Bab 08

1.2K 67 5
                                    

Sweet & Sour

🔞

* * *


Previous. . .

"Hime, apa kamu tidak mau mendengarnya langsung dari Haechan sekarang?" Jeno balik bertanya pada Hime.

"Mendengar apa?" Hime menatap Haechan dan Jeno bergantian. Tiba-tiba merasa gugup. Perasaannya mulai was-was. Selintas memori soal pesan yang diterima Haechan dari orang bernama Runa, kembali terulang.

"Haechan, ayo katakan sekarang. Kurasa Hime akan sangat terkejut saat mendengarnya."

Mendadak kepala Haechan berdenyut sakit. Ia memandang ke arah Jeno penuh antisipasi lalu melirik Hime yang kini terlihat tegang. Terbaca dari raut wajahnya. Tidak! Ini gawat! Jeno tidak bisa mengatakan segalanya disini. Dia sudah berjanji pada Haechan. Jika Haechan-lah yang akan memberitahu Hime.

"Apa? Kalian sepertinya tengah mendiskusikan sesuatu tanpaku? Katakan," terdengar, Hime nampak penasaran.

Jeno tersenyum miring. Masih dalam posisinya, duduk santai di sofa. Menelisik Haechan dengan sepasang netra tajamnya. Haechan membenci tatapan itu. Rasanya ia ingin mencongkel mata itu agar tidak lagi menatapnya remeh.

"Lee Jeno, ingat batasanmu," tanpa terduga Haechan mengatakan kalimat itu. Penuh ancaman. Namun bukan Jeno namanya jika takut hanya karena perkataan Haechan barusan. Ia tetap melanjutkan kalimat yang sedari tadi ingin di ungkapkannya. Jeno gantian menatap Hime. Menikmati ekspresi tegang gadis itu.

"Hime-ya, sebenarnya, diam-diam kekasihmu ini—"

"Lee Jeno!" Peringat Haechan lantang. Hime tersentak. Mengerutkan dahinya dalam, merasa janggal akan sikap Haechan. Tidak biasanya pria itu gampang tersulut emosi.

"Kenapa?" Kata Jeno disela kekehannya. Menanggapi Haechan seolah dia hanyalah sebuah lelucon.

"Kurasa ini bukan hal yang harus di tutup-tutupi terlalu lama. Aku merasa kasihan dengan Hime. Jika kamu belum siap memberitahunya maka aku, Lee Jeno, dengan senang hati menggantikanmu."

Haechan memejamkan matanya sejenak. Merasa frustasi. "Jeno, hentikan," katanya penuh penekanan.

"Haruskah?" Tantang Jeno.

"Jeno—"

"Apa? Cepat katakan," sergah Hime membuat Haechan bungkam. Tangannya mengepal kuat dan ia tidak bisa bayangkan reaksi Hime setelah mendengar semuanya dari Jeno.

"Haechan-ah, kamu harus jadi gentleman. Setidaknya katakan secara terbuka jika ingin menikahi seorang wanita," kata Jeno pada akhirnya.

Haechan menelan ludahnya saat Hime mengalihkan atensi padanya. Sebagai sebuah afeksi dari perkataan Jeno barusan, Hime menautkan alisnya, menatap Haechan bingung.

"Menikahi seorang wanita?" Beo-nya pelan.

Jeno mengangguk.

Selesai.

Semuanya telah selesai.

Lee Brengsek Jeno!!

Aku bersumpah akan membunuhmu! Batin Haechan penuh amarah.

Terlintas satu nama yang di ingat Hime. Runa. Kontak yang mengirimi Haechan pesan. Soal WO, gaun pengantin, dan juga. . .

"Siapa?" Tanya Hime, nadanya bergetar. Matanya sudah berkaca-kaca membuat Jeno yang sedari tadi enggan mengalihka tatapan darinya merasa bersalah.

Jeno | Sweet & Sour [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang