Chapter 5

1.2K 111 3
                                    

Mei, 2019.

Seorang wanita baru saja menghubungi pihak fotografer untuk mendokumentasikan hari bahagianya sebentar lagi. Namun naas, ponsel yang dipakai oleh wanita itu kini tercebur ke dalam kolam ikan, karena tidak sengaja bersenggolan dengan seseorang.

"Aduh, sial."

Untung saja, kolam ikan itu dangkal, sehingga sang wanita bisa mengambil langsung ponselnya yang terjatuh itu. Sayang, barang elektronik yang tercebur ke air secara keseluruhan adalah jalan pintas merusaknya.

Wanita itu tidak punya waktu untuk menggerutu dan segera membawa ke tempat servis ponsel. Katanya butuh waktu memperbaikinya dan membuat sang wanita hanya mengambil kartu nomornya, kemudian membeli ponsel yang baru.

Prosesnya cukup cepat, hingga wanita itu bisa menggunakan kembali ponsel barunya sebagai media komunikasi. Hanya saja seluruh foto, kontak dan file masih ada pada ponsel lamanya.

Namun wanita itu mengernyitkan dahi begitu menerima pesan ke dalam WhatsApp barunya. Tanpa nama, hanya nomor, karena seluruh kontaknya hilang dan ia belum menyimpan satu nomor pun.

"Apa ini?" Wanita itu tampak terkejut, melihat bahwa pesan itu ternyata berupa sebuah foto.

Foto calon suami sedang berciuman di elevator dengan wanita lain.

Beruntung dalam foto tersebut, tertera stiker nama hotel pada bagian sisi dinding elevator dan pada sang calon suami sedang memegang kunci hotel yang tertulis nomor kamar.

Akhirnya untuk mempertegas sekaligus mengkonfirmasi kebenaran foto tersebut, sang wanita sekaligus juga sebagai calon mempelai segera menuju hotel dalam foto. Dalam perjalanan, ia berdoa dalam hati bahwa pria yang ada dalam foto tersebut hanyalah mirip dengan calon suaminya. Perasaannya terombang-ambing.

Wanita itu bahkan tak sempat memikirkan siapa yang mengirimkan foto tersebut padanya.

Cukup lima belas menit bagi wanita itu untuk sampai di hotel. Ia langsung menuju elevator dan bayangan pria yang berciuman langsung memenuhi pikirannya. Jantungnya berdetak dan kepalanya mulai pening. Setelah sampai pada lantai yang dituju, ia keluar dari elevator untuk mencari nomor kamar yang dilihatnya tadi.

Ketemu, hanya beberapa langkah dari elevator tadi. Wanita itu menarik napas panjang, lalu mengembuskannya secara perlahan. Tangannya terulur dan mulai mengetuk pintu kamar hotel tersebut. Ia berpikir mungkin akan membutuhkan waktu, tetapi tidak, pintunya mulai bergerak terbuka.

"Anda sudah membawa handuk--"

Pria yang membuka pintu terhenyak, dengan memakai baju mandi, matanya membeliak melihat kedatangan yang jauh berbeda dari yang disangkanya.

"Sayang? Mana handuk--"

Dari arah belakang pria itu, sesosok wanita juga tampak memakai baju mandi. Akan merangkul lengan sang pria sebelum menampakkan raut wajah kaget tak terbendung.

Sedangkan wanita yang kedatangannya tak disangka hanya tersenyum miris. Berharap di hadapannya kini hanya mimpi, halusinasi, atau bayangan semu. Ternyata kebahagiaan yang sudah hampir digenggamnya, berubah menjadi malapetaka seumur hidup.

Satu tamparan dilakukan wanita itu sebelum meninggalkan depan kamar hotel dan pria yang pipinya telah memerah hanya bisa bersandar lesu.

Sebuah rencana pernikahan yang akan dihelat beberapa hari lagi, harus batal bagai alur dalam cerita film. Sayangnya, itu kenyataan.

♡♡♡

Rinai hujan membuat Tasya kembali mengingat kenangan buruknya. Sekaligus berpikir tentang siapakah gerangan yang mengirimkan foto Ravi sedang mencium dan pergi ke hotel bersama Vania. Dalam masa berkabungnya itu, Tasya sempat melihat kembali kontak yang mengirimkan foto tersebut, namun ketika mencoba mencocokkan dengan kontak kenalannya, tak satu pun memiliki kontak nomor sang pengirim.

Mantra CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang