Vol.1 Chapter 9 Kelahiran.

3 0 0
                                    

Tidak terjadi hal istimewa beberapa bulan ke depan, selain perut Vivian yang semakin membesar. Kemungkinan sebentar lagi akan melahirkan.

Pertumbuhan Viola semakin jelas. Dia bisa menggunakan sihir tanpa mantra hingga level menengah. Dia juga mampu secara perlahan mengontrolnya dengan halus.

Secara relatif, level teknik pedangku tidak berubah banyak. Untuk pindah ke tingkat tinggi aku harus mengusai teknik menengah beberapa lagi.

Meskipun begitu, pedangku sudah mampu menggores tubuh James, sehingga pencapaian ini sangat begitu terasa.

Untuk mengisi waktu luang, aku selalu bersama Vivian, di cukup kesulitan akan pekerjaan rumah apalagi kami tidak punya pembantu. Kami cukup dekat sehingga bisa bicara tanpa ada rahasia sedikitpun.

Sehingga aku tau masa lalu keduanya. Ternyata Vivian berasal dari Benua Barat tepatnya di ibukota Kerajaan Flanbell, dan juga mantan bangsawan disana.

Saat itu Vivian akan di jodohkan dengan seorang Marquis tapi sudah dia berumur, karena itu Vivian kabur dari rumah lalu menjadi petualang. Vivian pun bergabung ke party James, dan lama kelamaan muncul benih cinta antara keduanya.

Setelah mendengar cerita mereka terdengar seperti cerita di novel romantis yang sering dibaca Clara.

Aku masih belum bisa melupakan Clara, tapi entah mengapa begitu bersama Viola rasa nostalgia bersama Clara hadir dan begitu nyaman. Apakah aku sudah jatuh cinta terhadap Viola?

"Sudahlah Willi kamu tidak perlu menemaniku seharian. Main lah bersama Viola sesering mungkin."

"Kenapa harus sesering mungkin?"

"Cobalah kamu pikirkan sendiri, sekarang pergilah."

"Baiklah, aku pergi dulu."

Sesuai permintaan Vivian, aku pergi menemui Viola setelah lama mencari nya ternyata dia di atas bukit, dan sedang berbaring di bawah pohon.

Dengan cepat aku pun juga ikut berbaring bersamanya.

"Bagaimana bagus kan menikmati langit senja dengan udara yang menyejukkan?"

"Tentu suasana di sini cukup nyaman. Omong-omong kenapa kamu tidak pernah memberitahu tempat begini.?"

"Pastilah lagipula kenapa harus memberitahumu, lebih tepatnya tempat inilah tempat yang aku singgahi untuk menghabiskan waktu sebelum bertemu denganmu."

"Waktu itu hanya kebosanan yang ada di pikiranku, dan entah mengapa kamu membuatnya jadi berwarna."

Aku merenung sesaat tidak kusangka kehadiranku memberi manfaat kepada orang lain.

Aku pun segera bangun dan duduk sambil menatap Viola, dia pun balas menatapku.

"Hmm... Aku juga berpikir demikian entah kenapa bila di dekatmu aku merasa nyaman dan tenang, seakan ada rasa nostalgia."

Matanya berbinar, dan wajahnya memerah. Tanpa aba-aba Viola meyergap dan berada menindih di atas ku.

Walaupun itu adalah sesuatu yang datang dari dalam lubuk hatimu, kau akan terbiasa dengan itu jika kau sering kali mendengarnya, dan getaran itu akan menjadi lebih lemah. Kau harus membiarkan orang merasa bahwa kau adalah orang yang tidak peka, tapi akan lebih efektif jika sesekali kau mengatakannya dengan tulus.

"Benarkah, kalau begitu ada hal yang aku ucapkan."

".....ok"

"Aku menyukaimu Willi, bagaimana menurutmu." Viola mengucapnya dengan wajah merah padam

"Terima kasih akan pernyataanmu, aku belum tau apakah ini cinta atau hal lainnya."

Begitu kujawab wajahnya berubah lesu pucat. Aku pun berusaha menghiburnya.

"Tolong beri aku waktu untuk menjawabnya, lagi pula kita masih kecil bukan?"

Pandangan Viola pun berubah senang kembali.

"Baiklah aku paham, tapi pasti akan ku buat kamu menyukai ku juga."

Aku menyeringai ketika mendengar jawabannya.

"Lagipula kamu ini orang yang tidak peka." Ucapnya sambil menunjukku.

Aku pun membalasnya dengan menundukkan badan, dan tersenyum.

"Terima kasih sanjungannya."

Viola langsung menyerang ku lagi dengan Fire Ball. Tapi aku berhasil menghindarinya.

"Cukup-cukup aku hanya bercanda."

Kami mulai berbaring lagi di bawah pohon ini. Hari ini adalah salah satu hari damai bagi kami.

Setelah beberapa minggu, akhirnya masa-masa persalinan Vivian pun dimulai.

Kami pun memanggil bidan desa untuk membantu proses persalinan

Dengan segenap upaya kami, proses bersalin itupun akhirnya berhasil.

Si cabang bayi lahir ke dunia ini tanpa cacat sedikit pun, dan dia menangis sekeras-kerasnya.

Jenis kelaminnya perempuan. Seorang adik perempuan. Sudah lama kuharap memiliki adik perempuan.

Sedangkan James di begitu cemas saat proses persalinan, ia memegang tangan Vivian dengan erat.

Adikku memiliki rambut berwarna coklat seperti Vivian, tapi dia juga memiliki mata biru dari James.

Vivian dan James sepakat menamainya Iris Kenric.

Aku akan berusaha menjadi kakak yang baik dan dapat dibanggakan olehnya nanti.

Pearls Of AncientTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang