuk. Naura hafal setiap sudut rumah yang bak istana ini. Karena sejak kecil ia memang sering berkunjung dan bermain di rumah yang menjadi saksi bisu suka duka Asyam.

Sampai lah Naura di sebuah kamar. Benar, kamar tersebut milik Asyam. Tanpa basa basi lagi, Naura membuka pintu kamar tersebut. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seisi ruangan berantakan.

Asyam terlihat sedang mengemas barang-barangnya dengan tergesa-gesa. Sepertinya ia kebinggungan cara berkemas yang baik.

"Astagaaaaa... Nih kamar apa kapal pecah!" Naura berteriak dan membuat Asyam sedikit terkejut.

"Lah Naura, bantuin gua cefatt. Ini taroh di koper yang merah atau biru sehhhh." Asyam memegang sebuah kaos dan kacamata.

"Ini!!! Ngapain celana dalam lu gantung di atas lemari. Nggak takut tiba-tiba temen lu ke sini gituu." Naura mengambil bagian dari pakaian yang namanya di sebutkan tadi dan memasukkannya ke dalam koper. (Author takut yang mau nyebutin namanya 🤣)

Naura membantu Asyam mengemas barangnya. Sesekali, mereka bercanda dan tertawa bersama-sama.

Sebuah ketidaksengajaan pun terjadi. Naura melempar botol parfum impor kesukaan Asyam dan pecah. Seketika, muka Asyam memerah.

"Puasssss mecahin parfum kesukaan abang lu ini? Puasss hahhh???"

"Amponnn ntar beli lagi di Belanda."

"Ini parfum langkaaaaa. Nggak ada di Jepang. Eh Belanda."

Asyam mengejar Naura. Mereka berdua berlompat kesana kemari. Mulai dari ke atas meja, sampai ke atas kasur.

Naura berdiri di kasur dan melempar bantal ke arah Asyam yang berdiri di lantai. Hampir saja sebuah vas bunga jatuh karena candaan mereka.

"Turun sini!!!" Asyam berteriak dengan muka yang masih memerah tak kunjung pudar.

"Wlekkk...." Naura hanya menjulurkan lidahnya.

Namun, Asyam teringat akan satu hal. Deadline keberangkatan pesawat!

"Eh yaudah lupain parfum nya. Cepetan bantuin gua ngemas semua barang." Kata Asyam.

"Emang benefit gua sebagai adik lu jikalau membantu mengemas pakaian, apa?"

"Gua cium mau?"

"Dih kurang wahhhh gitu benefitnya. Ntar di sono beliin gua jacket branded yak wkwk."

"Serah."

Asyam dan Naura melanjutkan packing barang. Sementara jam telah menunjukkan pukul 07.29 WIB. Sedangkan pesawat akan berangkat pukul 08.00 WIB.

Dengan kecepatan kilat bak angin badai, mereka selesai hanya dalam waktu 10 menit. Setelah yakin tidak ada barang yang tertinggal, mereka berdua berangkat menuju bandara.

Memang, orang tua Asyam tidak ada yang mengantarkan. Karena keduanya sibuk dengan pekerjaan. Seandainya suatu saat mereka rindu akan kehadiran Asyam, mereka tinggal berangkat ke luar negeri untuk menemui Asyam.

Asyam dan Naura telah sampai di bandara. Tidak disangka, Zan dan Sari datang dari arah belakang mereka.

"Kak Asyammmm." Teriak Sari dari kejauhan hendak memeluk tubuh Asyam.

"Ehhh lu siapa mau meluk-meluk gua seenaknya. Bukan muhrim!" Asyam melangkah mundur dan mendorong secara halus tubuh Sari.

"Dihhh pura-pura nggak kenal. Si Naura bukan muhrim ama lu. Tapi lu cium lah, peluk lah, ini lah, itulah." Sari memasang muka yang mirip seperti seekor harimau. (Eh maksudnya mirip burung gagak wkwk canda Sari. Jan ngamok 🤣)

"Naura adek gua loltoo."

Sampai akhirnya, pengumuman keberangkatan pesawat pun terdengar.

"Bang Asyam, bel es krim corneto udah bunyi tuh. Saatnya engkau pergi. Jangan menangis, nanti engkau dianggap panci." Zan memegang pundak Asyam dan berakting layaknya seorang Aktris.

"Woyy author... Aktor, bukan Aktris!!" Zan protes kepada author dalam novelet ini.

(Ehh iya maaf... Ntar semisal jadi novelet cetak beneran, adegan itu di skip aja yahh xixixi 🤣)

"Bentar... Tadi lu bilang panci?" Asyam berkata dengan sedikit keheranan.

"Owh itu typo." Jawab Zan.

"Ngonghey. Gua berangkat dulu yaa semuaa." Asyam berjalan menjauh menyeret koper dan mengangkat jari kelingking nya. Karena jika ia mengangkat jari tengahnya, maka ia akan di amuk massal.

Adegan dramatis pun dimulai. Naura menangis di pelukan Sari. Wajah keempat orang tersebut memang tersenyum. Tapi, senyumannya kecut seperti lemon.

"Bang Asyam... Jangan lupa beli baju couple buat kita!!!" Teriak Zan dari kejauhan.

"Warna apa??" Asyam masih merespon.

"Candramawa!!!" Jawab Zan.

"Dihh sok kesastraan lu."

Naura yang sejak tadi hanya terdiam mematung, tiba-tiba melepaskan pelukan Sari dan berlari menuju ke arah Asyam. Mereka memendam kesedihan dengan saling berpelukan.

"Naura, lu jangan sedih. Ada Zan dan Sari di sini. Abang nggak pergi selamanya. Nanti kalau ada waktu, Naura mampir ke sana ya."

Naura hanya mengangguk. Asyam melepaskan pelukan erat Naura. Sebelum pergi, Asyam membisikkan sesuatu.

"Dapatkan dan raihlah dia..."

~||~

Udah segitu aja. Asy lagi pusing plus batuk-batuk. Makasih atas kunjungan nya. Kasih krisar kalau bisa oghey 🤧

BLUE or GREY for Me? ✓(Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang