Chapter 4

1.3K 125 3
                                    

@eusan02 : Hari ini benar-benar hujan. Ujian praktekku jadi ditunda wkwk

@yourwitch : @eusan02 :)

Tasya memandangi tweets yang telah dua hari berlalu. Ia baru sempat dan ingat membukanya akibat pekerjaan yang mulai menumpuk pasca libur cutinya.

"Pasti kebetulan lainnya bukan?"

Pikiran Tasya seolah bercabang bahwa tweets isengnya memberi dampak yang aneh baginya. Belum lagi kemunculan Galan kemarin yang seakan mengabulkan permintaannya tentang cheese bagels yang selalu membuatnya kehabisan setiap datang ke kafe itu.

"Tasya, bagaimana progres iklan sepatu dari Ganora."

Suara Albiru yang terdengar membuat Tasya segera menekan tombol Windows Key dan tombol huruf D sebagai jalan pintas menutup jendela perambannya yang sedang membuka Twitter, untuk segera kembali ke deskop dan membuka salah satu folder kerja.

Tasya mendongak mendapati Albiru sudah hampir sampai di mejanya. "Tim editing sudah menyerahkan hasilnya. Rencananya mau aku berikan sama Pak Albi setelah jam makan siang hari ini."

Albiru hanya mengangguk pelan. Ia bukan hanya sampai di meja Tasya, tetapi juga telah berdiri di sebelah wanita itu. "Coba putar videonya."

Perintah itu segera dilaksanakan oleh Tasya. Tangannya gemetar, takut bahwa ia akan salah tekan dan berakhir menampilkan kekonyolan tweets yang ditulisnya. Entah bagaimana reaksi Albiru jika melihat hal tersebut.

Seperti video iklan promosi pada umumnya, hasil yang ditampilkan tak lebih dari setengah menit. Namun isi iklan tersebut padat akan identitas produk, pemilihan warna agar produk menjadi stand out dan tentunya menampilkan keunggulan yang membuat konsumen akan tertarik membelinya.

Ketika Tasya akan menoleh dan sedikit menengadah untuk melihat tanggapan Albiru, ternyata pria itu telah merendahkan tubuhnya agar bisa sejajar dengannya yang sedang duduk. Tak lain adalah agar bisa menonton video iklan tadi secara jelas. Namun karena itu juga, Tasya menjadi sadar bahwa wajahnya dan wajah Albiru hanya terpisah oleh ruang yang sangat pendek.

Mata Tasya mengerjap, mana kala menemukan bahwa bulu mata Albiru ternyata sangatlah panjang dan lentik. Gila, bahkan jika aku memoles beberapa kali bulu mataku dengan maskara, tidak akan selentik itu, ujarnya berteriak dalam hati.

Terlalu terpukau akan salah satu fitur wajah Albiru, menjadikan Tasya tidak sadar bahwa bosnya itu telah memicingkan mata, bahkan sedikit memutar leher menghadapnya.

"Terus bagaimana dengan laporan iklan yang dikerjakan selama tiga bulan terakhir?" tanya  Albiru kemudian mengubah posisinya menjadi berdiri tegak kembali.

Mendengar hal itu, Tasya mulai mengobrak-abrik meja kerjanya untuk mencari laporan yang sebenarnya telah dikebut untuk dikerjakannya karena mengingat dirinya saat itu akan mengambil cuti nikah.

"Ini Pak, tapi belum termasuk iklan yang masuk saat aku cuti," kata Tasya menyerahkan laporan tersebut.

Albiru tidak langsung beranjak, melainkan memilih berdiri sambil mulai membaca laporan itu. Wajahnya tampak serius dan membuat karyawan di ruangan itu mencuri pandangan ke arahnya, termasuk Tasya.

"Aku ingin kau mulai memasukkan iklan yang masuk saat kau cuti dan juga ... aku ingin kau mengklasifikasikan iklan yang masuk itu berdasarkan jenisnya," jelas Albiru telah menutup laporan itu dan mengembalikannya kepada Tasya.

Artinya laporan yang ditulis Tasya baru saja mendapat revisi.

"Klasifikasi untuk tiga bulannya?" ulang Tasya mengetahui jumlah halaman laporan itu yang tidak sedikit.

Mantra CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang