Chapter 3

1.7K 151 3
                                        

Meski presentasi di Monitus kemarin berjalan lancar dan Galan menerima positif rencana dari Derling, tetapi slogan yang diucapkan oleh CEO Monitus tersebut menjadikan Tasya teringat akan sesuatu.

Posisi Tasya saat ini sedang berada di salah satu restoran yang menyajikan makanan khas Korea untuk makan malam kali ini. Ia tengah menunggu kedatangan dua sahabatnya, yaitu Alika dan Argus. Sahabat sejak mereka duduk di bangku SMA.

Tasya telah memesan makanan, karena tahu penyajiannya cukup lama. Selain itu, berdasarkan permintaan Alika, setidaknya ada tujuh menu yang harus ada di atas meja. Tasya bahkan ragu untuk menghabiskan makanan-makanan itu nantinya, namun pada perut Alika, ia percaya bisa.

Sambil menunggu sahabatnya itu, Tasya memutuskan membuka aplikasi Twitter dan mengarah ke akun @yourwitch. Ia bergumam pelan akan isi bio akun tersebut. "Make a wish."

Tiga kata yang sama persis dengan slogan program Monitus Love. Jika Tasya telisik pun, akun itu baru dibuat sekitar delapan bulan yang lalu. Masih terbilang baru dengan jumlah tweets 104. Beberapa tweets-nya pun hanya sebagai gurauan atau balasan kepada tweets yang pengguna meminta sesuatu.

"Apa ini hanya kebetulan?" gumam Tasya menggulir terus ke bawah, hingga muncul percakapannya dengan @yourwitch.

Tasya sama sekali merasa tidak bersalah akan pernyataan Ravi bahwa lelaki itu mengalami impoten. Lagipula ia hanya tersulut emosi saat bercerita kepada @yourwitch. Ia juga bukan tipikal orang yang percaya akan kekuatan magis seperti itu. Meski santet online sering didengarnya.

"Serius amat Neng."

Sebuah suara reflek membuat Tasya mendongak, melihat Argus yang datang terlebih dahulu. Pria yang telah dikenal selama delapan tahun. Bekerja sebagai karyawan pada salah satu Badan Usaha Milik Negara dan merupakan anak pengusaha properti.

"Baru pulang kerja?" tanya Tasya melihat pakaian dinas harian yang melekat pada tubuh lelaki itu.

Argus mengangguk, lalu mulai menarik kursi di depan Tasya. "Tadi ada sedikit masalah, jadi nggak sempat pulang dulu. Entar kau sama Alika marah lagi."

"Tentu saja. Kau kan ... lama bersiapnya," balas Tasya telah mengetahui bagaimana Argus selalu datang paling terlambat jika mereka memiliki janji temu.

"Tapi kali ini Alika yang telat, tumben. Tadi aku telepon buat berangkat bareng, tapi nggak diangkat."

Alika bekerja sebagai aparatur sipil negara pada salah satu kementerian yang dekat dengan kantor Argus. Jika Tasya lulusan manajemen, maka Alika adalah lulusan hukum, sedangkan Argus lulusan teknis sipil.

"Paling dapat panggilan mendadak dari kepala seksinya," balas Tasya mengira-ngira. Ia masih ingat alasan Alika yang mengundurkan diri dari firma hukum terkenal, karena tidak kuat dengan tekanan selama bekerja, namun ketika memutuskan menjadi aparatur sipil negara yang kebetulan kementerian pusat, maka tidak banyak yang berubah. Alika tetap super sibuk, meski tekanan yang dirasakan wanita itu tidak seberat dulu.

Pertemanan Tasya, Alika dan Argus tetap terjalin baik setelah SMA, karena masih dalam lingkup satu universitas. Meski Tasya dan Alika lah yang paling sering bertemu ketika masih kuliah. Argus mulai intens melakukan pertemuan lagi sejak lulus dan bekerja.

"Oh kalian sudah datang."

Kali ini Alika yang memasuki restoran. Wanita itu memakai pakaian kasual, tanda tidak dari tempat kerjanya.

"Wah kau tampak segar," komentar Tasya melihat penampilan rapi Alika yang berbanding terbalik dengannya.

Argus terkekeh. "Padahal cuaca cukup terik akhir-akhir ini."

Mantra CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang