Tak banyak perubahan dalam hidupku sekarang selain mendapatkan teman baru.
Setiap hari ku awali dengan berlatih pedang sampai siang hari, setelah itu kuhabiskan waktu dengan berkeliling desa, bermain dengan Viola, dan mengajarinya sihir.
Viola lebih tertarik dengan ilmu sihir daripada ilmu pedang. Pernah saat itu aku ingin mengajarinya berpedang, tapi dia justru lari bersembunyi dariku.
Mungkin dia menganggap ilmu pedang menyusahkan sedangkan aku lebih tertarik dengan ilmu berpedang. Sebenarnya menurutku ada beberapa cara untuk mengalahkan musuhmu dalam berpedang.
Yang pertama adalah mempertimbangkan cara-cara yang membuat pemain lemah dapat mengalahkan pemain kuat.
Yang kedua adalah meningkatkan kemampuanku sendiri, dan terus berlatih.
Sekarang, aku sedang melatih cara yang pertama.
Tujuanku adalah untuk mengalahkan James.
James sangat kuat. Meskipun dia tidak cukup dewasa sebagai seorang ayah. Aku berharap untuk menang setidaknya sekali dalam 5 tahun ke depan.
Aku ingin mengalahkannya dalam suatu pertempuran yang murni menggunakan teknik pedang.
Setelah berlatih pedang aku pergi ke rumah Viola untuk melatihnya menggunakan sihir.
"Maaf, apakah kau telah lama menunggu?"
"Tidak, aku juga selesai melakukan pemanasan"
Setelah mengatakan hal-hal yang umum diucapkan oleh sepasang kekasih yang berjanjian kencan, kami pun mulai bermain sama-sama.
Aku mulai mengajarinya sihir setiap hari.
Pertama kuajari Viola menggunakan mantra, tapi lama kelamaan mulai kuajari teknik tanpa mantra.
Jika dia bisa mengendalikan sihir, maka harusnya dia mampu melawan monster yang menyerangnya dengan usahanya sendiri.
Pada awalnya, Viola hanya bisa melepaskan sihir level bawah sebanyak 5 atau 6 kali, sebelum akhirnya dia kehabisan napas, tetapi dalam rentang 1 bulan, kapasitas Mana-nya telah berkembang jauh. Walaupun dia menggunakan sihir selama setengah hari, ia tidak mendapatkan masalah.
"Hei..! Willi kenapa perkembangan sihirku cukup lama?"
"Ada batas untuk kapasitas Mana".
"Punyamu sudah cukup cepat menurutku, kalau aku tidak memaksakan pelebaran kapasitas manaku mungkin aku akan tertinggal jauh darimu."
"Benarkah kalau begitu beri tau aku caranya." mata Viola berbinar saat memintanya.
"Tidak mungkin taruhannya nyawamu kamu tau. Apa yang kukatakan dengan Dale saat kamu mati?"
"Kamu bohong kan padahal kamu ingin menyimpan nya sendiri." Viola memalingkan wajahnya lagi.
'Ya ampun betapa bodohnya anak ini.'
"Sudahlah akan kuajari teknik tingkat menengah sekarang."
"Benarkah kalau begitu ayo kita lakukan."
Di dunia ini terdapat banyak ras yang menggunakan sihir yang sesuai untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Seperti contoh ras elf sangat berbakat dalam penggunaan elemen angin dan air yang dimana elemen itu sangat pas digunakan di dalam hutan. Sedankan ras dwarf lebih berbakat menggunakan sihir tanah untuk menggali batuan mineral, dan sihir api untuk menempa.
Kalau ras manusia sangat terampil dalam 4 elemen dasar, tapi sulit untuk menggunkan elemen kombinasi.
Bisa dibilang didunia ini terdapat 4 elemen dasar yaitu api, air, angin, dan tanah. Tapi ada juga yang berbakat langsung dalam elemen kombinasi seperti kayu, petir, suhu, dan lain-lain.
Meskipun Viola berusaha keras mempelajarinya, dia terkadang mengeluh dan terus berlatih.
Padahal dia sendirilah yang meminta aku mengajarkannya.
Aku membiarkan Viola mempelajari buku teks tersebut. Pada saat yang sama, aku bisa mengajarinya bagaimana membaca buku dan menulis surat. Tidak ada ruginya mempelajari ilmu berbahasa.
Viola juga cukup sering berkunjung ke rumahku untuk mengajak bermain, dan berlatih sihir. Sehingga kedua orang tuaku juga mengenalnya dengan baik.
Terkadang dia juga menggangguku saat latihan pedang.
"Hoii.. Willi ayo bermain."
"Aku sedang latihan pedang bodoh." teriakku sambil menghindari serangan pedang dari James.
"Kita sudahi latihannya dulu, dan juga Willi bukannya Viona itu mengganggumu karena dia menyu---"
"Berhenti.... Paman tolong berhenti." teriak Viola sambil berlari ke arah kami.
"Menyu apa?"
"Tidak ada apa-apa." jelas nya dengan tersenyum.
"Hmm.. Baiklah kita mulai latihan sihirnya."
~Sudut Pandang James~
Anakku selalu berlatih pedang dengan serius, bahkan mungkin dia dapat melampaui ku beberapa tahun lagi.
Beberapa waktu lalu di berteman dengan seorang anak beastman perempuan yang ternyata anak kenalanku juga.
Dia selalu minta Willi mengajarinya sihir dan bermain setelah itu. Aku dan Vivian pun tau kalau Viola terus mengganggu Willi karena dia menyukai Willi sebagai lawan jenis.
Willi adalah anak yang jenius, dia mampu menguasai berbagai hal yang diajari Vivian dengan cepat, dia juga mampu menguasai sihir kelas agung, dan juga melaksanakan pelatihan neraka dari ku.
Tapi ternyata dia cukup bodoh dalam hal perasaan padahal sudah terlihat jelas bahwa Viola menyukainya. Sedangkan Willi tidak peka akan hal seperti itu.
Kurasa aku akan melihat ini beberapa waktu dan memberitahunya nanti.
~Sudut Pandang William~
Sudah 6 bulan sejak kami bertemu, tapi menurutku kejadiannya seperti kemarin saja.
Kami juga kadang berlatih sihir bersama, dan saat bosan kami bermain.
Saat ini Vivian telah didiagnosis hamil. Saudara atau saudariku akan segera lahir.
Sekitar 1 bulan yang lalu, dia mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Dia mulai cepat lelah, mual, muntah, dll. Ini adalah tanda-tanda umum kehamilan. Karena ia masih ingat rasanya hamil, maka dia pun pergi ke dokter dan didiagnosis hamil. Pada dasarnya, itu tidaklah salah.
Keluarga kami sangat gembira dengan berita tersebut.
Jika yang lahir laki-laki, maka dia akan dinamai ini, jika perempuan, maka dia akan dinamai itu. Mereka sudah mempersiapkan ruang khusus untuk si cabang bayi, dan juga baju-baju bekas milikku.
Aku juga membicarakan hal ini dengan Viola saat aku berlari ke rumahnya, dia terlihat ikut senang atas informasi ini.
Tapi sepertinya dia menunggu hal lain dan aku tidak tau apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pearls Of Ancient
FantastikBercerita tentang salah satu prajurit korban perang antara dua negara. Hans dia percaya hanya menjadi prajurit lah, dapat membayar hutang terhadap negara. Tapi perang perdana nya juga termasuk akhir hidupnya. Ketika ia mengira mereka akan menang ter...