Cuaca Seoul sore ini sedikit mendung, aku duduk dikursi balkon depan kamarku sedikit menyisir rambutku yang berantakan karena terkena angin sore lalu menyelipkannya ketelingaku dengan menopang dagu diatas kedua kakiku yang menangkup, mengenakan dress kemeja putih kebesaran favoritku saat bersantai dirumah. Sedikit menarik sudut bibirku keatas saat aku mendengar suara gemuruh menandakan hujan akan segera turun.
Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepada kalian (aku memaksa walaupun kalian tidak memperbolehkannya hahaha)?
Aku menyukai 2 suara. Yaap, yang pertama suara seseorang yang kusebut dengan suara candu dan yang kedua suara gemuruh hujan, jika kalian tanya kenapa? Aku akan menjawab seperti ini, aku selalu merasa tenang saat suara rintik hujan mengenai genting rumahku, rasanya suara itu seperti musik yang mengalun begitu indah ditelingaku. Lalu jika kalian bertanya bagaimana dengan suara seseorang itu? Hmm tenang saja aku berjanji akan menceritakannya.
Setelah beberapa saat kemudian hujan turun, tak menunggu lama aku lantas berdiri dari kursiku lalu mengangkat tangan kananku sedikit menangkup lantas menarik tanganku kembali dan terkekeh saat air hujan melewati tanganku begitu saja.
Aku memejamkan kedua mataku, menghela berat nafasku, sedikit menahan rasa sakit yang sulit untukku jelaskan karena rasa itu berasal dari dalam hatiku. Aku teringat sesuatu saat hujan deras diikuti dengan angin kencang beserta petir mulai menyerbu balkonku, aku lantas beranjak lalu kembali kedalam kamar .
Hey, jangan berpikiran aku takut ya, tidak aku tidak takut. Hanya saja aku teringat sesuatu dan ingin segera melakukannya. Entahlah saat hujan turun aku selalu melakukan kebiasaan ini, kebiasaan yang sering kusebut sebagai Ritual Hujan.
Ritual??
Hmm kalian tenang saja (issh sudah beberapa kali aku mencoba menenangkan kalian) mengenai ritualku ini tidak ada hubungannya dengan memakan ayam yang masih hidup, atau ngemil serpihan kaca layaknya seperti kripik kentang, atau berteriak meraung-meraung kesetanan didalam kamar, haha yak aku tidak segila itu.
Pasti kalian penasaran mengenai ritualku ini bukan? Ahh its okay tak perlu kalian menjawabnya, aku sudah yakin kalian pasti tidak akan penasaran sama sekali. Tapi maaf, kali ini aku akan kembali memaksa kalian untuk penasaran hehe.
Aku berjalan mendekat ke tempat tidur untuk mencari benda persegi panjang yang akan menemani ritualku, setelah beberapa saat kemudian aku tersenyum lebar saat melihat benda bermerk Sony berwarna hitam bertuliskan ARK23 yang didesign khusus itu berada didalam nakasku.
"Yes i see you!" Kataku. Aku langsung mengambilnya, menekan tombol on untuk menyalakan mp3 playerku sembari memasangkan dua buah earphone ke telingaku.
Aku tidak membutuhkan waktu lama untuk memutar lagu. Karena mp3 player milikku ini hanya berisikan beberapa playlist lagu yang berasal dari penyanyi yang sama.
Aku mulai berjalan mendekat kearah jendela lalu sedikit bersandar didinding menyilangkan kedua tanganku dengan mp3 player yang kugenggam. Nampak jelas terlihat dari balik jendela, diluar sana hujan begitu deras disertai dengan angin dan juga suara gemuruh.
Kilatan petir terlihat jelas dimataku, lantas aku mulai memejamkan mataku, menikmati indahnya lantunan suara seseorang yang begitu candu bagiku, menaikan sedikit volume hingga suara hujan dan petir terdengar samar. Menggenggam erat mp3 player yang begitu berarti untukku. Otakku memutar kembali memori-memori manis bersama mereka seperti layaknya CD rusak.
Aku merindukan seseorang yang memiliki suara ini, dan aku juga merindukan seseorang yang memberikanku mp3 player ini.
Selalu merindukan mereka setiap harinya.Suara candu dan mp3 player ini ialah satu kesatuan benda terbaik yang aku miliki sepanjang hidupku.
Baiklah aku akan menceritakan seseorang dibalik suara candu dan juga mp3 playerku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star Row•LJ
Fanfiction"Gue gak marah lagi kalau lu beliin gue susu strawberry 20 kotak.." Anayra Kimanoban. "Lu heran ya? gue jauh lebih tau semua hal tentang lu daripada cowok lu.." Lee Jeha. x "Mari kita ahkiri ini, Nini" Limario Manoban. "Jangan berani menyentuh putri...